Waspada Paylater Bisa Ancam Masa Depan
Penulis: Yurike Metriani | Editor: YM
Jakarta, Beritasatu.com - Platform belanja daring yang menawarkan kemudahan pembayaran dengan cara mencicil dan platform pinjam uang mudah dan cepat yang sedang marak telah menjerat banyak orang karena mudah meminjam, tetapi tidak mampu membayar tagihan beserta bunganya yang tinggi.
Bermula dari rasa penasaran ingin mencoba karena paylater sedang populer, tergiur akan kemudahan meminjam dan besaran uang yang ditawarkan hingga akhirnya banyak yang terjebak dalam pusaran pinjaman online ilegal yang menimbulkan keresahan karena sudah ditandai oleh penagih utang dengan ancaman dan teror.
Faculty Head of Sequis Training Academy of Excellence Samuji mengingatkan agar sebelum memanfaatkan fasilitas pinjaman online sebaiknya membuat tujuan dan batasan berbelanja. Terutama, jika barang yang hendak dibeli bukan kebutuhan pokok.
Batasan belanja adalah bagian dari perencanaan keuangan. Dengan disiplin menjalankan perencanaan keuangan maka stabilitas keuangan niscaya dapat terjaga.
“Buatlah perencanaan keuangan dengan detail dan dibuat berjangka. Catat semua pemasukan, rencana pengeluaran hingga merekap realisasi. Pengeluaran dapat dicatat secara harian, mingguan dan bulanan.
Dengan cara ini Anda bisa melakukan evaluasi apakah sudah berhemat atau boros. Anda pun dapat memperkirakan kecukupan dana dalam jangka pendek dan mempersiapkan masa depan karena dibiayai dari pendapatan yang ada bukan dari berutang,” sebut Samuji.
Samuji menyarankan agar masyarakat menghindari paylater. Namun, jika tetap akan mengajukan paylater, kenali dulu dengan baik cara kerjanya dan kemampuan Anda membayar cicilan dengan menyimak tips berikut:
Pahami skema pembayaran
Dengan sejumlah pinjaman yang diajukan, berapa jumlah cicilan beserta bunganya, berapa lama masa mencicil, berapa denda yang dikenakan jika menunggak atau pelunasan di awal.
Penyedia layanan paylater memiliki skema pembayaran yang berbeda dan akan memberlakukan denda jika peminjam terlambat membayar tagihan.
Waspada risiko peretasan data dan rekening
Pinjaman paylater termasuk dalam transaksi digital sehingga rentan mengalami risiko peretasan atau hacking. Selalu lakukan pengecekan secara berkala terkait transaksi guna mendeteksi tindakan yang mencurigakan.
Cicilan bukan hanya pokok tapi ada bunga dan denda
Mengendalikan keinginan belanja sangatlah penting. Jika ingin membeli sesuatu yang bukan kebutuhan, sebaiknya menunggu hingga memiliki uang lebih. Jika ingin belanja pastikan dahulu apakah peruntukan barang sangat penting, bisa ditunda, atau tidak perlu dipenuhi.
Memaksakan diri belanja dengan cicilan dapat membuat keuangan tidak stabil kesehatan jiwa dan mental dapat terganggu, dan merusak rencana masa depan.
Apakah sudah sebutuh itu harus menggunakan paylater?
Ketika perencanaan keuangan berada di antara kepungan janji manis paylater, maka perencanaan keuangan bukan lagi menjadi pilihan apakah penting atau tidak penting.
Tetapi, sudah menjadi keharusan dari penting menjadi sangat penting untuk menjaga kebocoran tabungan, membantu kita terhindar dari perilaku belanja impulsif.
Selain perencanaan keuangan dan menghindari paylater, Samuji juga menyarankan agar masyarakat Indonesia melindungi keamanan finansial keluarga melalui asuransi jiwa dan kesehatan.
“Alasan mengapa perlu asuransi kesehatan tentunya agar saat memerlukan rawat inap bisa mendapatkan penanganan medis yang berkualitas atau mendapatkan Uang Pertanggungan (UP) sebagai solusi finansial sementara untuk keluarga jika terjadi risiko meninggal dunia,” kata Samuji.
Jika Anda tertarik pada produk asuransi dari Sequis, Anda dapat mempertimbangkan asuransi jiwa Q Smart Life New Gen Insurance dan bisa menambahkan asuransi kesehatan Sequis Q Infinite MedCare Rider Plan Lite. Perlindungan ganda ini tentu akan memberikan proteksi finansial keluarga Anda secara maksimal.
Literasi keuangan ini merupakan bagian dari upaya Sequis dalam memperingati Hari Asuransi Nasional dan mendukung program Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2023 yang digagas oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) demi tercapainya keuangan inklusif hingga 90 persen pada tahun 2024.
Salah satunya adalah agar masyarakat dapat mengakses produk dan layanan asuransi jiwa dan kesehatan yang berkualitas serta terjangkau dengan dengan cara yang mudah dan dapat diakses secara luas.
Komentar
Posting Komentar