Capaian 9 Tahun Pemerintahan Jokowi, Jalan Tol Tambah 4 Kali Lipat
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fimg2.beritasatu.com%2Fcache%2Fberitasatu%2F960x620-3%2F2023%2F10%2F1697463011-1366x768.webp)
Jakarta, Beritasatu.com - Harus diakui telah banyak pencapaian signifikan dalam dua periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama 9 tahun hingga Jumat (20/10/2023), meskipun tidak tanpa kritik.
Dikutip dari Investor Daily, Jumat, salah satunya adalah pembangunan infrastruktur yang mengesankan, yakni panjang jalan tol yang beroperasi meningkat lebih dari empat kali lipat dari 802 km pada 2014 menjadi 2.687 km pada 2022. Jaringan jalan umum juga meningkat sebesar 31.410 km, dari 517.750 km menjadi 549.160 km. "Pembangkit listrik juga mengalami peningkatan signifikan dari 53 gigawatt menjadi 81,2 gigawatt, sementara rasio elektrifikasi nasional naik dari 84,35% menjadi 99,63%," tulis data disarikan dari berbagai sumber.
Tak hanya itu, kapasitas bendungan juga melonjak dari 6,39 miliar meter kubik pada 2014 menjadi 16,96 miliar meter kubik pada 2022. Jumlah bandar udara bertambah dari 237 unit menjadi 287 unit, sedangkan pelabuhan meningkat dari 1.655 unit menjadi 3.157 unit. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), pembangunan infrastruktur selama periode 2015-2022 menghabiskan anggaran sekitar Rp 2.779 triliun.
Di tengah ketidakpastian global dan risiko resesi yang berlanjut selama tujuh kuartal berturut-turut, ekonomi Indonesia tetap tumbuh stabil di atas 5%. Pada kuartal II-2023, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,17% (yoy), angka tertinggi di dunia. Penurunan inflasi juga berlanjut, mencapai 2,28% (yoy) pada September 2023, turun dari 3,27% pada Agustus 2023, yang merupakan salah satu yang terendah di dunia.
Di bidang sosial, tingkat kemiskinan berhasil diturunkan dari angka dua digit menjadi 9,57% pada 2022, sementara tingkat pengangguran menurun menjadi 5,86% pada tahun yang sama. Namun, sektor pertanian masih menjadi tantangan, dengan produktivitas yang terus menurun dari Rp 41,5 juta per pekerja pada 2010 menjadi Rp 22,9 juta per pekerja pada 2022. Hal ini menyebabkan impor pangan terus dilakukan untuk menutup defisit.
Sementara itu, kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami penurunan signifikan dari 27,41% pada 2005 menjadi hanya 18,34% pada 2022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar