Mengapa Rohingya Dibenci di Myanmar? Halaman all - Kompas.com
Mengapa Rohingya Dibenci di Myanmar?
KOMPAS.com - Krisis Rohingya merujuk pada konflik berkepanjangan antara etnis Rohingya dengan pemerintah Myanmar.
Muslim Rohingya merupakan kelompok minoritas di Myanmar yang tinggal di negara bagian Rakhine.
Sejak 1982, ketiadaan status kewarganegaran menyebabkan etnis Rohingnya tidak berada dalam perlindungan suatu negara.
Saat ini, Rohingya menjadi populasi tanpa kewarganegaan terbesar di dunia.
Dalam beberapa tahun terakhir, tidakan represif dari pemerintah Myanmar kembali memunculkan gelombang pengungsi etnis Rohingya ke beberapa negara tetangga, termasuk ke Indonesia untuk mencari suaka.
Lantas, mengapa etnis Rohingya begitu dibenci di Myanmar?
Siapa Rohingya dan sejarahnya di Myanmar
Muslim Rohingya merupakan salah satu dari banyak etnis minoritas di Myanmar.
Mereka memiliki bahasa dan budaya sendiri, yang berbeda dari orang Myanmar yang hampir 90 persen beragama Buddha.
Secara fisik dan budaya, etnis Rohingya lebih mirip orang-orang Bangladesh dan India daripada dengan Suku Bamar, yang menjadi kelompok etnis terbesar di Myanmar.
Menurut catatan beberapa sumber, Rohingya adalah keturunan pedagang dan tentara Arab, Turki, atau Mongol yang pada abad ke-15 bermigrasi ke negara bagian Rakhine.
Selama berabad-abad, pedagang Muslim tersebut berbaur dengan para pendatang dari Bangladesh dan India, hingga membentuk etnis Rohingya.
Selama itu pula, mereka sebagai kelompok Muslim minoritas, hidup damai di wilayah Rakhine bersama umat Buddha.
Kenapa Rohingya dibenci?
Konflik antara etnis Rohingya dengan penduduk asli Myanmar mulai terjadi pada akhir abad ke-18, ketika Inggris datang dan menjadikan Myanmar sebagai koloninya.
Saat itu, orang-orang India yang juga dijajah oleh Inggris berdatangan ke Myanmar untuk bekerja, bahkan terkesan "merampas" hak-hak orang Myanmar.
Hal ini membuat orang Myanmar merasa dijajah dua kali, yakni oleh Inggris dan orang-orang India, yang secara fisik mirip etnis Rohingya.
Pada masa Perang Dunia II (1939-1945), banyak Muslim Rohingya yang direkrut oleh Inggris sebagai tentara.
Mereka beradu dengan umat Buddha Myanmar yang bersekutu dengan Jepang.
Ketika Inggris berhasil diusir Jepang pada 1942, etnis Rohingya di Rakhine menjadi sasaran kemarahan orang Myanmar.
Etnis Rohingya dianggap sebagai sekutu Inggris, dan dengan penampilan fisik yang mirip orang India membuat mereka terjebak dalam sasaran kebencian orang Myanmar.
Orang Rohingya kemudian dipandang sebagai imigran ilegal yang dibawa Inggris dari India dan Bangladesh.
Pada 1947, seiring dengan lahirnya konstitusi baru di Myanmar, etnis Rohingya sempat diberi hak hukum dan suara penuh.
Namun, kudeta militer Myanmar pada 1962 yang berujung pada era baru penindasan dan lahirnya undang-undang tahun 1982, menandai dimulainya era ketegangan yang baru.
Undang-undang tersebut membuat etnis Rohingya tidak lagi diakui sebagai kelompok etnis minoritas di Myanmar.
Hak-hak mereka dilucuti, dikucilkan secara sosial, dan sejak itu Muslim Rohingya menjadi populasi tanpa kewarganegaan.
Selain menyangkal kewarganegaraan Rohingya, pemerintah Myanmar juga tidak melibatkan mereka dalam sensus penduduk.
Komentar
Posting Komentar