Hati-hati 'Sindrom Nasi Goreng', Keracunan yang Bisa Berakibat Fatal
Nasi goreng memang nikmat dan praktis, tapi Anda juga perlu berhati-hati saat mengonsumsinya. Ada risiko sindrom nasi goreng yang mengintai Anda.
Nasi goreng jadi salah satu makanan favorit di Indonesia. Sajian ini dibuat dari bahan utama nasi, yang dicampur dengan bumbu dan topping lainnya.
Berbagai jenis nasi pada dasarnya bisa saja dibuat sajian nasi goreng. Namun, nasi pera atau nasi sisa kemarin yang bertekstur kering dianggap jadi yang paling aduhai untuk dijadikan nasi goreng.
Sayangnya, penggunaan nasi pera ini-lah yang kemudian memunculkan risiko sindrom nasi goreng atau fried rice syndrome.
Mengutip The Independent, sindrom nasi goreng adalah keracunan yang terjadi akibat mengonsumsi makanan kering tertentu. Dalam kondisi kering, makanan seperti pasta dan nasi, berpotensi mengandung bakteri Bacillus cereus.
Center for Disease Control and Prevention (CDC) mencatat, Bacillus cereues bisa menjadi racun jika dipanaskan dan dibiarkan terlalu lama.
Kekhawatiran atas potensi keracunan makanan ini mendorong ahli gizi untuk menjelaskan suhu yang aman atau tidak untuk menyimpan sisa makanan.
Ahli gizi Kyndall Weir mengatakan, makanan sisa yang tidak disimpan di dalam lemari es jadi tempat terbaik untuk bakteri berkembang.
"Jika sesuatu [makanan] yang seharusnya disimpan di lemari es [seperti makanan sisa], namun suhunya tiba-tiba bisa mencapai di atas 4 derajat Celcis, maka bakteri dapat mulai berkembang," ujar Weir.
Ahli gizi lain Shazma Mithani juga menyarankan untuk tidak meninggalkan makanan bertepung seperti pasta dan nasi di suhu ruang.
"Ada bakteri yang sangat spesifik dapat tumbuh subur di lingkungan ini dan menghasilkan racun yang stabil terhadap panas," ujar Mithani. Dengan demikian, kendati dipanaskan, racun dalam makanan tak dapat terbunuh.
Kondisi ini sebelumnya pernah terjadi pada seorang remaja di Belgia. Ia meninggal dunia setelah memakan pasta yang disimpan di suhu ruang selama lima hari.
Dalam studi kasus yang dipublikasikan di Journal of Clinical Microbiology, disebutkan bahwa remaja tersebut meninggal dunia karena sindrom nasi goreng.
Rasa aneh yang muncul tak membuat remaja tersebut berhenti mengonsumsi pasti. Ia mengaitkan rasa aneh itu dengan saus tomat yang baru dia campur ke dalam pasta.
Mengutip Insider, dalam waktu 30 menit setelah makan pasti, ia mengalami sakit perut yang hebat, mual, dan sakit kepala. Ia juga sempat mengalami diare cair dan muntah-muntah.
Namun, orang tua tak memeriksakan remaja tersebut ke rumah sakit. Alih-alih diperiksa, ia memilih untuk banyak mengonsumsi air dan beristirahat.
Keesokan paginya, orang tua menemukan remaja tersebut telah meninggal dunia di kamarnya.
Hasil autopsi menunjukkan adanya nekrosis hati atau kondisi matinya organ hati. Selain itu, terlihat juga tanda-tanda pankreatitis akut.
Hasil pemeriksaan tinja menunjukkan adanya bakteri Bacillus cereus, bakteri yang bertanggung jawab atas sindrom nasi goreng.
Komentar
Posting Komentar