Mengenal Rosetta, Pesawat Luar Angkasa Pertama yang Berhasil Membuntuti Komet - Republika

 

Mengenal Rosetta, Pesawat Luar Angkasa Pertama yang Berhasil Membuntuti Komet

Kamis, 14 September 2023 | 09:19 WIB
Komet 67P/Churyumov–Gerasimenko, komet yang diteliti oleh pesawat Rosetta.
Komet 67P/Churyumov–Gerasimenko, komet yang diteliti oleh pesawat Rosetta.

 

ANTARIKSA -- Rosetta adalah pesawat ruang angkasa yang meneliti komet. Rosetta melakukan misi 10 tahun untuk menangkap sebuah komet dan mendaratkan robot bernama Philae di atasnya.

Diluncurkan pada tahun 2004, pesawat ruang angkasa ini tiba di sasarannya, Komet 67P/Churyumov-Gerasimenko, pada 6 Agustus 2014.

Rosetta adalah pesawat ruang angkasa pertama yang menemani sebuah komet saat memasuki tata surya bagian dalam. Rosetta juga merupakan wahana pertama yang mencoba mendarat di sebuah komet.

Setelah bertemu dengan komet, pesawat ruang angkasa tersebut memulai studi selama dua tahun terhadap inti dan lingkungan komet. Rosetta mengamati bagaimana komet yang membeku berubah saat mendekati panas matahari.

Nama Rosetta diambil dari Batu Rosetta, sebuah balok basal hitam yang bertuliskan dekrit kerajaan dalam tiga bahasa yakni hieroglif Mesir, Demotik Mesir, dan Yunani.

Nama robot pendarat pesawat ruang angkasa itu yakni Philae, diambil dari nama obelisk bertulis serupa yang ditemukan di sebuah pulau di Sungai Nil. Baik batu maupun obelisk adalah kunci untuk menguraikan hieroglif Mesir kuno.

Para ilmuwan berharap misi ini akan memberikan kunci bagi banyak pertanyaan tentang asal usul tata surya dan, mungkin, kehidupan di Bumi.

Instrumen Rosetta

Rosetta adalah kotak aluminium dengan dua panel surya yang memanjang seperti sayap. Kotak itu, yang beratnya sekitar 3.000 kilogram, berukuran sekitar 2,8 kali 2,1 kali 2 meter.

Panel surya memiliki rentang total sekitar 32 m. Rosetta adalah pesawat ruang angkasa pertama yang hanya mengandalkan sel surya untuk menghasilkan tenaga.

Muatan Rosetta mencakup 11 instrumen yang memberikan informasi tentang bagaimana komet mengembangkan koma dan ekornya, dan bagaimana bahan kimianya berinteraksi satu sama lain dan dengan radiasi serta angin matahari. Instrumen lain menganalisis komposisi dan atmosfer komet.

Pendarat Philae
Philae memiliki berat 100 kg, seukuran mesin cuci. Philae membawa 10 instrumen, termasuk bor untuk mengambil sampel material bawah permukaan.

Lokasi pendaratan yang direncanakan, disebut Agilkia. Pengendali misi di Badan Antariksa Eropa (ESA) juga memilih lokasi pendaratan sekunder untuk Philae. Lokasi J merupakan daerah yang cerah, namun juga berbatu, sehingga berbahaya untuk mendarat.

Ketika Philae mendarat pada 12 November 2014, tombak yang dipasangnya gagal menembak sesuai rencana. Pendarat itu memantul dua kali sebelum mendarat secara permanen di permukaan es.

Editor: Dwi Murdaningsih

Baca Juga

Komentar