Jakarta, Beritasatu.com - Sebanyak 331.000 milenial dan Gen Z yang menggunakan layanan pinjaman online (pinjol) dari fintech peer-to-peer (p2p) lending mencatatkan kredit macet per September 2023. Peningkatan juga terjadi pada jumlah pinjaman yang tidak lancar, mencapai 1,23 juta pengguna.
Menurut statistik fintech dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga September 2023, terdapat 19,52 juta peminjam dengan outstanding pinjaman mencapai Rp 50,26 triliun. Dari jumlah tersebut, milenial dan Gen Z yang berusia 19-34 tahun mencapai 11,45 juta pengguna, dengan outstanding pinjaman mencapai Rp 27,56 triliun.
Secara kualitas, sebagian besar segmen peminjam ini mencatatkan pinjaman yang lancar (hingga 30 hari) sebesar Rp 24,62 triliun dari 9,89 juta pengguna. Namun, terdapat 1,23 juta milenial dan Gen Z dengan pinjaman tidak lancar (30-90 hari), dengan outstanding pinjaman sebesar Rp 2,27 triliun.
Sementara untuk pinjaman macet (lebih dari 90 hari), terdapat 331.000 pengguna dengan outstanding pinjaman sebesar Rp 675,14 miliar per September 2023. Jumlah pengguna dengan kredit macet ini mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya, yaitu Agustus 2023, yang mencatat 259.000 pengguna dengan outstanding pinjaman Rp 602,69 miliar.
Meskipun demikian, data juga menunjukkan penurunan jumlah pengguna dengan kredit macet pada segmen usia di bawah 19 tahun, sementara penurunan signifikan terjadi pada segmen usia 35-54 tahun dan lebih dari 54 tahun.
Dari sebaran kualitas pinjaman tersebut, layanan pinjol dari fintech p2p lending mencatat tingkat wanprestasi 90 hari (TWP 90) sebesar 2,82% pada September 2023. Dalam pengembangannya, TWP 90 naik menjadi 2,89% pada Oktober 2023.
OJK terus berupaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di berbagai lapisan masyarakat. Sebagai bagian dari upaya tersebut, OJK menyelenggarakan kegiatan "Edukasi Keuangan Dalam Rangka Memperingati Hari Guru Nasional 2023" di Blora, Jawa Tengah pada Selasa (5/12/2023), dengan peserta terdiri dari perempuan guru, pelaku UMKM, dan masyarakat umum.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, menyatakan bahwa pengetahuan literasi keuangan sangat penting, terutama bagi perempuan yang berperan sebagai 'bendahara' dan guru pertama bagi anak-anak di keluarga. Pemberdayaan literasi keuangan diharapkan dapat menciptakan generasi muda yang cakap keuangan.
"Peningkatan pengetahuan pengelolaan keuangan menjadi keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh perempuan. Keterampilan literasi keuangan yang baik diperlukan untuk membuat keputusan pengelolaan keuangan keluarga dan usaha secara lebih bijak dan cermat,” kata Friderica.
Dengan literasi keuangan yang mumpuni, perempuan pelaku UMKM juga akan mampu mengelola usaha yang dimiliki dengan baik. Jika UMKM di daerah bertumbuh dengan baik maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Bupati Blora Arief Rohman menyampaikan apresiasi kepada OJK yang telah melaksanakan kegiatan edukasi keuangan dalam rangka meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat, khususnya di wilayah Kabupaten Blora.
“Kami berharap melalui kegiatan edukasi keuangan yang dilaksanakan pada hari ini dapat meningkatkan literasi keuangan masyarakat khususnya bagi para guru dan pelaku UMKM. Masyarakat yang terliterasi diharapkan dapat menggunakan produk dan layanan jasa keuangan dengan bijak. Jika harus berutang maka dana yang diperoleh pun digunakan untuk kebutuhan produktif bukan untuk kebutuhan konsumtif,” kata Arief Rohman.
Komentar
Posting Komentar