Menlu Retno Blak-blakan KTT ASEAN Jadi Medan Diplomasi yang Rumit - CNN Indonesia

 

Menlu Retno Blak-blakan KTT ASEAN Jadi Medan Diplomasi yang Rumit

WAWANCARA KHUSUS

Senin, 18 Sep 2023 09:36 WIB

Menlu RI Retno Marsudi blak-blakan dalam wawancara khusus dengan CNN Indonesia soal KTT ASEAN jadi medan negosiasi yang amat sulit.

Menlu RI Retno Marsudi bicara soal medan diplomasi yang amat rumit di KTT ASEAN. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi bicara soal Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN yang telah tuntas diselenggarakan di Jakarta pada 5-7 September lalu.

Retno menjawab kritik soal bagaimana Indonesia sebagai ketua ASEAN dinilai 'tak tuntas' mengatasi krisis di Myanmar sejak kudeta pecah di negara itu pada 2021.

Retno juga mengungkap kisah di balik keseruan gala dinner di Hutan Kota Gelora Bung Karno. Tak cuma itu, Retno pun bicara soal peran Indonesia dalam KTT G20 di India.

Berikut wawancara khusus CNN Indonesia dengan Retno Marsudi di Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri RI, Selasa (12/9).

Tanya: Hasil KTT Ke-43 ASEAN, apa saja yang jadi hasilnya dan apakah tercapai tujuan utama atau tagline jika bicara tentang ASEAN sebagai Epicentrum of Growth?

Jawab: Temanya sebenarnya lengkapnya ASEAN Matters: Epicentrum of Growth. Kalau ditanya apakah tercapai sesuai dengan tema? Banget. Sangat, sangat tercapai. Saya ingin mulai dengan kita lihat dari dokumennya dulu ya, tapi ini biasanya publik tidak tertarik. Jadi selama KTT ke-43 kemarin itu ada 90 dokumen yang dihasilkan.

Nah, saya ingin merinci hasilnya yang lebih mudah dicerna oleh publik. Jadi kita bicara ASEAN Matters. Apa sih ASEAN Matters itu? ASEAN Matters itu untuk menunjukkan bahwa ASEAN masih memegang kendali sentralitasnya. ASEAN masih dapat memainkan perannya sebagai penjaga stabilitas dan perdamaian di kawasan.

Selama keketuaan Indonesia, ada beberapa hal penting yang dihasilkan. Misalnya para pemimpin ASEAN menyetujui apa yang disebut ASEAN Concord IV, ini merupakan fondasi visi jangka panjang untuk ASEAN dipersiapkan sampai 2045.

Jadi Indonesia itu udah mulai membangunkan fondasi. Sekali lagi, ini baru fondasi karena bangunan penuhnya visi ASEAN itu baru berakhir 2025 saat keketuaan Malaysia. Tapi fondasinya sudah kita bangunkan sehingga nanti diadopsi ketika Malaysia menjadi ketua karena vision 2025 posenya itu pas di situ. Jadi fondasi kita bangunkan.

Kita juga melihat kalau kita mau ASEAN remain matters (masih penting), kita harus cepat merespons situasi dunia yang sangat dinamis. Maka di situ ada persetujuan kesepakatan proses pengambilan keputusan yang lebih cepat terutama dalam situasi yang mendesak.

Terus kalau kita ingin memperkuat sekretariat ASEAN, kita akhirnya dapat menyetujui bahwa nama ASEAN Secretariat diubah menjadi markas besar ASEAN. Itu untuk memberikan bobot kepada sekretariat ASEAN. Jadi sekali lagi ASEAN matters itu kita terjemahkan dalam hal-hal seperti itu.

Kemudian Epicentrum of Growth pada akhirnya kita bisa sepakati dokumen kerja sama di dalam East Asia Summit yang negosiasinya kalau ditanya, saya jawab negosiasinya sangat sangat tidak mudah.

Nah di pilar ketiganya dari Epicentrum of Growth ini kita terjemahkan di dalam kerja sama yang konkret. Karena Presiden itu selalu bicara hal yang konkret jadi kita adakan ASEAN Indo-Pacific Forum yang hasilnya, ini yang sebenarnya sangat relevan sangat bermanfaat bagi masyarakat, dari ASEAN Indo-Pacific Forum dihasilkan 93 proyek kerjasama, dengan nilai proyek US$38,2 miliar.

Dan untuk memperkokoh Epicentrum of Growth dari KTT ke-42, kita sudah mulai membangun pilar-pilarnya dari hal yang sangat dibutuhkan masyarakat. Misalnya, perlindungan pekerja migran, ABK, bagaimana kita mengatasi trans national organized crime yang terkait dengan online scam, sampai ke ketahanan pangan, energi, keuangan dan kesehatan. Itu semua elemen pilarnya kita bangunkan selama keketuaan Indonesia untuk memperkuat Asia Tenggara sebagai Epicentrum of Growth.

