Visi Misi Capres-Cawapres Soal Lingkungan Hidup, Sudahkah Menjadi Prioritas?
Penulis: Harrist Riansyah | Editor: NBG
Jakarta, Beritasatu.com – Lingkungan Hidup tengah menjadi perbincangan hangat belakangan ini khususnya di DKI Jakarta. Polusi udara yang sangat mengganggu aktivitas warga Jakarta beberapa bulan terakhir. Pembangkit listrik menjadi paling banyak disalahkan oleh masyarakat sebagai penyumbang pencemaran lingkungan dan dituntut adanya energi baru terbarukan (EBT) sebagai pembangkit listrik baru. Di sisi lain pemerintah mengatakan penggunaan kendaraan pribadi yang menjadi penyumbang polusi dan mendorong masyarakat beralih ke transportasi publik dan kendaraan listrik.
Tidak hanya wilayah perkotaan, perdesaan pun merasakan pencemaran lingkungan dan perubahan iklim yang terjadi. Mulai dari kekeringan hingga air sungai tercemar limbah sudah menjadi persoalan yang sering terjadi.
Perdebatan solusi pencemaran lingkungan yang terjadi membuat masyarakat berharap pemimpin Indonesia selanjutnya mampu menemukan solusi permanen mengenai lingkungan hidup. Para bakal calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) yang sudah mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) memang mencantumkan visi misi mereka yang berkaitan dengan lingkungan hidup.
Pertama, pasangan Ganjar-Mahfud yang memiliki 8 misi yang diungkapkan ke publik. Dari delapan misi itu ada satu poin yang membahas mengenai lingkungan yaitu poin keenam yang beirisi mempercepat perwujudan lingkungan hidup yang berkelanjutan melalui ekonomi hijau dan biru.
Lalu pasangan Prabowo-Gibran dengan juga memiliki 8 misi, hal yang mengenai lingkungan hidup terdapat pada poin kedua yang berbunyi "memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru."
Terakhir pasangan Anies-Muhaimin yang sama seperti dua paslon lain yang memiliki 8 misi. Dari 8 misi itu dua di antara berisi tentang lingkungan hidup yaitu poin pertama dan ketiga. Poin pertama berbunyi "memastikan ketersediaan kebutuhan pokok dan biaya hidup murah melalui kemandirian pangan, ketahanan energi, dan kedaulatan air." Poin selanjutnya mengatur mengenai masalah iklim dengan bunyi "mewujudkan keadilan ekologis berkelanjutan untuk generasi mendatang."
Visi misi capres-cawapres mengenai lingkungan hidup dikritisi oleh Co-director Data & Democracy Research Hub Monash University Indonesia Derry Wijaya. Ia mengatakan meski memiliki visi misi yang berbeda, tetapi ketiga paslon sama-sama tidak memberikan perhatian serius terhadap isu perubahan iklim dan pelestarian lingkungan.
Derry mengatakan dokumen visi-misi ketiga paslon hanya berisi 1 persen yang memiliki kata-kata yang berhubungan dengan kebijakan lingkungan. Dengan kata kunci ‘lingkungan’, ‘iklim’, ‘ekologi’, dan ‘energi’.
Dalam siaran persnya pada Minggu (29/10/2023), Derry mengatakan pasangan Ganjar-Mahfud disebut memiliki kata yang berhubungan dengan lingkungan dengan 47 kata atau sekitar 1,09 persen, diikuti oleh Anies-Muhaimin dengan 44 kata (0,6 persen), dan Prabowo-Gibran sebanyak 44 kata (0,58 persen).
Dengan data tersebut, Chair Monash Climate Change Communication Research Hub-Indonesia, Node Ika Idris berpandangan isu perubahan iklim dan lingkungan bukan merupakan prioritas para paslon. Padahal ancaman dan dampak perubahan iklim sudah dirasakan banyak pihak yang berada di perkotaan dan perdesaan. Ia menambahkan pemanasan global dan perbuhan iklim merupakan agenda global dan pemilu saat ini seharusnya para kandidat memliki komitmen yang lebih terhadap isu perubahan iklim.
Komentar
Posting Komentar