Pilihan

News Flash: Kabar Pemecatan Xavi Bikin Barcelona Terbelah - detikSport - Google Berita

Jubir Kemlu AS Mundur Imbas Agresi Israel: Kami di Pihak yang Salah - CNN Indonesia

 

Jubir Kemlu AS Mundur Imbas Agresi Israel: Kami di Pihak yang Salah

Jakarta, CNN Indonesia 

--

Eks juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Hala Rharrit, mengungkap alasan dirinya melepaskan karier sebagai diplomat AS.

Kepada CNN International, Rharrit mengaku bahwa dirinya merasa berada di pihak yang salah selama bekerja sebagai diplomat. Perasaan itu pada dasarnya mulai berkecamuk ketika Israel melancarkan agresinya di Jalur Gaza, Palestina.

"Pada dasarnya saya menyadari bahwa kami berada di sisi sejarah yang salah dan kami sedang menyakiti kepentingan kami," kata Rharrit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rharrit merujuk pada dukungan kuat pemerintah AS terhadap Israel dalam perangnya dengan kelompok Hamas. Dia menilai dukungan seperti ini tak benar, karena baik dirinya maupun rekan-rekannya tak pernah menyangka bahwa konflik Israel-Hamas akan menewaskan lebih dari 34 ribu warga Palestina.

"[Kami] tahu jelas akan ada reaksi keras (imbas serangan Hamas 7 Oktober lalu), tapi saya kira tak ada yang memprediksi bahwa hasilnya akan menewaskan 34.000 orang dan menyebabkan kelaparan di Gaza," ujar dia.

Rharrit merupakan diplomat AS pertama yang mengundurkan diri di tengah perang Israel-Hamas. Dia telah bekerja di Kementerian Luar Negeri AS sejak 2006, dan posisi terakhirnya yakni sebagai juru bicara bahasa Arab untuk Kemlu.

Selain Rharrit, dua pejabat Kemlu AS lainnya juga ikut mengundurkan diri sebagai protes atas kebijakan AS di Gaza. Mereka adalah Josh Paul dan Annelle Sheline.

Saat bicara, Rharrit mengaku bahwa sebelum ini, tak pernah sedikit pun tebersit pikiran dalam dirinya untuk mengundurkan diri dari posisinya sekarang.

Namun, kebijakan-kebijakan AS mengenai konflik Israel-Hamas tak bisa ia toleransi. Menurut Rharrit, ada "standar ganda" yang dilakukan AS terkait konflik ini.

Rhirrait tak menjabarkan apa bentuk kebijakan standar ganda tersebut. Ia hanya menyampaikan bahwa poin-poin kebijakan AS selama ini "sangat jauh dari apa yang dilihat orang-orang setiap hari."

Poin-poin itu utamanya "berfokus pada audiens domestik AS."

Meski sudah mewanti-wanti bahwa kebijakan AS tak manusiawi bagi rakyat Palestina, para petinggi Kemlu AS justru meredam dan mengabaikan suaranya.

"Saya hanya direspons: Anda tak mau bekerja," tutur Rharrit.

Dia juga membeberkan bagaimana pernyataan dan sikap pemerintah AS bertentangan satu sama lain. Misalnya, ketika AS menekan Israel untuk melindungi warga sipil dan mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk.

Pada saat yang bersamaan, AS justru terus memasok senjata ke Israel.

"Gagasan bahwa kami terlibat dalam pembunuhan warga sipil itu adalah hal yang sangat sulit dan menghancurkan bagi seorang diplomat untuk diakui," jelasnya.

"Apa yang Anda lakukan dengan informasi tersebut jika Anda bukan orang yang bisa mengubah kebijakan?" lanjut Rharrit.

Rharrit memutuskan mundur sebagai juru bicara Kemlu AS pada 24 April lalu.

Kemlu AS tak memberikan penjelasan khusus mengenai mundurnya Rharrit dengan alasan hal tersebut masalah personal.

Kendati begitu, wakil juru bicara Kemlu AS Vedant Patel mengatakan bahwa ada semacam saluran di Kemlu di mana para staf bisa membagikan sudut pandang mereka ketika mereka tidak setuju dengan kebijakan tertentu atau tindakan tertentu yang diambil pemerintah AS.

"Sekretaris membaca setiap kabel saluran perbedaan pendapat dan sudut pandang yang berbeda dari seluruh pemerintahan. Kami terus menyambut mereka, dan kami pikir itu membantu mengarahkan kami untuk membuat kebijakan yang lebih kuat lagi," ujar dia.

(blq/wiw)

Komentar

Baca Juga

Opsi Media Informasi Group

Arenanews

Antaranews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsitek