Sibuk Perang dengan Ukraina, Rusia Tak Dapat Menjamin Keamanan Armenia
Jum'at, 15 September 2023 - 01:04 WIB
A A A
YEREVAN - Setelah mengerahkan sebagian besar pasukannya untuk berperang di Ukraina, Rusia tidak lagi dapat menjamin keamanan sekutunya; Armenia. Demikian kritik tajam Perdana Menteri (PM) Armenia Nikol Pashinyan.
Kritik Yerevan terhadap Moskow ini termasuk yang paling keras dan mengindikasikan Kremlin kehilangan pengaruhnya di wilayah tersebut.
Pashinyan pun melontarkan komentar tajam yang mengungkap rencana negaranya meratifikasi Statuta Roma Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Hal ini menyiratkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin berpotensi ditangkap jika dia mengunjungi Armenia, mengingat adanya surat perintah ICC terhadapnya.
Kritik Yerevan terhadap Moskow ini termasuk yang paling keras dan mengindikasikan Kremlin kehilangan pengaruhnya di wilayah tersebut.
Pashinyan pun melontarkan komentar tajam yang mengungkap rencana negaranya meratifikasi Statuta Roma Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Hal ini menyiratkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin berpotensi ditangkap jika dia mengunjungi Armenia, mengingat adanya surat perintah ICC terhadapnya.
Baca Juga
Pashinyan mencatat bahwa sejak awal perang, Moskow bertujuan untuk tidak mengasingkan Azerbaijan dan sekutu terdekatnya Turki, yang kepentingan strategisnya bagi Kremlin semakin meningkat, dengan mengorbankan Armenia.
Dalam pandangan Pashinyan, penutupan Koridor Lachin oleh Azerbaijan—yang merupakan penghubung penting antara Armenia dan wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan—menegaskan berkurangnya pengaruh Rusia atas peristiwa-peristiwa di wilayah tersebut.
“Semua ini...seharusnya menjadi tanggung jawab pasukan penjaga perdamaian Rusia dan sejauh menyangkut masalah ini, pasukan penjaga perdamaian Rusia telah gagal dalam misi mereka,” kata PM Pashinyan kepada Politico, yang dilansir Kamis (14/7/2023).
Menurut Pashinyan, Yerevan ingin mengurangi ketergantungannya pada negara lain semaksimal mungkin. Menurutnya, Armenia tidak boleh menjadi negara proksi atau menjadi pusat konflik antara Barat dan Timur, atau Utara dan Selatan.
Komentar
Posting Komentar