Abdul Rahman Remaja Palestina Korban Kekejaman Israel, 30 Kali Ditembak, Separuh Tengkorak Hilang - Serambinews.com
SERAMBINEWS.COM - Israel membebaskan Abdul Al-Rahman Amer Al-Zaghal (14), tahanan Palestina dalam pertukaran tahanan dan sandera yang disepakati dengan kelompok bersenjata Hamas Palestina.
Pada hari ke-6 gencatan senjata sementara antara Hamas dan Israel, ia merupakan satu dari 30 tahanan Palestina yang dibebaskan pada Rabu (28/11/2023).
Remaja yang akrab dipanggil Abdul Rahman itu kehilangan separuh tengkoraknya pada tiga bulan lalu.
Abdul Rahman saat itu sedang berjalan untuk membeli roti di Kota Silwan di sebelah selatan Masjid Al-Aqsa.
Tentara Israel menembak Abdul Rahman dengan 30 peluru mengenai kepala dan panggulnya.
Abdul Rahman kemudian menjalani operasi di Rumah Sakit Hadassah Ein Kerem.
Ia berhasil bertahan hidup namun separuh tengkoraknya harus diangkat karena hancur.
Cedera akibat penembakan itu juga merusak mata kirinya dan panggulnya.
Ditangkap saat Jalani Perawatan Medis
Abdul Rahman kemudian menjalani perawatan medis sambil dipasung oleh Israel.
Dua minggu setelah itu, Israel menangkapnya atas tuduhan melemparkan bom molotov ke rumah pemukim Israel.
Abdul Rahman dibebaskan pada 14 September 2023 dari tuduhan itu dengan syarat menjadi tahanan rumah terbuka di penjara desa Beit Naquba, sebelah barat Yerusalem.
Secara otomatis, Abdul Rahman dideportasi dari rumahnya di lingkungannya di Kota Silwan.
Abdul Rahman adalah satu-satunya anak Palestina yang ditahan di rumah di antara 69 tahanan anak di Yerusalem.
Penahanan rumah artinya memaksa seorang narapidana untuk tinggal di rumah tertentu dalam jangka waktu tertentu atau tidak terbatas dan tidak bisa meninggalkannya kecuali dalam kasus-kasus luar biasa.
Seorang anggota keluarganya dipaksa untuk memastikan Abdul Rahman tidak pergi.
Bahkan, pergelangan kakinya diikat dengan gelang elektronik yang dapat memantau pergerakannya.
Pembebasan Sandera dan Tahanan
Pembebasan sandera dan tahanan ini disepakati oleh Israel dan kelompok bersenjata Hamas Palestina.
Pada kesepakatan pertama, Israel membebaskan 150 tahanan Palestina dan Hamas membebaskan 50 sandera Israel bersamaan dengan gencatan senjata sementara 4 hari pada 24-27 November 2023.
Perjanjian itu diperpanjang dua hari, Hamas membebaskan 12 sandera dan Israel membebaskan 30 tahanan pada hari ke-5 Selasa (28/11/2023).
Pada hari ke-6, Rabu (29/11/2023), Hamas membebaskan 16 sandera dan Israel membebaskan 30 tahanan Palestina.
Hamas Siap Tukar Semua Tentara Israel yang Ditawan dengan Seluruh Tahanan Palestina
Seorang pejabat senior Hamas mengatakan siap melepaskan semua tentara Israel yang ditawannya sebagai imbalan atas semua tahanan Palestina yang ditahan di Israel, di tengah negosiasi untuk memperpanjang gencatan senjata di Gaza.
Pejabat Hamas dan mantan menteri kesehatan Gaza Bassem Naim mengatakan kelompok itu sedang melakukan negosiasi keras untuk memperpanjang gencatan senjata yang dijadwalkan berakhir Kamis pagi setelah jeda pertempuran selama enam hari, dikutip dari Al Arabiya, Rabu (30/11/2023).
“Kami siap membebaskan semua tentara sebagai imbalan atas semua tahanan kami,” kata Naim pada konferensi pers di Cape Town, saat berkunjung ke Afrika Selatan.
Militan Gaza menawan sekitar 240 tawanan dari Israel selatan dalam serangan tanggal 7 Oktober yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menurut para pejabat Israel menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
Sebagai tanggapan, Israel telah berjanji untuk melenyapkan Hamas dan melancarkan kampanye udara dan darat yang menurut pemerintah Hamas telah menewaskan hampir 15.000 orang, sebagian besar juga warga sipil.
Enam puluh sandera Israel dan 180 tahanan Palestina telah dibebaskan berdasarkan perjanjian gencatan senjata demi kebahagiaan keluarga mereka.
Di antara para sandera yang masih ditahan oleh Hamas adalah tentara yang dikecualikan dari perjanjian pertukaran, dan gerakan militan kemungkinan akan menggunakan hal itu sebagai alat tawar-menawar yang penting.
Pada tahun 2011, lebih dari 1.000 warga Palestina ditukar dengan tentara Israel Gilad Shalit, yang telah ditawan oleh Hamas lima tahun sebelumnya.
Kelompok aktivis mengatakan ada lebih dari 7.000 warga Palestina di penjara-penjara Israel, banyak dari mereka jauh lebih menonjol dibandingkan anak-anak dan perempuan yang dibebaskan sejauh ini.
Hamas pada bulan Oktober telah menuntut Israel untuk membebaskan semua tahanan Palestina, namun pada saat itu mereka menawarkan untuk melepaskan semua sandera sebagai imbalannya.
Usulan baru ini muncul ketika upaya intensif untuk memperpanjang penghentian permusuhan, dengan sumber yang dekat dengan kelompok militan tersebut mengatakan Hamas bersedia memperpanjang gencatan senjata selama empat hari lagi dan membebaskan lebih banyak sandera Israel.
“Kami mencoba dengan para mediator untuk merundingkan gencatan senjata permanen,” kata Naim.
Sebelumnya tentara Israel mengatakan pihaknya sedang menyelidiki laporan sayap bersenjata Hamas bahwa seorang bayi berusia 10 bulan yang disandera, saudara laki-lakinya yang berusia empat tahun, dan ibu mereka semuanya terbunuh di Gaza.
“Kami telah mengonfirmasi dua hingga tiga minggu lalu bahwa 60 warga Israel tewas akibat pemboman Israel dan masih berada di bawah reruntuhan,” kata Naim.
“Wanita itu dan kedua anaknya termasuk di antara mereka, saya dapat memastikannya.”(*)
Sebelumnya, Israel melakukan pengeboman besar-besaran untuk menanggapi Hamas Palestina yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Hamas mengatakan, serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.
Kelompok tersebut menculik 240 orang dari wilayah Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel.
Pemboman Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 15.242 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Selasa (28/11/2023), dikutip dari Al Jazeera.
Selain itu, kekerasan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina juga terjadi di Tepi Barat, wilayah yang dipimpin Otoritas Pembebasan Palestina (PLO).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar