The Guardian Soroti Prabowo Ubah Citra Jadi 'Kakek Gemoy' di Pilpres

Media asal Inggris The Guardian menyoroti citra baru calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto (72) jelang pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
The Guardian merilis laporan berjudul "Dari pemimpin militer menjadi kakek gemoy:citra baru capres Indonesia Prabowo" pada Selasa (9/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di paragraf pertama, mereka menuliskan Prabowo merupakan eks jenderal yang dipecat karena dituduh terlibat dalam penculikan dan penyiksaan pada akhir 1990-an.
"Namun, kali ini, Prabowo Subianto, kandidat terdepan di pemilu mendatang, menampilkan citra yang sangat berbeda: kakek lucu dengan gerakan joget kaku dan lebih lembut," demikian laporan The Guardian.
Saat kampanye, Prabowo menggoyangkan pinggul dan melambaikan tangan. Aksi ini terekam dalam video dan viral di media sosial TikTok.
Menurut The Guardian para pengguna TikTok kemudian menjuluki dia "gemoy" yang merupakan plesetan dari lucu menggemaskan.
Di Instagram, Prabowo juga memperlihatkan kedekatan dia dengan kucing dan berpose dengan simbol cinta.
Para pendukung Prabowo juga mengenakan hoodie dengan gambar paslon itu versi kartun yang tampak manis.
Media Inggris ini juga melaporkan aksi-aksi semacam itu merupakan perubahan yang cukup besar bagi Prabowo, eks menantu mendiang diktator Soeharto.
Prabowo, lanjut media itu, memiliki masa lalu yang kontroversial. Beberapa di antaranya dituduh terlibat dalam penculikan dan penyiksaan terhadap aktivis pada akhir 1990-an serta pelanggaran HAM di Papua dan Timor Leste.
Prabowo membantah semua tuduhan tersebut. Dia juga sempat dilarang bepergian ke Amerika Serikat. Kebijakan ini baru dicabut usai Prabowo menjadi Menteri Pertahanan pada 2019.
The Guardian juga mencantumkan pandangan analis soal perubahan citra Prabowo.
Senior Fellow, Program Indonesia di S. Rajaratnam School of International Studies Singapura Alexander Arifianto memandang tim kampanye Prabowo berusaha menggambarkan eks jenderal itu "seorang kakek yang tak berbahaya."
"Terutama [saat menyasar] generasi muda yang tak punya banyak pengetahuan tentang apa yang diduga dilakukan Prabowo di masa lalu," ungkap Alexander.
Sementara itu dosen Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada, Mada Sukmajati, mengatakan generasi muda lebih mungkin menjadi swing voter dibandingkan generasi tua yang pola pikirnya bisa diubah.
Dalam percakapan dengan mahasiswa, Mada menemukan bahwa pemilih muda kurang peduli terhadap isu-isu seperti demokrasi atau pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu.
"Mereka menjawab bahwa isu-isu seperti ini adalah 'masalah Anda', ini adalah masalah generasi tua," ujar Mada.
Dia kemudian berkata, "Sebagai generasi muda, kita mempunyai persoalan tersendiri pengangguran dan pasar tenaga kerja."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar