PDAM 3 Kali Hentikan Produksi Air Bersih Imbas Pencemaran Limbah Bengawan Solo, 30 Ribu KK Terdampak - Tribunnews
PDAM 3 Kali Hentikan Produksi Air Bersih Imbas Pencemaran Limbah Bengawan Solo, 30 Ribu KK Terdampak
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Andreas Chris Febrianto Nugroho
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Aliran sungai Bengawan Solo kembali menghitam karena pencemaran limbah yang membuat pengolahan air di tiga IPAL milik PDAM dihentikan.
Bahkan dalam sepekan terakhir, terjadi tiga peristiwa pencemaran limbah di sungai Bengawan Solo.
Supervisor IPAL Jurug dan Jebres Agung Susilo menerangkan sudah tiga kali pengolahan air baku terpaksa distop oleh petugas.
"Warnanya pekat dan berbau. Sehingga tidak mungkin untuk kita olah. Tentunya mengganggu pelayanan," ungkapnya, Senin (18/12/2023).
Akibatnya kurang lebih 30 ribu kepala keluarga di Kota Solo mengalami dampak dari pencemaran di sungai Bengawan Solo tersebut.
"Untuk yang pasokannya terganggu kurang lebih sekitar 30 ribu KK. Karena kita untuk menyuplai dua wilayah. Wilayah utara disuplai IPAL Jebres, kemudian untuk IPAL Jurug menyuplai wilayah tengah. Sudah dimatikan hari ini (kemarin) sejak pukul 05.30," sambungnya.
Sementara itu, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) PDAM Solo, Bayu Tunggul membenarkan bahwa ada gangguan terhadap pengolahan air di tiga IPAL milih PDAM Solo.
Untuk pencemaran yang terjadi pada hari Minggu tersebut membuat PDAM Solo kekurangan stok air baku yang akan disalurkan ke masyarakat.
"Tapi yang dua kemarin masih punya stok air yang layak. Masih bisa untuk mencukupi pasokan ke pelanggan sambil menunggu kualitas bahan baku membaik. Belum sempat habis, kita sudah bisa ngolah. Tapi untuk kali ini stok sudah habis, air tidak bisa diolah," jelasnya,
Bayu menambahkan untuk IPAL Jurug mampu memproduksi air 100 liter per detik, kemudian IPAL Jebres mampu memproduksi 50 liter air per detik, sedangkan IPAL Semanggi 80 liter per detik yang bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan 80 pelanggan.
"Jadi tinggal dikali saja berapa banyak yang terdampak," ucapnya.
Ia menjelaskan jika produksi dihentikan dalam waktu 1x24 jam, pihaknya juga telah menyiapakan sejumlah tangki air untuk droping ke pemukiman warga yang terdampak.
"Banyak keluhan yang masuk ke kita, padahal kita hanya operator. Yang menjamin kualitas air yang menjadi bahan baku kita adalah DLH, (BPWSBS) dan PJT," imbuhnya.
Bayu meminta para pihak yang memiliki wewenang tinggal berlaku tegas karena telah jelas dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanana (Permen LHK) No. 5 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah.
"ini sebenarnya sudah jelas. Tinggal dijalankan saja," ujar Bayu.
"Kita tinggal menegakkan regulasi saja ya, jadi saya minta pihak yang memiliki wewenang itu semaksimal mungkin. Kalau seperti ini terus, kami operator yang notabennya membayar juga ke pihak jasa Tirta ya rugi. Padahal ini untuk kepentingan masyarakat, kalau seperti ini terus tidak ada solusi," pungkasnya.
(*)
Komentar
Posting Komentar