Fakta Deretan Alutsista Canggih yang Dimiliki Indonesia
Jakarta, Beritasatu.com - Selama menjabat sebagai Menteri Pertahanan Prabowo Subianto melakukan pembelian berbagai alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk TNI, termasuk pesawat tempur, rudal, radar, ranpur, dan kapal selam.
Akuisisi ini bertujuan untuk memperkuat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam buku berjudul "Sistem Pertahanan & Manajemen Alutsista Negara Republik Indonesia" yang diterbitkan Komisi I DPR pada 2009, dijelaskan alutsista memiliki peran krusial sebagai salah satu komponen utama dalam sistem pertahanan Indonesia yang digunakan TNI.
Berikut ini fakta dan deretan alutsista canggih yang dimiliki Indonesia dikutip dari berbagai sumber, Minggu (7/1/2024).
Fakta-Fakta Alutsista
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada 2024, pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp43 triliun untuk program Modernisasi Alutsista, Non-Alutsista, dan Sarpras Pertahanan.
Angka ini mengalami penurunan sekitar Rp8,4 triliun atau 16,3% dibandingkan dengan realisasi anggaran pada 2023. Berdasarkan penjelasan dalam APBN 2024, Kementerian Pertahanan menerima tambahan dana dari pinjaman luar negeri pada 2022 sebesar Rp9,45 triliun dan pinjaman dalam negeri sebesar Rp 5,86 triliun untuk mendukung alutsista.
Pada 2023, terjadi penambahan pinjaman luar negeri sebesar Rp5,09 triliun dan pinjaman dalam negeri sebesar Rp4,32 triliun untuk dukungan serupa. Namun, APBN 2024 tidak memberikan rincian mengenai jumlah pinjaman yang dialokasikan untuk mendukung alutsista pada tahun tersebut. Total nilai utang pemerintah untuk alutsista juga tidak tercatat dalam dokumen.
Indonesia tercatat sebagai importir alutsista terbesar kelima di dunia pada 2021 dengan nilai US$ 67,6 juta. Namun, Indonesia juga merupakan eksportir alutsista ke-48 di dunia dengan nilai US$ 127 ribu, mengakibatkan defisit perdagangan sebesar US$ 67,4 juta.
Data ini menunjukkan tingginya ketergantungan Indonesia pada alutsista, yang bukan hal yang menguntungkan mengingat posisi strategis Indonesia sebagai pemimpin kawasan anggota G20 dan perannya dalam menjaga ketertiban dunia sesuai amanat konstitusi. Situasi ini juga membuat sektor pertahanan Indonesia menjadi "beban" bagi ekonomi nasional.
Dilihat dari aspek material, sebagian besar alutsista TNI AD jumlahnya memadai, tetapi kualitasnya sudah menurun. Dilansir dari Beritasatu.com, Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menilai kondisi alat alutsista TNI dalam kondisi yang tidak siap tempur. Menurutnya, hampir setengah alutsista pertahanan Indonesia sudah usang.
Khairul mengatakan saat ini dunia pertahanan Indonesia menghadapi kesenjangan antara kebutuhan dengan peningkatan kapabilitas. Di sisi lain, anggaran pengadaan alutsista sedikit. Meski begitu, Khairul memaklumi jika Indonesia belum mampu memodernisasi seluruh alutsista lantaran keterbatasan anggaran.
Deretan Alutsista Canggih yang Dimiliki Indonesia
Beberapa peralatan sistem persenjataan (alutsista) yang dimiliki TNI, seperti Torpedo MK-46 anti-kapal selam, Torpedo MK-44, bom laut, Rudal Exocet MM38 anti-kapal permukaan, Torpedo Steamgas, dan Torpedo SUT.
Selain itu, terdapat Rudal Yakhont, Rudal Exocet MM40 B3, Rudal VL MICA, Rudal C-802, Rudal C-705, Torpedo Blackshark, Torpedo A244S, Rudal P-15 Termit, Rudal Mistral, Rudal AL-1M, Rudal Seacat, Peluncur Rudal Astros II MK 6, Tank Leopard, Panser Anoa, dan Sea Rider Kopaska TNI AL.
Secara spesifik, TNI AL memiliki jenis tank amfibi yang canggih, seperti Tank BMP-3F, sedangkan TNI AU memiliki pesawat Sukhoi, Hercules terbaru, helikopter Pegasus, dan masih banyak lagi alutsista yang dimiliki baik TNI AD, TNI AL, maupun TNI AU.
Selain itu, Kementerian Pertahanan membeli enam pesawat tempur Rafale dari pabrikan Dassault Aviation asal Perancis. Menurut kontrak, ketiga pesawat Rafale pertama dijadwalkan tiba pada Januari 2026.
Komentar
Posting Komentar