Bumi Bidik Produksi Batu Bara Naik Capai 80 Juta Ton pada 2024
Penulis: Muhamad Ghafur Fadillah | Editor: WBP
Jakarta, Beritasatu.com- PT Bumi Resources Tbk (BUMI) memproyeksikan produksi batu bara pada 2024 berkisar di 78-80 juta ton meningkat 11%-12% dari perkiraan akhir 2023 berkisar di 70-71 juta ton. Angka ini cukup beralasan di tengah fluktuasi harga komoditas tersebut.
Direktur sekaligus Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan, saat ini Bumi belum memfinalisasi target produksi batu bara di tengah harga yang saat ini terus berubah. Namun, berdasarkan riset yang dilakukan perusahaan, ada kemungkinan harga batu bara pada 2024 meningkat hingga 8%-10% dari 2023.
"Jadi saat ini kami belum finalisasi guidances pada 2024, saat kami sudah finalisasi, akan segera kami umumkan," jelasnya dalam paparan publik Bumi Resources, di Jakarta, Rabu (6/12/2023).
Dia mengatakan perseroan saat ini memiliki cadangan batu bara sebesar 2,4 miliar metrik ton dan sumber daya batu bara sebesar 6,8 metrik ton.
Chief Economist dan Vice President Investor Relations Bumi Resources Ahmad Reza Widjaja menuturkan, angka cadangan tersebut berasal dari tiga perusahaan tambang, yakni PT Arutmin Indonesia, PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Pendopo Energi Batubara (PEB). "Cadangan ini masih bisa dikembangkan lagi, utamanya dari KPC dan Arutmin, karena baru sebagian saja yang kami eksplorasi," ujar dia.
Reza menyampaikan, KPC dan Arutmin merupakan perusahaan berbasis sumber daya alam dan penghasil batu bara termal terbesar di Indonesia dengan penguasaan pasar 25% dari seluruh produksi batu bara Indonesia. Dengan produksi batu bara sebanyak 71,9 juta metrik ton pada 2022, KPC merupakan salah satu pengekspor batu bara terbesar di dunia.
Ia memperkirakan, permintaan batu bara di negara tujuan ekspor pada musim dingin akan meningkat. Saat ini perseroan mengekspor batu bara sebesar 1% ke Brunei Darussalam, 2% ke Hong Kong, 4% ke Malaysia, dan 6% ke Taiwan, 6% ke Filipina, serta 8% ke Jepang. Sementara dua negara dengan permintaan paling besar, yakni India 10% dan Tiongkok 28%. Sedangkan untuk penjualam domestik sebesar 36%. "Dengan demikian pertambangan kami memiliki posisi yang ideal untuk pasar batu bara, utamanya di Asia dan Eropa," kata dia.
Sementara itu, hingga kuartal III 2023, Bumi Resources membukukan pendapatan US$ 1,17 miliar (tanpa mengonsolidasikan PT Kaltim Prima Coal/KPC) atau turun 15,7% dari US$ 1,39 miliar pada periode sama tahun lalu.
Dalam laporan keuangan (lapkeu) Bumi per 30 September 2023 yang ditelaah secara terbatas dan dipublikasikan di web Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 29 November, entitas Grup Bakrie dan Grup Salim itu mencatatkan beban pokok pendapatan US$ 1,09 miliar. Jumlahnya susut dari US$ 1,1 miliar di akhir kuartal III 2022.
Meski beban pokok pendapatan turun, laba bruto perseroan mengecil jadi US$ 78,92 juta dalam 9 bulan 2023 dibandingkan US$ 294,27 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Laba usaha Bumi Resources berkurang dari US$ 225,04 juta menjadi US$ 16,92 juta per 30 September tahun ini. Adapun laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$ 58,26 juta pada Januari-September 2023 berkurang 84,05% dari US$ 365,49 juta pada 9 bulan 2022. Jumlah aset per 30 September 2023 sebesar US$ 4,18 miliar, liabilitas US$ 1,37 miliar, dan ekuitas neto US$ 2,81 miliar.
Komentar
Posting Komentar