Mengenal Libya yang Diporak-poranda Banjir Bandang, Negara Tandus Kaya Mendadak gegara Minyak - inews
Mengenal Libya yang Diporak-poranda Banjir Bandang, Negara Tandus Kaya Mendadak gegara Minyak
JAKARTA, iNews.id - Libya tengah berduka akibat banjir bandang dahsyat yang menerjang pada Selasa (12/9/2023) lalu. Kota Derna luluh lantak setelah Badai Daniel menghancurkan dua bendungan di Sungai Wadi Derna, melepaskan gelombang air setinggi 7 meter yang menyapu bangunan dan penduduk di timur Libya itu.
Korban tewas akibat peristiwa tersebut masih simpang siur. Ada yang menyebut puluhan ribu jiwa serta 10.000 orang hilang di Kota Derna saja.
Namun sumber resmi menyebutkan korban tewas menembus 8.000 orang hingga Kamis (14/9/2023). Tak tertutup kemungkinan angka tersebut terus bertambah.
Libya adalah negara di Afrika utara yang berbatasan dengan Laut Mediterania di bagian utara. Beberapa negara yang berbatasan dengan Libya di antaranya Tunisia, Aljazair, Niger, Chad, Sudan, dan Mesir.
Dengan posisinya di bagian utara benua, Libya menjadi salah satu negara yang berada di Gurun Sahara. Hal ini menjadikan daratan Libya ditutupi pasir dan batuan.
Tanah yang tidak subur membuat hasil pertanian di Libya terbatas. Bahkan, Libya dianggap miskin karena sumber dayanya yang terbatas, sampai akhirnya minyak ditemukan di negara tersebut.
Kondisi Libya berubah saat cadangan minyak ditemukan pada 1959. Dari semula bergantung pada bantuan internasional serta uang sewa pangkalan udara Amerika Serikat (AS) dan Inggris, Libya menjadi negara kaya minyak. Pendapatan terbesar Libya pun diperoleh dari sektor tersebut.
Satu dekade sejak minyak ditemukan, Libya berubah dari berbentuk kerajaan menjadi republik. Hal ini terjadi setelah Muammar Khadafi (Muammar Gaddafi), memimpin pemberontakan dan menggulingkan Raja Idris I pada 1969. Sejak itu, Khadafi memimpin Libya selama lebih dari 40 tahun.
Pemerintahan Khadafi berakhir setelah digulingkan oleh pemberontak dan tewas dibunuh pada 2011. Jatuhnya rezim Khadafi kala itu terjadi saat Arab Spring, gerakan penggulingan pemerintahan yang terjadi di sejumlah negara Arab.
Editor : Anton Suhartono
Follow Berita iNews di Google News
Dimulai dari Tunisia, Arab Spring menyebar ke Mesir, Libya, dan beberapa negara lainnya di Arab.
Dilanda perang saudara bertahun-tahun dan kekacauan, Libya terpecah menjadi dua pemerintahan yang saling bersaing sejak 2014. Saat ini di barat (Tripoli) ada Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) dengan Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibeh yang diakui Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Sedangkan di bagian timur (Benghazi), terdapat pemerintahan Ossama Hamad yang didukung komandan militer pemberontak Khalifa Haftar.
Meskipun mendapat tekanan internasional untuk melakukan pemilu pada 2021, kedua pihak belum mampu mewujudkannya. Kondisi tersebut sedikit banyak berdampak pada sulitnya penanganan bencana di Derna.
Meskipun demikian, kedua pihak berjanji untuk membantu upaya penyelamatan di daerah bencana.
Editor : Anton Suhartono
Follow Berita iNews di Google News
Komentar
Posting Komentar