Arab, Uni Eropa sepakati perlunya solusi dua negara Israel-Palestina
27 November 2023 23:39 WIB
Barcelona (ANTARA) - Negara-negara Arab dan Uni Eropa pada Senin bersepakat bahwa solusi dua negara adalah jawaban untuk konflik Israel-Palestina.
Dalam pertemuan di Barcelona, Spanyol, kepala urusan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan seharusnya Otoritas Palestina memerintah Gaza.
Dia menyebutkan semua anggota Uni Eropa dan hampir semua peserta dalam pertemuan itu menyetujui perlunya solusi dua negara.
Otoritas Palestina harus menggelar pemilu dan memperkuat perannya agar menjadi "solusi yang layak" bagi pemerintahan masa depan di Gaza untuk menghindari "kevakuman kekuasaan", kata dia.
Gencatan senjata empat hari yang diberlakukan saat ini adalah jeda pertama dalam perang Israel-Hamas yang berlangsung selama tujuh pekan sejak kelompok perlawanan Palestina itu menyerang Israel pada 7 Oktober.
Menurut Israel, serangan itu menewaskan 1.200 warganya dan menyandera 240 orang lainnya. Di lain pihak, Palestina melaporkan bahwa serangan-serangan balasan Israel telah menewaskan sekitar 14.800 warganya.
Baca juga: Uni Eropa: Israel tak akan dapatkan perdamaian tanpa Negara Palestina
Hamas mengatakan ingin memperpanjang gencatan senjata saat ini. Seorang pejabat Israel mengatakan kepada Reuters bahwa Hamas harus melepaskan 10 orang sandera lagi pada Selasa sebagai imbalan atas perpanjangan itu.
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi menyatakan bahwa rakyat Palestina seharusnya menjadi pihak yang memutuskan siapa yang memerintah mereka.
Dia juga mengatakan bahwa pembicaraan tentang pemerintahan Gaza usai perang seharusnya difokuskan pada Tepi Barat dan Gaza sebagai satu kesatuan.
Solusi dua negara akan memungkinkan berdirinya negara Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza yang berdampingan dengan Israel.
Menlu Palestina Riyad Al Maliki mengatakan bahwa Otoritas Palestina yang kehilangan kendali atas Jalur Gaza dalam perebutan kekuasaan dengan Hamas pada 2007, tidak perlu kembali ke Gaza.
"Kami selalu berada di sana, kami memiliki 60.000 pegawai sipil di sana," kata dia.
Baca juga: Elon Musk nyatakan dukung Israel melawan Hamas
Ketiga tokoh itu berbicara pada akhir pertemuan singkat Forum Persatuan Mediterania di Barcelona, sebuah kelompok beranggotakan 43 negara Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Israel tidak menghadiri pertemuan itu.
Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan, yang mewakili kelompok menteri Liga Arab dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) berharap gencatan senjata yang dimulai Jumat itu bisa diperpanjang "beberapa hari lagi."
Menlu Palestina Maliki mengatakan bahwa Qatar, Mesir, AS, dan Uni Eropa sedang berusaha memperpanjang gencatan senjata.
Dia memperingatkan jika gencatan senjata tidak diperpanjang, angka kematian akan menjadi dua kali lipat karena penduduk Gaza kini berkumpul di bagian selatan wilayah kantung Palestina itu.
"Kita memiliki kesempatan hingga malam ini, untuk memperpanjang gencatan senjata... Saya mengandalkan dukungan rekan-rekan saya... agar kita semua pergi dari sini dengan suara lantang dan tegas yang bisa didengar di seluruh dunia: katakan tidak untuk perang, katakan ya bagi gencatan senjata," katanya.
Namun, Menlu Yordania menyatakan, "Beberapa dari kita masih tak mau menyerukan gencatan senjata... Kami menuntut agar itu diberlakukan segera."
Baca juga: Mendag tegaskan pemerintah tidak boikot produk terafiliasi Israel
Sumber: Reuters
Dalam pertemuan di Barcelona, Spanyol, kepala urusan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan seharusnya Otoritas Palestina memerintah Gaza.
Dia menyebutkan semua anggota Uni Eropa dan hampir semua peserta dalam pertemuan itu menyetujui perlunya solusi dua negara.
Otoritas Palestina harus menggelar pemilu dan memperkuat perannya agar menjadi "solusi yang layak" bagi pemerintahan masa depan di Gaza untuk menghindari "kevakuman kekuasaan", kata dia.
Gencatan senjata empat hari yang diberlakukan saat ini adalah jeda pertama dalam perang Israel-Hamas yang berlangsung selama tujuh pekan sejak kelompok perlawanan Palestina itu menyerang Israel pada 7 Oktober.
Menurut Israel, serangan itu menewaskan 1.200 warganya dan menyandera 240 orang lainnya. Di lain pihak, Palestina melaporkan bahwa serangan-serangan balasan Israel telah menewaskan sekitar 14.800 warganya.
Baca juga: Uni Eropa: Israel tak akan dapatkan perdamaian tanpa Negara Palestina
Hamas mengatakan ingin memperpanjang gencatan senjata saat ini. Seorang pejabat Israel mengatakan kepada Reuters bahwa Hamas harus melepaskan 10 orang sandera lagi pada Selasa sebagai imbalan atas perpanjangan itu.
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi menyatakan bahwa rakyat Palestina seharusnya menjadi pihak yang memutuskan siapa yang memerintah mereka.
Dia juga mengatakan bahwa pembicaraan tentang pemerintahan Gaza usai perang seharusnya difokuskan pada Tepi Barat dan Gaza sebagai satu kesatuan.
Solusi dua negara akan memungkinkan berdirinya negara Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza yang berdampingan dengan Israel.
Menlu Palestina Riyad Al Maliki mengatakan bahwa Otoritas Palestina yang kehilangan kendali atas Jalur Gaza dalam perebutan kekuasaan dengan Hamas pada 2007, tidak perlu kembali ke Gaza.
"Kami selalu berada di sana, kami memiliki 60.000 pegawai sipil di sana," kata dia.
Baca juga: Elon Musk nyatakan dukung Israel melawan Hamas
Ketiga tokoh itu berbicara pada akhir pertemuan singkat Forum Persatuan Mediterania di Barcelona, sebuah kelompok beranggotakan 43 negara Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Israel tidak menghadiri pertemuan itu.
Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan, yang mewakili kelompok menteri Liga Arab dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) berharap gencatan senjata yang dimulai Jumat itu bisa diperpanjang "beberapa hari lagi."
Menlu Palestina Maliki mengatakan bahwa Qatar, Mesir, AS, dan Uni Eropa sedang berusaha memperpanjang gencatan senjata.
Dia memperingatkan jika gencatan senjata tidak diperpanjang, angka kematian akan menjadi dua kali lipat karena penduduk Gaza kini berkumpul di bagian selatan wilayah kantung Palestina itu.
"Kita memiliki kesempatan hingga malam ini, untuk memperpanjang gencatan senjata... Saya mengandalkan dukungan rekan-rekan saya... agar kita semua pergi dari sini dengan suara lantang dan tegas yang bisa didengar di seluruh dunia: katakan tidak untuk perang, katakan ya bagi gencatan senjata," katanya.
Namun, Menlu Yordania menyatakan, "Beberapa dari kita masih tak mau menyerukan gencatan senjata... Kami menuntut agar itu diberlakukan segera."
Baca juga: Mendag tegaskan pemerintah tidak boikot produk terafiliasi Israel
Sumber: Reuters
Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023
Tags:
Komentar
Posting Komentar