BNPT: Guru Harus Jadi Agen Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Sekolah
Penulis: Antara | Editor: BW
Jakarta, Beritasatu.com - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia menginginkan agar para guru menjadi agen pencegahan radikalisme dan terorisme di lingkungan sekolah dan juga masyarakat.
Menurut Kasubdit Kontra Propaganda BNPT Solihuddin Nasution, keterlibatan para guru sangat penting, karena anak muda atau siswa sekolah menjadi target utama kelompok radikalisme dan terorisme.
“Mereka ditarget untuk menyebarkan paham kekerasan dan anti-NKRI," kata Solihuddin Nasution dalam keterangan tertulis, Kamis (23/11/2023).
Sebelumnya, Solihuddin membuka kegiatan, pendidikan guru dalam rangka pencegahan radikal terorisme di satuan pendidikan, di aula SMA 1 Palu, Sulawesi Tengah.
Dengan mengikuti acara tersebut, ujarnya, guru dapat menyampaikan kepada murid dan orang terkasih.
“Disampaikan juga kepada keluarga, grup WA, tetangga, sehingga nanti bapak ibu guru bisa jadi agen pencegahan radikalisme dan terorisme di lingkungan masyarakat. Bagaimana pun BNPT tidak mungkin memberikan sosialisasi kepada seluruh guru di Indonesia, dengan keterbatasan yang ada,” kata Solihuddin.
Menurut Solihuddin, kegiatan tersebut digelar untuk memberikan pemahaman kepada para guru, agar mengetahui bagaimana kelompok teror memapar target.
“Tidak hanya masyarakat awam, bahkan seorang profesor, rektor, TNI, Polri, dan seluruh lapisan masyarakat bisa terpapar radikalisme dan terorisme,” katanya.
Oleh karena itu, BNPT selalu berusaha mengajak seluruh elemen bangsa termasuk pendidikan untuk bersama memberikan pemahaman, terutama kepada anak didik dan orang terdekat, bagaimana kelompok terorisme bisa menyasar semua orang.
Dijelaskan, dari hasil penelitian, yang paling banyak terpapar adalah anak muda berusia 13-32 tahun.
“Kami dari BNPT sangat berterima kasih kepada bapak ibu dan semua pihak, terutama SMA 1 Palu. Sama-sama kita mengusung visi Sekolah Damai di Sulteng. Saya yakin ini jadi visi kita semua. Kami berharap seluruh level sekolah jadi sekolah damai yang bersih dari intoleransi, radikalisme, dan perundungan,” harapnya.
Sekretaris Dinas Pendidikan Sulteng Asrul Ahmad mengapresiasi kegiatan pelatihan tersebut. Menurutnya, ada tiga dosa besar dalam dunia pendidikan, yaitu intoleransi, kekerasan termasuk kekerasan seksual, dan perundungan.
Ia berharap dengan kegiatan ini para guru bisa meningkatkan pemahamannya keterkaitan antara intoleransi dengan radikal terorisme dan bagaimana penyebaran terorisme itu masuk ke satuan pendidikan.
Komentar
Posting Komentar