30 RIbu Pelanggan PDAM Terdampak, Sungai Bengawan Solo Tercemar Limbah, Warna Hitam Pekat dan Berbau - Tribunnews
30 RIbu Pelanggan PDAM Terdampak, Sungai Bengawan Solo Tercemar Limbah, Warna Hitam Pekat dan Berbau
TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Sekira 30 ribu kepala keluarga terdampak pencemaran limbah di Sungai Bengawan Solo.
Mereka adalah para pelanggan air PDAM Kota Surakarta yang berada di dua wilayah.
Akibat pencemaran, yang mana salah satunya adalah akibat limbah ciu, mesin pompa produksi terpaksa dimatikan.
Hal tersebut harus dilakukan karena jika dipaksakan akan berdampak pada kesehatan para pelanggan, lantaran air warnanya sangat pekat dan berbau menyengat.
Aliran Sungai Bengawan Solo kembali menghitam karena pencemaran limbah yang membuat pengolahan air di tiga IPAL milik PDAM dihentikan.
Bahkan dalam sepekan terakhir, terjadi tiga peristiwa pencemaran limbah di Sungai Bengawan Solo.
Supervisor IPAL Jurug dan Jebres, Agung Susilo menerangkan, sudah tiga kali pengolahan air baku terpaksa distop oleh petugas.
"Warnanya pekat dan berbau."
"Sehingga tidak mungkin untuk kami olah."
"Tentunya mengganggu pelayanan," ungkapnya seperti dilansir dari TribunSolo.com, Senin (18/12/2023).
Akibatnya, sekira 30 ribu kepala keluarga (KK) di Kota Surakarta mengalami dampak dari pencemaran di Sungai Bengawan Solo tersebut.
"Untuk yang pasokannya terganggu sekira 30 ribu KK."
"Karena kami untuk menyuplai dua wilayah."
"Wilayah utara disuplai IPAL Jebres, kemudian untuk IPAL Jurug menyuplai wilayah tengah."
"Sudah dimatikan sejak pukul 05.30," sambungnya.
Sementara itu, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) PDAM Kota Surakarta, Bayu Tunggul membenarkan bahwa ada gangguan terhadap pengolahan air di tiga IPAL milih PDAM Surakarta.
Untuk pencemaran yang terjadi pada Minggu (17/12/2023) tersebut membuat PDAM kekurangan stok air baku yang akan disalurkan ke masyarakat.
"Tapi yang dua sebelumnya masih punya stok air yang layak."
"Masih bisa untuk mencukupi pasokan ke pelanggan sambil menunggu kualitas bahan baku membaik."
"Belum sempat habis, kami sudah bisa mengolah."
"Tapi untuk kali ini stok sudah habis, air tidak bisa diolah," jelasnya,
Bayu menambahkan, untuk IPAL Jurug mampu memproduksi air 100 liter per detik.
Kemudian IPAL Jebres mampu memproduksi 50 liter air per detik.
Sedangkan IPAL Semanggi 80 liter per detik yang bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan 80 pelanggan.
"Jadi tinggal dikali saja berapa banyak yang terdampak," ucapnya.
Dia menjelaskan, jika produksi dihentikan dalam waktu 1x24 jam, pihaknya juga telah menyiapakan sejumlah tangki air untuk droping ke permukiman warga yang terdampak.
"Banyak keluhan yang masuk, padahal kami hanya operator."
"Yang menjamin kualitas air yang menjadi bahan baku adalah DLH, (BPWSBS), dan PJT," imbuhnya.
Bayu meminta para pihak yang memiliki wewenang tinggal berlaku tegas karena telah jelas dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanana (Permen LHK) Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah.
"ini sebenarnya sudah jelas."
"Tinggal dijalankan saja," ujar Bayu.
"Kami tinggal menegakkan regulasi saja."
"Jadi kami minta pihak yang memiliki wewenang itu semaksimal mungkin."
"Kalau seperti ini terus, kami operator yang notabenenya membayar juga ke pihak jasa Tirta ya rugi."
"Padahal ini untuk kepentingan masyarakat, kalau seperti ini terus tidak ada solusi," pungkasnya. (*)
Komentar
Posting Komentar