Stroke bisa datang akibat cemas
Senin, 23 Desember 2013 11:15 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Cemas ternyata dapat mengundang stroke dan bukan hanya meningkatkan risiko jantung koroner seperti yang selama ini sudah diketahui dunia medis.
Penelitian terbaru Universitas Pittsburgh, menunjukkan individu dengan tingkat kecemasan tinggi memiliki peningkatan risiko mengalami stroke.
Para peneliti mengatakan bahwa masalah kecemasan - yang dicirikan dengan ketakutan, ketidaknyamanan dan rasa khawatir- dialami oleh 20 persen orang dewasa di Amerika Serikat kurang lebih 6 bulan terakhir.
Stroke terjadi saat aliran darah ke otak berhenti dan kondisi ini menghentikan oksigen serta nutrien yang vital untuk otak.
Saat kondisi ini terjadi, sel-sel otak mati, tergantung pada bagian otak tempat stroke terjadi.
Efek yang dirasakan penderita ialah kelumpuhan, masalah bicara atau pandangan, kehilangan ingatan dan perubahan perilaku.
"Mengetahui dan mengobati kecemasan dapat memperbaiki kualitas hidup secara keseluruhan sekaligus mengurangi risiko penyakit kardiovaskular seperti stroke," kata doktor dari Universitas Pittsburgh dan penulis utama studi, Maya Lambiase seperti dilansir dalam Medical News Today.
Para pengamat mengatakan studi mereka adalah yang pertama kali menunjukkan hubungan antara tingginya kecemasan dan meningkatnya risiko stroke.
Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Stroke ini, tim peneliti menganalisa lebih dari 6.000 individu berusia antara 25 dan 70 tahun yang tidak pernah mengalami stroke.
Partisipan ini merupakan bagian dari the National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), yang terlibat dalam pengumpulan data antara 1971 dan 1975.
Partisipan mengisi kuesioner yang mengukur kecemasan dan tingkat depresi.
Tim peneliti mengikuti mereka selama 22 tahun lalu mencatat kejadian stroke dari sertifikat kematian dan laporan dari rumah sakit dan panti jompo.
Para peneliti juga menemukan orang merokok dan kurang gerak cenderung lebih tinggi tingkat kecemasannya.
Penelitian terbaru Universitas Pittsburgh, menunjukkan individu dengan tingkat kecemasan tinggi memiliki peningkatan risiko mengalami stroke.
Para peneliti mengatakan bahwa masalah kecemasan - yang dicirikan dengan ketakutan, ketidaknyamanan dan rasa khawatir- dialami oleh 20 persen orang dewasa di Amerika Serikat kurang lebih 6 bulan terakhir.
Stroke terjadi saat aliran darah ke otak berhenti dan kondisi ini menghentikan oksigen serta nutrien yang vital untuk otak.
Saat kondisi ini terjadi, sel-sel otak mati, tergantung pada bagian otak tempat stroke terjadi.
Efek yang dirasakan penderita ialah kelumpuhan, masalah bicara atau pandangan, kehilangan ingatan dan perubahan perilaku.
"Mengetahui dan mengobati kecemasan dapat memperbaiki kualitas hidup secara keseluruhan sekaligus mengurangi risiko penyakit kardiovaskular seperti stroke," kata doktor dari Universitas Pittsburgh dan penulis utama studi, Maya Lambiase seperti dilansir dalam Medical News Today.
Para pengamat mengatakan studi mereka adalah yang pertama kali menunjukkan hubungan antara tingginya kecemasan dan meningkatnya risiko stroke.
Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Stroke ini, tim peneliti menganalisa lebih dari 6.000 individu berusia antara 25 dan 70 tahun yang tidak pernah mengalami stroke.
Partisipan ini merupakan bagian dari the National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), yang terlibat dalam pengumpulan data antara 1971 dan 1975.
Partisipan mengisi kuesioner yang mengukur kecemasan dan tingkat depresi.
Tim peneliti mengikuti mereka selama 22 tahun lalu mencatat kejadian stroke dari sertifikat kematian dan laporan dari rumah sakit dan panti jompo.
Para peneliti juga menemukan orang merokok dan kurang gerak cenderung lebih tinggi tingkat kecemasannya.
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2013
- Tag:
Komentar
Posting Komentar