Waspada, Malware Android Chameleon Manfaatkan Kunci Sidik Jari untuk Curi Data HEADLINE – Liputan 6 – https://bit.ly/3RViV07 – #Opsitek #Kopiminfo - https://ift.tt/RoTymbI - Opsiin

Informasi Pilihanku

demo-image
demo-image

Waspada, Malware Android Chameleon Manfaatkan Kunci Sidik Jari untuk Curi Data HEADLINE – Liputan 6 – https://bit.ly/3RViV07 – #Opsitek #Kopiminfo - https://ift.tt/RoTymbI

Share This
Responsive Ads Here

Waspada, Malware Android Chameleon Manfaatkan Kunci Sidik Jari untuk Curi Data HEADLINE – Liputan 6 December 25, 2023 at 09:05PM

Waspada, Malware Android Chameleon Manfaatkan Kunci Sidik Jari untuk Curi Data

HEADLINE HARI INI
Waspada Peningkatan Kasus COVID-19 Varian JN.1 di Indonesia, Seberapa Bahaya?

Diterbitkan 25 Des 2023, 18:00 WIB

092450700_1453552338-sidik

Ilustrasi Sidik Jari (occupycorporatism.com)

Liputan6.com, Jakarta – Data biometrik adalah sesuatu yang unik, salah satunya sidik jari. Saat ini, banyak perusahaan teknologi yang menerapkan keamanan biometrik pada produk teknologi mereka.

Namun, rupanya penggunaan data biometrik sebagai kunci keamanan layanan digital tidak lagi terjamin keamanannya.

BACA JUGA: Kaspersky Deteksi 411.000 File Berbahaya Tiap Hari, Windows Jadi Target Utama

Dilansir Mashable, Senin (25/12/2023), versi baru malware Android Chameleon dilaporkan memungkinkan pelaku kejahatan manfaatkan fitur sidik jari untuk mencuri PIN pengguna.

Menurut peneliti di ThreatFabric, malware tersebut secara efektif mengelabui orang agar mengaktifkan layanan aksesibilitas. Kemudian memungkinkan penyerang mengubah kunci keamanan smartphone dari biometrik menjadi kunci PIN.

"Peningkatan ini meningkatkan kecanggihan dan kemampuan adaptasi varian Chameleon baru, menjadikannya ancaman yang lebih kuat dalam lanskap trojan mobile banking yang terus berkembang," kata ThreatFabric.

Manurut laporan Bleeping Computer, pelaku kejahatan dunia digital ini menyamar sebagai aplikasi Android yang sah, kemudian menampilkan halaman HTML yang meminta calon korban untuk mengaktifkan pengaturan aksesibilitas.

Dengan demikian, penyerang bisa melewati perlindungan, termasuk membuka kunci sidik jari. Ketika korban menggunakan PIN untuk login dan bukan sidik jari, penyerang dapat mencuri PIN tersebut atau kata sandi apa pun.

Adapun metode distribusi utama malware tersebut adalah melalui file paket Android (APK) dari sumber tidak resmi.

Maka dari itu, masyarakat harus berhati-hati dan memastikan bahwa mereka menggunakan aplikasi yang sah, terutama aplikasi perbankan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Waspada, Ada Malware Perbankan Targetkan Pengguna Android di Asia Tenggara

072320000_1601287913-New_Project__13_

Ilustrasi malware. Dok: threatpost.com

Sebelumnya, para peneliti keamanan siber mengidentifikasi malware Android terbaru yang dikenal sebagai FjordPhantom. Malware ini menargetkan pengguna di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Thailand, dan Vietnam sejak awal September 2023.

Disebarkan terutama melalui layanan perpesanan, malware ini menggabungkan aplikasi berbasis virus dengan teknik rekayasa sosial untuk mengecoh nasabah perbankan.

Perusahaan keamanan aplikasi seluler Promon mengungkapkan, rantai serangan ini menggunakan email, SMS, dan aplikasi perpesanan untuk memancing penerima agar mengunduh aplikasi perbankan palsu.

Korban kemudian jadi target teknik rekayasa sosial serupa dengan serangan berorientasi telepon (TOAD), melibatkan panggilan palsu untuk memberikan petunjuk langkah demi langkah dalam menjalankan aplikasi palsu tersebut.

Karakteristik utama malware FjordPhantom adalah kemampuannya untuk menjalankan kode berbahaya tanpa terdeteksi. Hal tersebut memungkinkan malware ini menghindari perlindungan sandbox Android.

BACA JUGA: Waspada! SpyLoan, Aplikasi Pinjol yang Bisa Mencuri Data Pribadi HP Android dan Memeras Uang Korban

Google: Pengguna Dilindungi Play Protect

097799900_1631265847-pexels-photo-1181248

Ilustrasi Penggunaan Laptop Credit: pexels.com/Christian

Menanggapi hal ini, juru bicara Google menyatakan bahwa pengguna dilindungi oleh Google Play Protect. Play Protect mengamankan pengguna dari aplikasi berbahaya, baik dari Play Store maupun aplikasi yang diunduh dari sumber lain.

Sementara itu, Peneliti keamanan Benjamin Adolphi menyebutkan bahwa teknik serangan yang digunakan oleh FjordPhantom ini menggunakan teknik virtualisasi tanpa memerlukan akses root.

Hal ini memungkinkan malware mengambil data penting pengguna berdasarkan tampilan yang muncul di layar HP pengguna, demikian jika dikutip dari TheHackerNews, Rabu (6/12/2023).

Dengan kecerdikan metodenya, FjordPhantom dapat memasang aplikasi perbankan yang sah dalam wadah virtual, mengambil informasi sensitif, dan mengubah perilaku aplikasi untuk menghindari deteksi.

Ancaman ini menunjukkan perlunya kehati-hatian ekstra bagi pengguna perangkat Android di wilayah Asia Tenggara.

BACA JUGA: Hati-Hati, Aplikasi Bajakan di MacOS Bisa Jadi Sarana Penyerang untuk Melakukan Kejahatan Online
Kaspersky Ungkap Data Biometrik Sangat Berisiko

088393300_1691494659-kaspersky-rebranding-in-details-featured

Produk kaspersky terkenal akan kemampuannya untuk menjaga keamanan perangkat lunak (Foto: official website Kaspersky Indonesia/logo Kaspersky)

Sementara itu, pada tahun 2019 lalu, penelitian Kaspersky menyoroti data biometrik sangat berisiko untuk dikompromikan.

Perusahaan melakukan preview tentang ancaman siber terhadap sistem yang digunakan untuk memproses dan menyimpan data biometrik.

Pada laporan tersebut, perusahaan menunjukkan berbagai ancaman berbahaya (termasuk Trojan akses jarak jauh, ransomware, Trojan perbankan, dll.) sering ditemukan melakukan upaya infeksi sistem TI.

"Sebanyak 37 persen komputer, server dan workstation yang digunakan untuk mengumpulkan, memroses, dan menyimpan data biometrik dengan produk Kaspersky terinstalasi, menghadapi setidaknya satu kali upaya infeksi malware pada Q3 2019," tulis Kaspersky diketerangan resminya, Senin (9/12/2019).

Secara keseluruhan, sejumlah besar sampel malware konvensional telah diblokir, termasuk trojan akses jarak jauh modern (5,4 persen), malware yang digunakan dalam serangan phishing (5,1 persen), ransomware (1,9 persen), dan Trojan Banking (1,5 persen).

094974700_1506068129-170920_Terpuruk_di_Era_Digital02

Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)

loadingbox-liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.Y

Artikel ini juga terbit di https://bit.ly/3RViV07 Artikel Teknologi lainnya di https://bit.ly/3LcK1Kh dan https://bit.ly/3qER1KN

thumbor-fallback-image-29



from Opsiin – Kopiminfo https://ift.tt/RoTymbI
via IFTTT
Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opsi lain

Arenanews

Berbagi Informasi

Media Informasi

Opsiinfo9

Post Bottom Ad

Pages