BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998
SAMOSIR, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memastikan ekonomi Indonesia jauh dari kata "krisis" di tengah ketidakpastian global yang meningkat.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juli Budi Winantya mengatakan, kepastian itu terefleksikan dari sejumlah indikator ekonomi makro yang lebih baik dari momen-momen krisis seperti pada 1998 dan 2008.
"Jadi ini indikator-indikator yang kita pantau untuk menunjukan ekonomi kit, terutama dari eksternal yang masih kuat," kata dia, dalam diskusi bersama media, di Kabupaten Samosir, Senin (29/4/2024).
Salah satu indikator yang menunjukan kuatnya ekonomi Indonesia ialah porsi utang luar negeri (ULN) yang masih terjaga.
Baca juga: Apa Saja Kebijakan Bank Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Moneter?
Juli memaparkan, pada saat krisis 1998 dan 2008, rasio ULN masing-masing mencapai 116,8 persen dan 33,2 persen.
Sementara itu, data teranyar menunjukan, hinggs kuartal I-2024, rasio ULN terhadap PDB mencapai 29,7 persen.
"Kalau dulu ULN size lebih dari 100 persen, sekarang ada di angka 30 persen, relatif jauh lebih baik dari tahun 1998 dan 2008," ujar Juli.
Kemudian, besaran cadangan devisa (cadev) saat ini sudah jauh lebih besar dibanding momen-momen krisis lalu, sehingga mampu mengantisipasi kebutuhan impor dan pembayaran ULN.
Baca juga: Yuk Mengenal LPS, Si Penjamin Uang Nasabah di Bank, agar Tak Terulang Krisis 1998
Berdasarkan data BI, nilai cadev hingga Maret 2024 sebesar 140,4 miliar dollar AS, jauh lebih besar tahun 1998 sebesar 17,4 miliar dollar AS dan tahun 2008 sebesar 50,2 miliar dollar AS.
Lebih lanjut Juli bilang, laju inflasi nasional saat ini pun jauh lebih terkendali dibanding level krisis keuangan sebelumnya.
Saat ini, tingkat inflasi mencapai 3,05 persen secara tahunan, lebih rendah dari tahun 1998 yang mencapai 82,4 persen, serta tahun 2008 yang mencapai 12,1 persen.
Dengan masih terjaganya berbagai indikator tersebut, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS lebih rendah, meskipun ketidakpastian global meningkat.
Pada krisis keuangan 1998 dan 2008, depresiasi rupiah terhadap dollar AS mencapai 197 persen dan 35 persen, sementara pada tahun ini, depresiasi rupiah mencapai 5,07 persen secara tahun kalender.
"ini tentunya tidak lepas dari kebijakan BI terkait stabilisasi nilai tukar," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Komentar
Posting Komentar