Primary PCI Bantu Menyelamatkan Pasien Serangan Jantung dengan Cepat
Jakarta, Beritasatu.com - Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Dr dr Jajang Sinardja, SpJP(K), mengungkapkan pentingnya tindakan Primary Percutaneous Coronary Intervention (Primary PCI) dalam mempertahankan kualitas hidup pasien yang terkena serangan jantung.
"Serangan jantung itu kondisi yang sangat berbahaya, dengan risiko kematian yang tinggi. Tapi dengan berkembangnya teknologi kedokteran, ternyata penanganannya bisa sangat menolong pasien,” kata dia dalam webinar di Jakarta, Jumat (20/10/2023).
Dijelaskan lebih lanjut oleh dr Jajang, yang berpraktik di rumah sakit khusus jantung Heartology Cardiovascular Hospital tersebut, semakin cepat tindakan kateterisasi dilakukan, semakin besar keberhasilan penanganan pada pasien serangan jantung. Hal ini dibandingkan dengan pasien yang sudah dibawa ke rumah sakit namun menolak untuk menjalani tindakan.
“Penanganan yang cepat dan tepat dapat mengurangi angka kematian menjadi hanya sekitar tiga persen, dan prosedur ini sudah teruji dan terbukti berhasil sejak puluhan tahun yang lalu,” tambahnya.
Namun, dr Jajang juga menyadari bahwa masih banyak pasien yang enggan melakukan Primary PCI dengan alasan takut, khawatir akan biaya, atau lebih memilih pengobatan atau penanganan alternatif. Ini, menurutnya, mungkin disebabkan oleh tingkat pengetahuan masyarakat yang masih rendah tentang serangan jantung dan cara penanganannya di Indonesia.
“Padahal, Primary PCI adalah langkah kunci untuk menyelamatkan pasien saat terjadi serangan jantung. Jantung menghentikan aktivitas normalnya akibat pembentukan plak pada pembuluh darah yang menyumbat aliran darah, akibat dari penumpukan lemak jahat (LDL),” jelas dia.
Dokter Jajang mengajak masyarakat untuk lebih memahami prosedur ini agar tidak panik atau takut ketika harus datang ke rumah sakit untuk meminta pertolongan. Primary PCI adalah prosedur yang bertujuan untuk membuka kembali arteri koroner yang tersumbat, memungkinkan aliran darah kembali normal.
Prosedur ini melibatkan penggunaan kateter yang fleksibel untuk membuka sumbatan dengan balon atau stent. Meskipun tingkat keberhasilannya tinggi, Jajang menekankan bahwa tindakan ini harus dilakukan secepat mungkin, sesuai dengan konsep "door to balloon time," yang merupakan ukuran waktu optimal dalam penanganan serangan jantung, dari pasien masuk IGD hingga pemasangan balon dalam kurun waktu maksimal 90 menit di ruang kateter (cath lab).
"Serangan jantung merupakan kasus emergensi yang harus segera ditangani oleh tim medis dan dokter spesialis jantung. Fasilitas diagnostik dan cath lab yang lengkap, cepat, dan akurat akan sangat mempengaruhi prognosis atau harapan hidup pasien,” tandas dr Jajang.
Komentar
Posting Komentar