Profil Ebrahim Raisi Presiden Iran Meninggal akibat Kecelakaan Heli, Sosok Keras terhadap AS - inews

 

Profil Ebrahim Raisi Presiden Iran Meninggal akibat Kecelakaan Heli, Sosok Keras terhadap AS

JAKARTA, iNews.id - Profil Ebrahim Raisipresiden Iran yang meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter pada Minggu (19/5/2024), menarik disimak. Pria 63 tahun itu mulai menjabat sebagai presiden sejak 2021 setelah memenangkan pemilu yang ketat.

Dia dikenal sebagai sosok yang keras, tak kenal kompromi terhadap musuh-musuh negara, termasuk soal perjanjian nuklir. Meski dianggap pemula dalam politik Iran, Raisi mendapat dukungan penuh dari Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei terkait sikap yang diambilnya dalam kebijakan nuklir. 

Seperti diketahui Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, menarik diri dari kesepakatan nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) pada 2018. Sejak itu pula AS kembali menjatuhkan sanksi yang memukul perekonomian Iran.

Merasa dikhianati, Iran juga keluar dari kesepakatan dengan melanggar poin-poin perjanjian seperti meningkatkan pengayaan uranium sampai melebihi batas yang ditentukan.

Nama Raisi mulai dikenal dalam politik Iran saat menjabat sebagai jaksa. Sikap keras sebenarnya sudah terlihat sejak dia menjabat sebagai penegak hukum. Raisi tak kompromi terhadap unjuk rasa yang terjadi di Iran.

Sebagai jaksa muda di Teheran, Raisi menjadi salah satu anggota panel hakim yang mengawasi eksekusi terhadap ratusan tahanan politik di Teheran pada 1988. Saat itu perang 8 tahun dengan Irak segera berakhir.

Raisi menjabat Wakil Ketua Lembaha Kehakiman selama 10 tahun sebelum diangkat menjadi Jaksa Agung pada 2014.

Ia merupakan salah satu tokoh ulama Syiah di Iran yang ditunjuk oleh Khamenei sebagai kepala pengadilan pada 2019. Tak lama setelah itu, dia juga terpilih sebagai Wakil Ketua Dewan Pakar, badan ulama yang beranggotakan 88 orang. Dia bertanggung jawab untuk memilih Pemimpin Tertinggi berikutnya.

Kemenangan Raisi dalam pemilu 2021 sebenarnya sudah diprediksi. Rival-rival politiknya dari kelompok konservatif dan moderat
didiskualifikasi dari pencalonan oleh badan pengawas. Praktis, semua institusi pemerintah Iran berada di bawah kendali kelompok garis keras yang setia kepada pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Begitu masyhurnya, bahkan Raisi disebut-sebut sebagai calon pengganti Khamenei kelak.

Kelompok-kelompok garis keras Iran menjadi semakin berani sejak Amerika Serikat (AS) menarik seluruh pasukan dai negara tetangganya, Afghanistan, pada Agustus 2021.

Sikap garis keras Raisi tak hanya dilihat di luar negeri, tapi juga dalam politik dalam negeri. Setahun setelah menjabat presiden, dia memerintahkan penegakan hukum dalam hal penggunaan pakaian, termasuk jilbab, serta perilaku perempuan.

Dampaknya seorang perempuan Kurdi, Mahsa Amini, meninggal dalam tahanan setelah ditangkap polisi moral atas tuduhan melanggar undang-undang tersebut.

Kematian Amini memicu demontrasi besar-besaran selama beberapa bulan. Bahkan demontrai itu dianggap sebagai salah satu tantangan paling berat bagi penguasa Iran sejak Revolusi Islam 1979.

Kelompok-kelompok HAM menyebut, demonstrasi memprotes kematian Amini menyebabkan ratusan orang tewas, termasuk puluhan personel keamanan.

Copyright ©2024 iNews.id. All Rights Reserved

Baca Juga

Komentar