Raisi Berusaha Keras Keluarkan Iran dari Sanksi AS dan Negara-negara Barat, Menurut Pengamat
Jakarta - Pengamat hubungan internasional Dinna Prapto Raharja menilai bahwa kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian dalam kecelakaan helikopter berpotensi mengkonsolidasi gerakan kelompok konservatif, yakni para pendukung Raisi.
"Hal ini untuk memastikan bahwa Iran tidak keluar dari jalur yang digariskan pemimpin sebelumnya yang wafat itu," kata Dinna saat dihubungi di Jakarta pada Senin, 20 Mei 2024.
Pendiri think-tank independen Synergy Policies itu menjelaskan Presiden Raisi adalah pemimpin yang mengedepankan konsep revolusionisme pragmatis.
Presiden Iran Ebrahim Raisi
- (Foto AP/Vahid Salemi)
"Raisi memilih posisi tegas dalam negosiasi yang mengarah pada menekan Iran dan berusaha keras mengeluarkan Iran dari sanksi-sanksi AS dan negara-negara Barat," katanya.
Presiden Raisi, kata Dinna, mengambil jalan untuk meningkatkan hubungan dengan Rusia, melakukan de-dolarisasi serta memperluas kerja sama ekonomi dengan China dan Rusia.
Di bawah kepemimpinan Raisi, Iran menjadi anggota penuh organisasi BRICS dan membangun kembali hubungan diplomatik dengan Arab Saudi tanpa mediasi Barat, katanya.
"Artinya Raisi mengambil pendekatan yang kontras dengan pendekatan presiden sebelumnya Hassan Rouhani yang melakukan pelibatan negara-negara Barat demi membangun kesepakatan soal nuklir dan mencabut sanksi internasional yang memberatkan Iran," kata Dinna menambahkan.
Presiden Iran Ebrahim Raisi
- Press TV Iran/video
Lebih lanjut Dinna menjelaskan bahwa berkat Presiden Raisi, Iran merupakan pemangku kepentingan utama dalam Uni Ekonomi Eurasia dan lebih memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara di Afrika dan Arab seperti Djibouti, Maladewa, Sudan, Mesir, Libya, Kuwait dan Arab Saudi. "Inilah cara Raisi menangkal sanksi ekonomi dari Barat".
Terkait potensi yang akan terjadi di kawasan Timur Tengah menyusul wafatnya Presiden Raisi, Dinna mengatakan, "Potensinya adalah wait-and-see melihat proses pemilu di Iran".
Menurut Dinna, kondisi perbaikan relasi antar negara-negara Timur Tengah menunjukkan bahwa tidak ada negara besar di Timur Tengah yang menginginkan instabilitas di kawasan. "Mereka cenderung masih menahan diri". (ant)

Gantikan Raisi yang Tewas usai Kecelakaan Helikopter, Iran Bakal Gelar Pilpres 28 Juni
Setelah kematian Presiden Ebrahim Raisi, Iran pada hari Senin, 20 Mei 2024, mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan pemilihan presiden pada 28 Juni 2024 mendatang.

VIVA.co.id
21 Mei 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar