Maut di Mavi Marmara, Kisah Relawan Gaza yang Ditawan Tentara Israel : Shalat dengan Tangan Diikat - Serambinews - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Maut di Mavi Marmara, Kisah Relawan Gaza yang Ditawan Tentara Israel : Shalat dengan Tangan Diikat - Serambinews

Share This

Maut di Mavi Marmara, Kisah Relawan Gaza yang Ditawan Tentara Israel : Shalat dengan Tangan Diikat - Serambinews.com

Maut di Mavi Marmara, Kisah Relawan Gaza yang Ditawan Tentara Israel : Shalat dengan Tangan Diikat
Relawan Gaza, Ir Nur Ikhawan Abadi menjadi salah satu korban tragedi di kapal Mavi Marmara yang diserang oleh tentara Israel saat mengantarkan misi kemanusiaan ke Palestina pada 31 Mei 2010. 

Tragedi Mavi Marmara, Kisah Relawan Gaza yang Ditawan Tentara Israel : Shalat dengan Tangan Diikat

SERAMBINEWS.COM - Relawan Gaza, Ir Nur Ikhawan Abadi menjadi salah satu korban tragedi di kapal Mavi Marmara yang diserang oleh tentara Israel saat mengantarkan misi kemanusiaan ke GazaPalestina pada 31 Mei 2010 silam. 

Meski sudah berjalan 13 tahun lamanya, tragedi Mavi Marmara masih terus diperingati setiap 31 Mei setiap tahunnya. 

Kapal Mavi Marmara tergabung dalam armada kemanusiaan Freedom Flotilla yang hendak menyalurkan bantuan kemanusiaan.

Rombongan ini bertolak dari pelabuhan Antalya, Turki menuju Gaza melalui jalur laut.

Armada yang terdiri dari enam kapal dan menganggkut 688 orang dari 41 negara, akan menyalurkan bantuan kemanusiaan dari berbagai negara ke GazaPalestina.

Di tengah perjalanan, tepatnya saat memasuki waktu subuh, Jumat 31 Mei 2010, angkatan laut Israel kemudian menghentikan kapal Mavi Marmara, padahal posisi kapal saat itu masih berada di perairan internasional.

BERITA TERKAIT

Tentara Israel lalu masuk kapal Mavi Marmara kemudian menembaki para relawan, sembilan orang syahid di atas kapal sementara 189 lainnya terluka, salah satunya jurnalis asal Indonesia, Surya Fahrizal.

Salah seorang relawan asal Indonesia yang ikut dalam rombongan kapal Mavi Marmara, Ir Nur Ikhwan Abadi berbagi cerita detik-detik tentara Israel melakukan tawanan kepada rombongan Mavi Marmara dalam Podcast Serambi Spotlight yang ditayangkan secara langsung di kanal YouTube Serambinews.com, Kamis (26/10/2023) dipandu langsung oleh Jurnalis Harian Serambi Indonesia, Firdha Ustin. 

Dia menceritakan bahwa keberangkatan rombongan Mavi Marmara dari pelabuhan Antalya, Turki dimulai 26 April 2010.

Rombongan misi kemanusiaan ini terpaksa menempuh jalur laut karena perbatasan menuju ke Gaza ditutup pada saat itu.

Meski jarak dari pelabuhan Antalya ke laut Gaza bisa ditempuh selama 15 jam, namun rombongan kapal Mavi Marmara sempat tiga hari berada di laut lepas. Memang sebelumnya mereka sempat mendapat kecamanan dari pihak Israel atas misi tersebut.

Lalu pada 31 Mei 2010, tepatnya menjelang waktu subuh, kapal Mavi Marmara dicegat oleh tentara Israel.

"Kita sudah masuk saat itu tinggal beberapa mil lagi menuju Gaza kita dicegat oleh tentara Israel dan posisinya masih di perairan internasional. Jadi sebenarnya Israel gak ada hak menyerang kami karena kami posisinya masih di Internasional," katanya. 

Saat dihadang oleh tentara Israel, kapal Mavi Marmara yang mereka tumpangi kemudian berbalik arah menuju Antalya, hal ini dilakukan agar tidak ada memakan korban jiwa. 

Namun pilihan tersebut tidak membuahkan hasil. Tentara Israel masih mengejar kapal Mavi Marmara menggunakan speed boat, mereka juga mencoba masuk ke kapal.

Para relawan yang saat itu tengah melaksankan ibadah shalat subuh kemudian berjibaku menggagalkan aksi tentara Israel yang ingin naik ke atas kapal. 

Beberapa tentara Israel yang mencoba naik ke atas kapal bahkan sempat disiram oleh relawan untuk menghentikan aksinya.

"Israel datang menggunakan speed boat mereka coba masuk dari bawah tapi gak bisa, kami coba siram dengan air agar mereka gabisa naik," lanjutnya. 

Meski gagal naik ke kapal Mavi Marmaratentara Israel tak kehabisan cara. Pihaknya justru menggunakan helikopter untuk bisa masuk ke kapal Mavi Marmara

Tentara Israel satu per satu turun dari helikopter menggunakan tali tambang.

Ketika beberapa tentara berhasil tiba di kapal, sejumlah relawan kemudian mencoba mengamankan tetara tersebut dan langsung mengambil senjata milik mereka dengan tujuan agar tidak terjadi pertumpahan darah.

