Tiongkok Tegaskan Tak Berniat Ikut Perlombaan Nuklir dengan Amerika
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fimg2.beritasatu.com%2Fcache%2Fberitasatu%2F960x620-3%2F2023%2F10%2F1697821231-1102x620.webp)
Beijing, Beritasatu.com - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning menegaskan bahwa Tiongkok tak memiliki niat untuk ikut dalam perlombaan senjata nuklir dengan negara lain, termasuk Amerika Serikat (AS). Hal ini menanggapi laporan Departemen Pertahanan AS yang menyatakan bahwa Tiongkok tengah berupaya memodernisasi dan memperluas persenjataan nuklirnya, meningkatkan jumlah hulu ledak nuklir dari 500 unit menjadi lebih dari 1.000 unit pada 2030.
"Tiongkok sangat berkomitmen pada strategi nuklir defensif dan selalu mempertahankan kemampuan nuklirnya pada tingkat minimum sesuai dengan keamanan nasional. Kami tak berniat untuk terlibat dalam perlombaan senjata nuklir dengan negara apapun," ujar Mao Ning saat memberikan keterangan kepada media di Beijing, Jumat (20/10/2023) dikutip dari CGTN.
"Riwayat laporan AS ini, seperti laporan sebelumnya, tidak didasarkan pada fakta objektif dan cenderung bias. Mereka menyebut Tiongkok sebagai ancaman semata-mata untuk mencari alasan bagi AS untuk mempertahankan dominasinya dalam hal militer. Tiongkok sangat menentang hal ini," tegas Mao Ning.
Mao Ning menekankan bahwa kebijakan nuklir Tiongkok telah menjaga stabilitas, konsistensi, dan prediktabilitas yang tinggi di antara negara-negara pemilik senjata nuklir.
"Bagi negara mana pun, selama mereka tidak menggunakan atau mengancam untuk menggunakan senjata nuklir terhadap Tiongkok, maka mereka tidak perlu merasa terancam oleh senjata nuklir milik Tiongkok," tambahnya.
Mao Ning juga menyoroti AS adalah negara dengan persenjataan nuklir terbesar dan paling canggih di dunia. Kendati demikian, AS dinilai telah menggunakan senjata nuklir dengan tujuan untuk mengintimidasi.
"Mereka terus berinvestasi besar untuk meningkatkan kapabilitas nuklir mereka. Mereka menambah penyebaran senjata nuklir sebagai kekuatan strategis dan meningkatkan efek intimidasi terhadap sekutu-sekutu mereka. Kebijakan dan tindakan semacam ini meningkatkan risiko perlombaan senjata nuklir," ungkap Mao Ning.
"Tiongkok mendorong AS untuk meninggalkan mentalitas Perang Dingin dan hegemoni serta melihat niat strategis dan pengembangan pertahanan Tiongkok secara objektif dan rasional. AS harus berhenti merilis laporan tahunan semacam ini yang tidak bertanggung jawab demi memelihara hubungan militer dan relasi keseluruhan antara Tiongkok dan AS agar tetap stabil," pungkas Mao Ning.
Sebelumnya, laporan tahunan Departemen Pertahanan AS mengenai perkembangan militer dan keamanan di Tiongkok mencatat bahwa Tiongkok memiliki 500 hulu ledak pada 2022, dan diperkirakan akan melanjutkan upaya ekspansi dan modernisasi senjata hingga 2035 untuk memenuhi impian Presiden Xi Jinping mencapai status militer kelas dunia pada 2049.
Saat ini, persediaan senjata nuklir Tiongkok lebih sedikit dibandingkan dengan Rusia dan AS. Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, Rusia memiliki 5.889 hulu ledak, sedangkan AS memiliki 5.244 hulu ledak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar