PALESTINA, iNews.id – Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada akhir pekan ini menyatakan perang Israel terhadap Hamas di Gaza akan berlanjut selama berbulan-bulan lagi. Dia pun menentang seruan gencatan senjata internasional pascameningkatnya kematian di kalangan warga sipil, kelaparan, dan pengungsian massal di daerah kantong Palestina itu.
Pada saat yang sama, Netanyahu berterima kasih kepada pemerintahan Presiden Joe Biden atas dukungan AS yang berkelanjutan, termasuk persetujuan penjualan senjata darurat baru kepada Israel. Tak hanya itu, dia juga berterima kasih karena Washington DC telah mencegah disahkannya resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengupayakan gencatan senjata segera di Gaza.
Israel berpendapat bahwa mengakhiri perang di Gaza saat ini berarti kemenangan bagi Hamas. Sikap itu juga dianut oleh pemerintahan Biden.
Dalam pertempuran terbaru, pesawat-pesawat tempur Israel menyerang kamp-kamp pengungsi perkotaan Nuseirat dan Bureij di tengah Jalur Gaza, Sabtu (30/12/2023). Sementara pasukan darat zionis terus mendorong lebih jauh ke Kota Khan Younis di selatan Jalur Gaza.
Kemarin, Kementerian Kesehatan di Gaza mengungkapkan, lebih dari 21.600 warga Palestina telah gugur akibat serangan udara dan darat Israel di wilayah itu. Sebanyak 165 orang di antaranya tewas dalam 24 jam terakhir. Dikatakan bahwa sekitar 70 persen dari mereka yang terbunuh adalah perempuan dan anak-anak.
Sementara jumlah tentara Israel yang tewas dalam pertempuran di Gaza sejak Oktober lalu juga meningkat menjadi 170 orang. Akan tetapi, Hamas menyebut pihak zionis sengaja memperkecil jumlah kematian di kalangan pasukan Israel.
Perang tersebut telah menyebabkan 85 persen dari total 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi. Ada gelombang besar orang Palestina mencari perlindungan di daerah aman yang telah ditetapkan oleh Israel sendiri, namun tetap saja dibom oleh militer zionis.
Associated Press (AP) melansir, warga Palestina merasa sudah tidak ada tempat yang aman di Gaza, wilayah yang kecil itu. Ketika pasukan Israel memperluas serangan darat mereka pekan ini, puluhan ribu warga Palestina lainnya berdatangan ke Kota Rafah yang sebelumnya juga sudah padat penduduknya, di ujung paling selatan Gaza.
Ribuan tenda dan gubuk darurat bermunculan di pinggiran Rafah, dekat gudang PBB. Pengungsi tiba di Rafah dengan berjalan kaki atau dengan truk dan gerobak yang dipenuhi kasur. Mereka yang tidak mendapat tempat di tempat penampungan yang kewalahan akan mendirikan tenda di pinggir jalan.
“Kami tidak punya air. Kami tidak punya cukup makanan,” kata seorang perempuan pengungsi, Nour Daher, Sabtu kemarin.
“Anak-anak bangun pagi ingin makan, ingin minum. Kami membutuhkan waktu satu jam untuk mencarikan air untuk mereka. Kami tidak bisa membawakan mereka tepung. Bahkan ketika kami ingin membawanya ke toilet, kami membutuhkan waktu satu jam untuk berjalan kaki,” tuturnya.
Di kamp Nuseirat, seorang warga bernama Mustafa Abu Wawee mengatakan, serangan Israel menghantam rumah salah satu kerabatnya dan menewaskan dua orang.
“Pendudukan (Israel) melakukan segalanya untuk memaksa orang-orang pergi,” katanya melalui telepon.
Dia pun sibuk membantu mencari empat orang yang hilang di bawah reruntuhan. “Mereka ingin mematahkan semangat dan kemauan kami, tapi mereka akan gagal. Kami akan tetap tinggal di sini,” ucap pria itu.
Pasokan senjata AS ke Israel
Pada Jumat (29/12/2023), Departemen Luar Negeri AS mengabarkan bahwa Menlu Antony Blinken telah memberi tahu Kongres tentang persetujuannya atas penjualan peralatan militer senilai 147,5 juta dolar AS (Rp2,27 triliun) ke Israel. Beberapa peralatan tempur itu antara lain berupa sekring dan pengisi daya yang diperlukan untuk peluru 155 mm yang dibeli Israel sebelumnya.
Ini adalah kedua kalinya pada bulan ini pemerintahan Biden mengabaikan Kongres dengan menyetujui penjualan senjata darurat ke Israel. Blinken juga membuat keputusan serupa pada 9 Desember lalu untuk menyetujui penjualan hampir 14.000 butir amunisi tank senilai lebih dari 106 juta AS ke Israel.
Blinken, yang telah berulang kali melakukan perjalanan ke Timur Tengah selama perang, diperkirakan akan kembali ke Israel dan negara-negara lain di kawasan itu pada Januari nanti. Para pejabat AS telah mendesak Israel untuk mulai beralih dari pertempuran berintensitas tinggi ke operasi yang lebih bertarget, namun mengatakan mereka tidak menetapkan batas waktu.
Netanyahu mengatakan Israel membutuhkan lebih banyak waktu. “Seperti yang dikatakan kepala staf (panglima militer Israel) minggu ini, perang akan berlanjut selama beberapa bulan lagi,” kata Netanyahu dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, Sabtu kemarin.
“Kebijakan saya jelas. Kami akan terus berjuang sampai kami mencapai semua tujuan perang, yang pertama dan terutama adalah melenyapkan Hamas dan membebaskan semua tawanan,” ujarnya.
Para pejuang Hamas menyandera lebih dari 240 sandera dalam serangan pada 7 Oktober. Sebagian dari mereka telah dibebaskan, dan saat ini lebih dari 120 tawanan masih berada di Gaza.
Editor : Ahmad Islamy Jamil
Follow Berita iNews di Google News
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar