Dokter: Waspada diabetes pada anak yang sering ngompol dan cepat lapar
Senin, 20 November 2023 16:55 WIB
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak divisi endokrinologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo dr. Ghaisani Fadiana, Sp.A (K), mengimbau kepada orang tua untuk mewaspadai diabetes tipe 1 pada anak dengan tanda-tanda sering mengompol dan cepat lapar.
“Kalau misalnya anak-anak sudah melalui toilet training (latihan buang air), kemudian ada kejadian mengompol lagi yang cukup sering, itu harus diwaspadai,” kata Ghaisani dalam diskusi daring yang dipantau dari Jakarta, Senin.
Apabila anak-anak sering mengompol, Ghaisani menyarankan untuk melakukan pemantauan gejala lain yang mengarah ke diabetes. Adapun gejala lain tersebut meliputi tingginya frekuensi buang air kecil, sering merasa haus, cepat merasa lapar, penurunan berat badan, lemas, hingga infeksi berulang.
“Kalau misalnya ada gejalanya, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,” ucap Ghaisani.
Baca juga: Pakar: Diabetes tipe 1 paling banyak dialami anak Indonesia
Baca juga: Cegah diabetes pada anak dengan gaya hidup sehat
Biasanya, kata dia, anak yang mengalami gejala-gejala itu perlu konsultasi ke dokter spesialis anak untuk memastikan apakah betul ada diabetes. Untuk memastikan hal tersebut, dokter akan memeriksa gula darah anak.
“Itu untuk diabetes melitus tipe 1,” kata dia.
Ghaisani menekankan bahwa masyarakat harus mengetahui kewaspadaan itu. Ia mengatakan bahwa masyarakat kurang sadar akan kemungkinan anak-anak terjangkit diabetes karena terdapat anggapan bahwa diabetes biasanya terjadi pada usia lanjut.
Kurangnya kewaspadaan tersebut, ujar Ghaisani melanjutkan, berdampak pada keterlambatan orang tua yang menyadari anaknya menderita penyakit diabetes tipe 1.
“DM tipe 1 paling banyak diketahui ketika sudah kondisi lanjut, jadi, kondisi yang berat,” kata Ghaisani.
Adapun kondisi berat yang dimaksud oleh Ghaisani adalah ketika anak-anak yang diperiksakan ke rumah sakit sudah dengan keluhan sesak napas, penurunan kesadaran, nyeri perut, bahkan hingga kejang.
Hal-hal tersebut, kata dia, terjadi karena anak-anak diabetes melitus tipe 1 diketahuinya sudah dalam kondisi berat. Diabetes melitus tipe 1 diakibatkan oleh kerusakan atau kegagalan organ pankreas sehingga tidak bisa menghasilkan insulin.
“Tingkat kewaspadaan harus diperbaiki dengan pemantauan tumbuh kembang,” ujar Ghaisani.
Baca juga: Cegah komplikasi berat diabetes melitus pada anak dengan deteksi dini
Baca juga: Kenali gejala diabetes melitus pada anak dan penanganannya
Baca juga: Dokter sebut anak bawah 4 tahun dilarang konsumsi gula
“Kalau misalnya anak-anak sudah melalui toilet training (latihan buang air), kemudian ada kejadian mengompol lagi yang cukup sering, itu harus diwaspadai,” kata Ghaisani dalam diskusi daring yang dipantau dari Jakarta, Senin.
Apabila anak-anak sering mengompol, Ghaisani menyarankan untuk melakukan pemantauan gejala lain yang mengarah ke diabetes. Adapun gejala lain tersebut meliputi tingginya frekuensi buang air kecil, sering merasa haus, cepat merasa lapar, penurunan berat badan, lemas, hingga infeksi berulang.
“Kalau misalnya ada gejalanya, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,” ucap Ghaisani.
Baca juga: Pakar: Diabetes tipe 1 paling banyak dialami anak Indonesia
Baca juga: Cegah diabetes pada anak dengan gaya hidup sehat
Biasanya, kata dia, anak yang mengalami gejala-gejala itu perlu konsultasi ke dokter spesialis anak untuk memastikan apakah betul ada diabetes. Untuk memastikan hal tersebut, dokter akan memeriksa gula darah anak.
“Itu untuk diabetes melitus tipe 1,” kata dia.
Ghaisani menekankan bahwa masyarakat harus mengetahui kewaspadaan itu. Ia mengatakan bahwa masyarakat kurang sadar akan kemungkinan anak-anak terjangkit diabetes karena terdapat anggapan bahwa diabetes biasanya terjadi pada usia lanjut.
Kurangnya kewaspadaan tersebut, ujar Ghaisani melanjutkan, berdampak pada keterlambatan orang tua yang menyadari anaknya menderita penyakit diabetes tipe 1.
“DM tipe 1 paling banyak diketahui ketika sudah kondisi lanjut, jadi, kondisi yang berat,” kata Ghaisani.
Adapun kondisi berat yang dimaksud oleh Ghaisani adalah ketika anak-anak yang diperiksakan ke rumah sakit sudah dengan keluhan sesak napas, penurunan kesadaran, nyeri perut, bahkan hingga kejang.
Hal-hal tersebut, kata dia, terjadi karena anak-anak diabetes melitus tipe 1 diketahuinya sudah dalam kondisi berat. Diabetes melitus tipe 1 diakibatkan oleh kerusakan atau kegagalan organ pankreas sehingga tidak bisa menghasilkan insulin.
“Tingkat kewaspadaan harus diperbaiki dengan pemantauan tumbuh kembang,” ujar Ghaisani.
Baca juga: Cegah komplikasi berat diabetes melitus pada anak dengan deteksi dini
Baca juga: Kenali gejala diabetes melitus pada anak dan penanganannya
Baca juga: Dokter sebut anak bawah 4 tahun dilarang konsumsi gula
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Natisha Andarningtyas
COPYRIGHT © ANTARA 2023
- Tag:
Komentar
Posting Komentar