Cerita Porter Menyempil di Antara Ribuan Pemudik Stasiun Pasar Senen
--
Dengan sigap Basuki (54) menghampiri setiap mobil yang datang di lobi Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Ia menawarkan jasa mengangkut barang pada setiap penumpang.
Seragam merah bertuliskan 'Porter Pasar Senen' di punggung telah ia kenakan selama belasan tahun.
Basuki menjadi saksi hiruk pikuk Stasiun Pasar Senen saban jelang Lebaran. Ia selalu menyempil di antara ribuan pemudik yang sibuk mengejar kereta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mas tujuan kemana? Ayo dibantu [angkut]," sapa Basuki ke penumpang yang baru turun dari mobil. Hari ini, Sabtu (6/4), Basuki bertugas menawarkan jasanya.
Sapaan itu kadang berbuah manis. Penumpang mengangguk dan ia masuk ke dalam mengantarkan barang.
Kadang juga pupus saat sang penumpang menggelengkan kepala. Kalau sudah begitu, ia pun kembali berdiri dan menunggu penumpang lain.
Basuki selalu antusias menunggu musim mudik yang bisa membuatnya membawa uang lebih ke rumah.
Dengan gigih ia berdiri menunggu. Tangan keriputnya selalu siaga mengantarkan barang bawaan penumpang hingga ke kabin kereta.
Perawakannya kecil, namun tak bisa dianggap remeh. Basuki mampu mengangkat empat tas sekaligus dalam sekali angkat.
"Dipanggul di pundak satu tas, selempang di tangan bisa dua, koper digeret di tangan kiri," terangnya saat berbincang pada CNNIndonesia.com di Stasiun Pasar Senen.
Basuki (54), seorang porter, menawarkan jasa angkut barangnya ke penumpang di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Sabtu (6/4). (CNN Indonesia/Muhammad Naufal) |
Jumlah penumpang di Stasiun Pasar Senen saat musim mudik sudah pasti lebih banyak dari biasanya. Tapi, membludaknya penumpang tak begitu berpengaruh terhadap pemasukan Basuki.
Bukannya pemasukan Basuki tak bertambah saat musim mudik. Hanya saja, lanjut dia, jika pun ada penambahan, jumlahnya tak terlalu signifikan.
Salah satu pasalnya, tak semua pemudik tertarik menggunakan jasa porter.
"Ramai doang. Tapi, kan, enggak semua orang mau [pakai jasa porter]," ujar Basuki.
"Tapi, kalau dibilang [pemasukan] naik, sih, naik. Biasanya Rp100 ribu - 200 ribu, ya, sekarang bisa Rp300 ribu lah," tambah Basuki.
Ongkos angkut barang-barang bawaan ke dalam juga bervariasi. Biasanya, dalam sekali angkut, Basuki bisa mendapatkan kocek sebesar Rp20 ribu - 30 ribu.
"Biasanya saya tawarin dulu Rp30 ribu. Kadang ada juga yang masih nawar jadi Rp20 ribu gitu. Ya udah, saya ambil aja. Penumpang, kan, uangnya juga beda-beda," ujarnya.
(mnf/asr)
Komentar
Posting Komentar