Rohingya Aceh: Siapa yang menyebarkan narasi kebencian dan hoaks soal Rohingya di media sosial serta apa motifnya? - BBC News Indonesia

Rohingya Aceh: Siapa yang menyebarkan narasi kebencian dan hoaks soal Rohingya di media sosial serta apa motifnya? - BBC News Indonesia

Sejumlah imigran etnis Rohingya berada di depan pagar Kantor Gubernur Aceh, Banda Aceh, Aceh, Senin (11/12/2023).
Keterangan gambar, Sejumlah imigran etnis Rohingya berada di depan pagar Kantor Gubernur Aceh, Banda Aceh, Aceh, Senin (11/12/2023).

Analisis jaringan sosial Drone Emprit menemukan informasi bohong dan narasi kebencian terhadap pengungsi Rohingya di media sosial X sengaja disebarkan akun-akun fanbase atau forum yang biasanya tidak mengungkapkan identitas pengirim.

Cara seperti itu, kata pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, sangat signifikan untuk memperbesar percakapan, sehingga gampang menarik perhatian nasional.

Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Ann Maymann, berkata sebaran hoaks dan narasi kebencian terhadap Rohingya agak merepotkan mereka yang sedang berupaya menyetabilkan situasi di Aceh.

Adapun Presiden Joko Widodo menyatakan pemerintah Indonesia dan organisasi internasional masih mencari jalan keluar atas kedatangan bertubi-tubi pengungsi Rohingya.

Seperti apa hoaks dan narasi kebencian terhadap pengungsi Rohingya?

Keterangan video,

Ujaran kebencian dan hoaks terkait pengungsi Rohingya di Aceh banyak beredar di media sosial

Lembaga analisis media sosial, Drone Emprit, membuat analisis tentang sentimen negatif terhadap pengungsi Rohingya dalam periode 2 - 8 Desember 2023.

Artikel-artikel yang direkomendasikan
  • Anwar

Akhir dari Artikel-artikel yang direkomendasikan

Tertera bahwa jumlah sebutan Rohingya di X jauh lebih tinggi yakni mencapai 47.672 dibandingkan dengan berita online sebanyak 4.421.

Dalam grafik Drone Emprit terlihat peningkatan sebutan Rohingya membesar mulai 6 Desember.

Ismail Fahmi menjelaskan, klaster yang kontra terhadap pengungsi Rohingya sebetulnya lebih kecil daripada yang pro.

Meski begitu, menurutnya, dampaknya sangat signifikan meningkatkan volume percakapan di X.

Sebab informasi bohong dan narasi kebencian terhadap pengungsi Rohingya disebarkan oleh akun-akun fanbase atau forum yang memiliki banyak pengikut dan pengirimnya tidak mengungkapkan identitas alias 'pesan anonim'.

"Karena pengikutnya banyak, otomatis akan menyebar dan teknik ini sudah umum dipakai... terbukti responsnya sangat besar dan ketika diamplifikasi oleh para pendukungnya menjadi pembahasan nasional," ujar Ismail Fahmi kepada BBC News Indonesia.

Beberapa akun fanbase yang menyebarkan sentimen negatif Rohingya di antaranya @jengyaws, @tanyarfes, @kegblgnunfaedh, @convomfs, @Heraloebss, dan @valhalla.

Izinkan konten Twitter?

Artikel ini memuat konten yang disediakan Twitter. Kami meminta izin Anda sebelum ada yang dimunculkan mengingat situs itu mungkin menggunakan cookies dan teknologi lain. Anda dapat membaca Twitter kebijakan cookie dan kebijakan privasi sebelum menerima. Untuk melihat konten ini, pilihlah 'terima dan lanjutkan'.

Lompati Twitter pesan, 1

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

Oleh pengikut akun fanbase itu, menurut Ismail Fahmi, berita bohong dan narasi kebencian terhadap pengungsi Rohingya dipakai untuk memantik konflik horizontal antara sesama Muslim.

Ismail juga menangkap perbincangan soal Rohingya di media sosial mengarah ke dukungan warga Indonesia kepada Palestina.

"Jadi ada yang menengarai ini [hoaks dan narasi kebencian] mainan Israel untuk memecah perhatian warganet Indonesia," ujarnya.

Baca juga:

Ismail juga menangkap bahwa hoaks dan narasi kebencian terhadap Rohingya dipolitisasi dan dimanfaatkan untuk menyerang salah satu capres yang menyebut menerima pengungsi Rohingya di Indonesia.

"Sentimen negatif untuk Anies Baswedan karena ada potongan video dia yang menyatakan menerima kedatangan Rohingya."

Di media sosial X sejumlah akun pemengaruh seperti @herricahyadi, @neohistoria_id, @zhil_arf, @bandacatturas, dan @WidasSatyo berupaya melawan hoaks dan narasi kebencian tersebut dengan menekankan bahwa persoalan Rohingya adalah soal kemanusiaan.

Izinkan konten Twitter?

Artikel ini memuat konten yang disediakan Twitter. Kami meminta izin Anda sebelum ada yang dimunculkan mengingat situs itu mungkin menggunakan cookies dan teknologi lain. Anda dapat membaca Twitter kebijakan cookie dan kebijakan privasi sebelum menerima. Untuk melihat konten ini, pilihlah 'terima dan lanjutkan'.

Lompati Twitter pesan, 2

Hoaks dan narasi kebencian Rohingya terjadi di Malaysia dan Bangladesh, apa motifnya?

Hoaks dan narasi kebencian tak cuma diarahkan kepada pengungsi.

Beberapa akun di X dan TikTok menyebarkan hoaks dari tangkapan layar akun palsu UNHCR Indonesia yang isinya: "Semoga rakyat Rohingya bisa diterima masyarakat Indonesia dan pemerintah bisa berikan rumah, makan, tempat tinggal, dan KTP Indonesia."

Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Ann Maymann, mengatakan pihaknya tidak punya kewenangan memberikan itu semua kepada pengungsi Rohingya.

Imigran Rohingya menunggu dalam truk Satpol PP dan WH setelah ditolak warga untuk direlokasi di UPTD Rumoh Seujahtera Beujroh Meukarya Dinas Sosial, Ladong, Aceh Besar, Aceh, Senin (11/12/2023).
Keterangan gambar, Imigran Rohingya menunggu dalam truk Satpol PP dan WH setelah ditolak warga untuk direlokasi di UPTD Rumoh Seujahtera Beujroh Meukarya Dinas Sosial, Ladong, Aceh Besar, Aceh, Senin (11/12/2023).

Sebagai organisasi PBB yang mengurusi pengungsi, mereka hanya berkepentingan membantu pemerintah Indonesia untuk menyediakan tempat tinggal sementara, dan menyetabilkan situasi agar tidak makin keruh di Aceh.

"Tentu kami sangat sedih melihat ada banyak ujaran kebencian terhadap pengungsi dan UNHCR. Kami berupaya menangkal berbagai informasi bohong itu dengan membagikan unggahan berisi 14 fakta seputar pengungsi Rohingya," imbuh Ann Maymann kepada BBC News Indonesia.

Ann Maymann juga berkata hoaks dan narasi kebencian seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Tapi juga Malaysia beberapa tahun lalu lewat Facebook.

Berita bohongnya adalah pengungsi Rohingya disebut untuk mendapatkan status warga negara di Malaysia.

Baca juga:

Pemberitaan yang keliru oleh jurnalis kala itu memicu kampanye kebencian besar terhadap pengungsi Rohingya, karena mereka dianggap ingin menjadi warga negara Malaysia, kata Chris Lewa Direktur Arakan Project -lembaga advokasi HAM untuk minoritas Rohingya.

"Padahal pernyataan pengungsi Rohingya sangat jelas di muka umum, bahwa mereka ingin mendapatkan kewarganegaraan di Myanmar," imbuhnya.

Imigran Rohingya menunggu dalam truk Satpol PP dan WH setelah ditolak warga untuk direlokasi di UPTD Rumoh
Keterangan gambar, Imigran Rohingya menunggu dalam truk Satpol PP dan WH setelah ditolak warga untuk direlokasi di UPTD Rumoh

Selain Malaysia, Arakan Project menyebut narasi serupa yang berlangsung di India dan Bangladesh juga menyudutkan dan menuduh orang Rohingya sebagai teroris.

Chris Lewa mengatakan kampanye kebencian seperti ini sering kali berhubungan dengan politik.

"Ada juga kampanye kebencian di India yang menyebut Rohingya adalah teroris. Di Bangladesh juga ada karena di sana akan ada pemilu di bulan Januari."

"Sepertinya politisi lokal menggunakan isu Rohingya untuk menuding pemerintah pusat."

Baca juga:

Untuk kondisi di Indonesia, menurut Chris Lewa, topik Rohingya kemungkinan tak lepas dari kepentingan politik apalagi jelang Pemilu 2024.

Tetapi yang disayangkan, katanya, pernyataan dari pemerintah menanggapi isu Rohingya tidak cukup baik untuk meredam situasi yang berkembang di Aceh.

Dia merujuk pernyataan Menkopolhukam Mahfud MD bahwa Indonesia tidak mempunyai kewajiban untuk menerima orang Rohingya.

"Dan bahkan Presiden Jokowi membuat pernyataan beberapa hari lalu yang kurang membantu [menenangkan situasi]. Saya tidak ingin mengatakan itu tapi begitulah adanya."

Pengungsi Rohingya: 'Masyarakat Aceh dari dulu baik'

Seorang pengungsi Rohingya yang tinggal di Aceh, Mohammad, mengaku tidak semua masyarakat Aceh menolak mereka.

Saat pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia pada tahun 2011 ia bercerita diterima dengan baik.

Sikap itu, sambungnya masih terasa sampai sekarang. Kendati di beberapa wilayah ada penolakan, pria 30 tahun ini tak tahu apa penyebabnya.

"Menurut saya, orang Aceh ini dari dulu sampai sekarang baik-baik saja, tidak ada tolak menolak. Kalau posisi sekarang ini saya tidak tahu, saya tidak bisa bilang apa-apa," ucapnya kepada wartawan di Aceh, Hidayatullah yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Petugas melakukan pendataan terhadap imigran Rohingya yang baru terdampar di Desa Blang Raya, Kabupaten Pidie, Aceh, Minggu (10/12/2023).
Keterangan gambar, Petugas melakukan pendataan terhadap imigran Rohingya yang baru terdampar di Desa Blang Raya, Kabupaten Pidie, Aceh, Minggu (10/12/2023).

Dia juga mengatakan kehidupan mereka selama ini di tempat penampungan Mina Raya, Pidie, tidak ada masalah.

Tidak ada penolakan yang dilakukan masyarakat setempat pada mereka.

"Dari dulu tahun 2011 sampai saya tiba di Medan, orang kampung banyak yang menangis, tidak kasih kami 149 orang untuk pindah. Kalau begitu orang kampung sayang kan sama kami," kenang Muhammad.

Kata dia, orang Rohingya hanya membutuhkan tempat tinggal yang aman dan nyaman supaya anak-anak mereka bisa sekolah dengan layak.

Sebab di Myanmar, mereka hidup penuh dengan kesengsaraan.

"Harapan saya, kita orang Rohingya ini, kalau boleh minta tolong, dari tahun-tahun, kami Rohingya ini tidak pernah hidup senang, susah saja, dari dulu sampai sekarang," katanya.

Baca juga:

Pada Minggu (10/12), kapal-kapal yang membawa sekitar 400 pengungsi Rohingya tiba di Aceh.

Ketua Komunitas nelayan di Aceh, Miftah Cut Ade, berkata ada dua perahu yang mendarat yakni di Kabupaten Pidie dan Aceh Besar.

Catatan UNHCR Indonesia jumlah pengungsi Rohingya saat ini mencapai 1.684 orang yang berada di tujuh lokasi penampungan.

Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Ann Maymann, mengatakan beberapa tempat penampungan tidak layak karena mereka terpaksa tinggal di kebun kelapa, lapangan, dan pinggir pantai.

Kondisi ini, sebutnya tidak aman bagi pengungsi.

Itu mengapa UNHCR Indonesia bersama pemda serta komunitas lokal sedang mencari tempat yang layak untuk ditinggali.

"Kami memiliki daftar delapan lokasi, tapi berkurang menjadi enam dan pihak otoritas setempat akan menginfokan di mana kami bisa membawa para pengungsi sehingga kami bisa bekerja sama dengan mereka di sana," jelas Ann.

"Sebab ketika mereka ada di jalan atau pantai, itu tidak aman untuk siapapun."

Apa solusi pemerintah Indonesia?

Presiden Jokowi mengatakan pemerintah akan menampung sementara pengungsi Rohingya sembari terus berkomunikasi dengan organisasi internasional.

Jokowi berkata memahami penolakan masyarakat lokal terhadap pengungsi Rohingya tapi pemerintah juga menekankan bahwa persoalan ini berkaitan dengan kemanusiaan.

"Kita masih berbicara dengan organisasi-organisasi internasional. UNHCR dan lain-lain untuk karena memang masyarakat lokal tidak menginginkannya," kata Presiden Joko Widodo di Stasiun Pompa Ancol Sentiong, Jakarta Utara, Senin (11/12).

Sumber gambar, ANTARA FOTO

Keterangan gambar,

Imigran etnik Rohingya asal Myanmar menaiki kendaraan menuju tempat penampungan sementara di Banda Aceh, Aceh, Minggu (10/12/2023) malam. Sebanyak 137 orang imigran Rohingya direlokasi paksa ke kantor Gubernur Aceh dipindahkan sementara di camp perkemahan Pramuka, Kabupaten Pidie.

Sementara itu Pj Gubernur Aceh, Achmad Muzaki, menambahkan sesuai Perpres 125 Tahun 2016 pemda berkewajiban menyiapkan lokasi penampungan bagi pengungsi yang bekerja sama dengan lembaga internasional.

Penyiapan lokasi penampungan itu, katanya termasuk kebersihan sanitasi, kesehatan, dan rumah ibadah.

Saat ini pemda sedang mencari jalan keluar mencari tempat penampungan baru.

Sebab ada ratusan pengungsi Rohingya yang terhampar di kebun-kebun milik warga.

"Jumlah tidak sedikit ada 100 sampai 200 orang dan menggunakan fasilitas masyarakat setempat untuk beristirahat sehingga terjadi ketidaknyamanan masyarakat Aceh," ucap Pj Gubernur Aceh, Achmad Muzaki.

"Pada dasarnya kita selalu utamakan kemanusiaan namun jangan menjadi persoalan."

Baca juga:

Baca Juga

Komentar