
PYONGYANG, iNew.id – Korea Utara pada Kamis (16/11/2023) ini mengkritik kunjungan sejumlah pejabat tinggi pertahanan AS ke Korea Selatan baru-baru ini. Pyongyang pun bersumpah akan memberikan tanggapan yang lebih keras terhadap aktivitas yang mereka sebut sebagai ancaman militer dari Amerika Serikat dan sekutunya itu.
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita KCNA, juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Utara menyalahkan Washington DC karena meningkatkan ketegangan di kawasan. Tudingan itu mengacu pada kunjungan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin ke Seoul minggu ini.
“Angkatan Bersenjata DPRK (Korea Utara) dengan kuat akan mengendalikan dan mengelola semua ancaman terhadap keamanan dan kepentingan nasionalnya dengan kemampuan penanggulangan yang lebih ofensif dan luar biasa serta melalui tindakan militer pencegah strategis yang nyata,” bunyi pernyataan itu.
DPRK adalah inisial nama resmi Korea Utara dalam bahasa Inggris, yaitu Democratic People’s Republic of Korea (Republik Rakyat Demokratik Korea).
Selama kunjungan Austin, Korea Selatan dan Amerika Serikat merevisi perjanjian keamanan bilateral yang bertujuan untuk menghalangi ancaman nuklir dan rudal Korea Utara yang semakin meningkat.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan revisi ini diperlukan karena strategi yang ada tidak sepenuhnya mengatasi kemajuan pesat dalam program rudal dan nuklir Korea Utara.
Korea Utara mengatakan, AS dan sekutu-sekutunya bertanggung jawab atas memburuknya ketegangan militer di Semenanjung Korea. Ini mengingat latihan militer skala besar yang mereka lakukan dan meningkatnya kehadiran aset-aset strategis Amerika di wilayah tersebut.
Kunjungan Austin ini menyusul kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Korea Selatan pekan lalu. Dalam kunjungan mereka yang berturut-turut, para pejabat tinggi AS berusaha memberikan jaminan atas komitmen Washington DC terhadap kawasan tersebut, sekaligus menyuarakan keprihatinan atas meningkatnya hubungan Rusia-Korea Utara.
Korea Utara dan Rusia telah membantah adanya kesepakatan senjata, meskipun para pemimpin mereka menjanjikan kerja sama militer yang lebih erat pada pertemuan puncak mereka di bulan September.
Editor : Ahmad Islamy Jamil
Follow Berita iNews di Google News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar