Kemenkes Sebut Pasien COVID-19 JN.1 yang Meninggal Baru Divaksin Sekali
Kementerian Kesehatan RI mengonfirmasi dua orang meninggal dunia di Batam setelah terpapar COVID-19. Berdasarkan hasil genome sequencing, salah satu pasien terinfeksi subvarian BA.2.86.1 atau varian JN.1. Varian ini pertama kali dilaporkan di Indonesia pada November lalu.
"BA.2.86.1 menurut kategori Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) termasuk JN.1. Jadi ada 1 kematian JN.1," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, Selasa (26/12/2023).
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Batam, pasien COVID-19 yang meninggal akibat terpapar varian JN.1 merupakan laki-laki berinisial FV. Pasien dilaporkan memiliki riwayat komorbid dan sempat dirawat di ICU lantaran mengeluhkan gejala berat. Pasien juga diketahui baru mendapat vaksin COVID-19 satu kali atau satu dosis.
"FV, 48 tahun, laki-laki, meninggal 18 Desember 2023 di RS Embung Fatimah," ucap dr Nadia.
Sementara pasien lain yang meninggal berinisial GNs (77 tahun), usai terjangkit COVID-19 varian GE.1. GNs meninggal pada 21 Desember 2021 setelah menjalani perawatan di RS Elizabeth Lubuk Baja.
"Jadi pada yang komorbid dan vaksin tidak lengkap resiko kematian bisa meningkat," imbuhnya lagi.
Berita sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan COVID-19 JN.1 sebagai 'variant of interest' (VoI). Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan JN.1 atau sublineage dari subvarian Omicron BA.2.86 ini memiliki gejala yang khas daripada subvarian maupun varian lainnya. Adapun gejala tersebut bisa terlihat dari lidah pasien.
"JN.1 ini sebenarnya sama saja. Subvariannya turunan Omicron, cuma ada ciri-ciri khasnya. Lidahnya menunjukkan warna lebih putih dari biasanya," kata Ani di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Kamis, dikutip Antara, Jumat (22/12).
Selain itu, COVID-19 varian JN.1 ini disebutnya lebih menular dibanding COVID varian maupun subvarian lainnya. Namun tingkat fatalitas dan kematian yang disebabkan varian tersebut tidak tinggi.
Simak Video "Covid-19 Kembali Ngegas, Perlukah Pakai Masker Lagi?"
[Gambas:Video 20detik]
(suc/vyp)
Komentar
Posting Komentar