T: Jadi fondasinya, pilarnya, semua dibangunkan?

Iya fondasinya dibangunkan, pilar ekonominya kita bangunkan, merespons kebutuhan masyarakat, mendatangkan proyek-proyek kerjasama. Jadi sekali lagi kalau apakah tercapai targetnya? Banget. Jadi ini kalau kita beli bakmi tuh bakmi komplet paket lengkap pakai telurnya tiga (tertawa).

T: Apa manfaat bagi Indonesia secara spesifik?

Specifically, nanti kita lihat. Misalnya mengenai masalah pengembangan EV (electronic vehicle) baterai. Itu kan Presiden selalu bicara mengenai itu dalam konteks transisi energi, energi hijau. Kita sudah hasilkan dan kita sudah kembangkan kerjasama misalnya ASEAN dengan Plus Three countries, dengan Korea, Jepang, dan China. Saat bicara EV baterai kan salah satu hub-nya Indonesia.

Lalu kita bicara mengenai masalah perlindungan untuk ABK. Yang paling banyak di antara negara Asia Tenggara ya antara lain adalah kita. Perlindungan pekerja migran. Itu adalah kita.

Untuk online scam, itu yang menjadi victim paling besar kita. Makanya saya bilang kita merespons yang sangat diperlukan masyarakat saat ini. Plus tentunya, kalau yang proyek-proyek itu lebih jangka panjang.

T: Masalah yang masih jadi pekerjaan rumah adalah masalah kemanusiaan di Myanmar. Ada sejumlah pihak yang pro-kontra. Ada yang mengatakan kok kayaknya di bawah keketuaan Indonesia belum ada yang terlalu signifikan ya penyelesaian konflik di Myanmar?"

Kita harus menerjemahkan kata-kata signifikan. Harapan, ini masalah harapan. Kalau signifikan diterjemahkan bahwa masalah Myanmar akan selesai dalam waktu setahun di bawah keketuaan Indonesia, itu pasti tidak akan tercapai.

Siapapun pihaknya tahu mengenai kompleksitas masalah Myanmar yang memerlukan waktu panjang untuk menyelesaikan karena Myanmar sudah mengalami konflik internal 70 tahun dan belum bisa diselesaikan.

Nah, yang penting makanya terjemahan signifikan tuh seperti apa? Kalau signifikan itu diterjemahkan bahwa kita sebagai ketua bisa melakukan komunikasi dengan para pemangku kepentingan yang banyak sekali, dalam konteks membangun trust antara mereka dan dalam konteks bantuan kemanusiaan, apakah ini bisa mencapai orang-orang yang membutuhkan di luar bantuan yang harus dilewatkan pada junta militer? Maka jawabannya iya.

Karena selama sembilan bulan dari Januari sampai September, kita itu sudah melakukan 145 engagement dengan 70 stakeholders. Dalam konteks membangun kepercayaan. Memang kita harus membangun dari basic, dari fondasi. Tidak akan ada perdamaian kalau di antara mereka tidak ada trust, tak ada trust satu sama lain. Membangun trust itu tidak gampang, perlu waktu.

Jadi pada saat kita menghubungkan mereka, kita itu mulai dengan saya ngomong dengan A, saya ngomong dengan B, saya ngomong dengan C dan seterusnya. Selanjutnya A sama B mau ketemu tidak? Mau, oke.

A, B, C kamu mau ketemu tidak? Mau. A B C D E mau ketemu tidak? Mau. Makanya sebelum KTT berlangsung sebenarnya ada pertemuan yang cukup besar di Jakarta, melibatkan banyak sekali para pemangku kepentingan.

Yang belum mau dilibatkan dalam pertemuan bareng-bareng itu hanya junta militernya [Myanmar]. Jadi sekali lagi ukurannya mau ukuran apa? Selesai sepenuhnya? Tidak mungkin.

T: Satu tahun?

Tidak mungkin. Kayaknya ekspektasinya yang harus dikelola. Tapi we did a lot dan kita masih akan berkontribusi pada penanganan tahun depannya karena kan ASEAN sudah sepakat, adanya mekanisme Troika. Jadi antara ketua sekarang, tahun depan itu Laos, ketua yang dulu berarti Indonesia, plus next ketuanya adalah Malaysia. Itu untuk menjamin sustainability dari penanganan.

Karena sekali lagi di bawah keketuaan Indonesia, kita berinvestasi cukup banyak untuk masalah Myanmar.

T: Dan seperti kata Presiden Joko Widodo, everything takes times.

Semua perlu waktu, tapi yang ingin kita yakinkan adalah sambil kita membantu rakyat Myanmar. ASEAN ini tidak boleh mandek karena ASEAN ini ditunggu oleh lebih dari 650 juta orang. Jadi itu yang kita coba untuk mengelolanya.

Lanjut baca di halaman berikutnya...

Negosiasi yang Cukup Alot

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

Baca Juga

Komentar