Namun sayang, inisiatif yang dilakukan relawan justru membuat tentara Israel semakin panas.

Mereka kemudian melepaskan tembakan dengan membabi buta kepada relawan tersebut hingga dinyatakan sembilan orang meninggal di tempat. 

Bahkan Israel dengan teganya menembak relawan menggunakan peluru dumdum bullet.

"Sembilan orang meninggal di tempat, ada satu relawan yang ditembak menggunakan peluru yang memang dilarang memakai dumdum bullet,ditembak di kepala pas dikening.

Mengakibatkan luka kecil tapi pas masuk ke dalam dia meledak. Kemudian salah satu relawan MER-C memegang kepalanya yang penuh dengan otak sampai meninggal, ada juga anak yang baru SMA namanya Furqan ditembak empat bagian di dada dan di leher dari jarak dekat," sambung Ir Nur Ikhwan Abadi yang juga relawan MER-C.

Lanjut Nur Ikhwan, korban tewas serangan dari tentara Israel memang kebanyakan warga Turki. Dimana pada saat itu para relawan Turki memang berada di deck kapal paling atas. 

Sejumlah relawan dengan sembunyi-sembunyi sempat melakukan perlawanan dengan mencoba ketapel helikopter karena sama sekali pihaknya tidak membawa senjata. Namun usaha ini sia-sia. 

Korban Dibawa ke Israel

Setelah tentara Israel berhasil menguasai kapal Mavi Marmara, pihaknya langsung membawa sejumlah korban tewas menggunakan helikopter.

Korban luka-luka juga dilarikan ke rumah sakit Israel meski relawan lainnya tidak mengetahui persis keberadaan rumah sakit mana yang dimaksud.

"Ratusan orang luka-luka, yang meninggal langsung dibawa oleh tentara Israel, 2 orang dari Indonesia luka, ada yang ditembak di bagian dadanya, di tangannya kemudian dibawa ke rumah sakit di Israel saat itu kita tidak tahu mereka dibawa kemana, sampai lost contact selama 2-3 pekan," lanjut Ir Nur Ikhwan.

Relawan Diborgol hingga Shalat dengan Tangan Diikat

Sementara ratusan relawan yang tergabung dalam Freedom Flotilla yang selamat langsung diikat layaknya tahanan oleh tentara Israel, posisi tangan di belakang lalu diborgol menggunakan kabel ties.

Semua relawan dihadapkan ke tembok selama berjam-jam, bahkan lanjut Ir Nur Ikhwan, relawan tidak diizinkan melaksankaan ibadah, mereka pun terpaksa sholat dalam keadaan tangan terikat ke belakang.

"Semua ditangkap dan diikat kemudian didudukkan seperti duduk diantara dua sujud, dihadapkan ke tembok selama berjam-jam, sampai shalatpun dalam keadaam tangan terikat, kita gak diizinkan shalat sama mereka jadi di kapal itu duduk sambil tangan terikat," tambahnya.

Dipenjara di Israel

Seharian diitawan di atas kapal hingga menjelang malam, rombongan ini lalu dibawa oleh tentara Israel dan berlabuh di pelabuhan Ashdod, Israel.

Situasi semakin mencekam dikala sejumlah relawan diturunkan dari kapal Mavi Marmara lalu dibawa menggunakan mobil tahanan selama dua jam lalu dimasukkan ke dalam penjara Israel.

"Kami diturunkan satu-satu, satu orang dikawal 2 orang tentara Israel, kemudian diinterogasi ditanya segala macam apa tujuannya kemudian kita dimasukkan ke mobil tahanan dan dibawa ke penjara kurang lebih 2 jam dari Ashdod dan disitulah kita dimaskkan ke dalam penjara," imbuhnya.

Ir Nur Ikhawan pada saat itu tak gentar menghadapi tentara Israel. Dia hanya bisa pasrah apapun yang terjadi pada saat itu.

Zionis Keok Kalau Ada Tekanan Internasional

Tragedi pembantaian di kapal Mavi Marmara yang dilakukan oleh tentara Israel akhirnya diketahui publik usai kamera tersembunyi yang berada di kapal dihubungkan ke satelit hingga kejadian ini disiarkan secara langsung oleh stasiun televisi Turki dan negara lainnya.

"Kamera tersembunyi satu relawan pun tidak tahu ada kamera hanya panitia aja yang tahu, Israel juga gak tahu. Jadi mereka masang CCTV, live dan disebarkan ke suluruh dunia termasuk TV Turki, disiarkan ketika tentara menembak, kelihatan jelas dari siaran televisi," tambahnya.

Tindakan tenatra Israel melakukan penawanan kepada relawan kemudian mendapat tekanan serius dari berbagai negara usai live televisi tersebut. 

Sejumlah negara mengecam aksi tentara Israel bahkan pihak Turki mengambil langkah serius untuk hal ini.

"Bahkan sampai Turki memulangkan dubes Israel dan memutuskan hubungan diplomatik saat itu sampai di level terendahnya. Israel kalau ada tekanan internasional, khawatir dia," tegas Nur Ikhwan.

Sejumlah negara kemudian mulai mengirimkan utusannya untuk berusaha mengeluarkan relawannya dari penjara Israel.

"Kecaman itulah akhirnya negara-negara yang ada relawannya di situ akhirnya mengirimkan utusan untuk mengeluarkan relawannya dari penjara," pungkasnya. 

(Serambinews.com/Firdha Ustin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages