Usir Kapal Bawa Rohingya di Perairan Pidie, Ini yang Dilakukan Nelayan, Pj Bupati Sesalkan UNHCR - Tribunnews

 

Usir Kapal Bawa Rohingya di Perairan Pidie, Ini yang Dilakukan Nelayan, Pj Bupati Sesalkan UNHCR

By Eddy Fitriadi
aceh.tribunnews.com
December 18, 2023

Laporan Muhammad Nazar I Pidie

SERAMBINEWS.COM, SIGLI-  Nelayan di Pidie terus tingkatkan pengamanan terhadap bibir pantai. 

Pengawalan pesisir laut, dengan melakukan patroli secara rutin. 

"Saat ini panglima laot bersama nelayan telah memagari laut dalam upaya mengusir kapal yang membawa etnis Rohingya asal Negara Myanmar mendarat di bibir pantai Pidie, Aceh," kata Pj Bupati Pidie, Wahyudi Adisiswanto, kepada Serambinews.com

Menurutnya, pemagaran dilakukan panglima laot bersama masyarakat nelayan dengan ongkos sendiri.

"Saya sangat menyesalkan karena UNHCR tidak peduli terhadap niat baik panglima laot," ujarnya.

Ia menyebutkan, saat ini Kabupaten Pidie menampung paling banyak Rohingya mencapai 889 orang. Di mana 482 Rohingya ditampung di Kamp Mina Raya, Kecamatan Padang Tiji. 

Sementara sisanya ditampung di bibir pantai Gampong Batee, Kecamatan Muara Tiga (Laweung) dan Gampong Kulam, Kecamatan Batee.

Kata Pj Bupati, keberadaan Rohingya menjadi beban Pemkab Pidie. Saat ini, Pemkab Pidie paling lama telah menampung pengungsi Rohingya yang sudah satu tahun. 

Penampungan itu tidak menimbulkan gejolak dari masyarakat. Sebab, masyarakat Pidie sangat toleransi menampung Rohingya. Sebab, warga terus memperpanjang Rohingya untuk ditampung sementara di Pidie.

"Terakhir ini masyarakat mulai resah, lantaran keberadaan Rohingya sangat berbahaya. Sebab, telah terjadi kasus seksual, yang memperkosa sesama Rohingya sendiri. Sehingga warga menilai perilaku seksual sesama Rohingya dinilai telah menodai Kabupaten Pidie sebagai kota santri," kata Wahyudi.

Menurutnya, keberadaan Rohingya secara terbuka telah disampaikan kepada UNHCR, sehingga setelah seminggu tidak ada kepastian terhadap pengungsi Rohingya, maka Pemkab akan serahkan Rohingya kepada masyarakat. 

Selain itu, kata Wahyudi, masyarakat telah berbondong-bondong datang ke Pendopo Bupati Pidie, guna menyampaikan protes terhadap keberadaan Rohingya. 

Warga yang datang ke pendopo adalah keuchik, panglima laot, tokoh pemuda. Masyarakat tetap intens melaporkan terhadap Rohingya yang ditampung di Laweung dan Kecamatan Batee. 

Artinya warga selalu berkomunikasi, sehingga adanya jalan keluar untuk mengajak masyarakat untuk berkomunikasi.

Menurutnya, sebenarnya warga telah menyampaikan menolak menampung Rohingya. Masyarakat meminta Rohingya harus angkat kaki dari Pidie

Sebab, keberadaan Rohingya sangat merugikan warga. Prilaku Rohingya cenderung mencuri kelapa dan melepaskan ternak yang dikandang. 

"Rohingya akan berbahaya lagi jika lama tinggal di Pidie, disamping Rohingya membuang air besar (BAB) sembarangan di tambak warga," jelasnya.

Kata Wahyudi, Pemerintah Pusat berusaha mencari lahan untuk merelokasi Rohingya. Dalam mencari lahan untuk Rohingya, butuh bantuan Pemerintah Provinsi Aceh untuk mencari lahan. Ternyata ada lahan di dua kabupaten sebagai relokasi . 

"Namun, tidak serta merta bisa diterima, karena lokasi penampungan sementara berupa hutan yang tidak boleh langsung ditempati. Namun, harus adanya tanggung jawab pengelola pengungsi adalah UNHCR terhadap lokasi. Sehingga Kabupaten Pidie masih menunggu kepastian relokasi," pungkasnya. (*)

Baca Juga

Komentar