Pilihan

Israel Hitung Dampak Kerusakan Serangan Hizbullah di Utara, Galilea Atas Bakal Jadi Kota Mati - Halaman all - TribunNews

 

Israel Hitung Dampak Kerusakan Serangan Hizbullah di Utara, Galilea Atas Bakal Jadi Kota Mati - Halaman all - TribunNews

Israel Hitung Dampak Kerusakan Serangan Hizbullah di Utara, Galilea Atas Bakal Jadi Kota Mati

TRIBUNNEWS.COM - Direktorat Kementerian Keamanan Israel, bekerja sama dengan Otoritas Pajak Israel dan badan-badan lainnya, dilaporkan mulai memetakan kerusakan bangunan di permukiman di wilayah pendudukan utara Palestina di sepanjang perbatasan dengan LebanonIsrael Hayom melaporkan.

Lilach Shoval, koresponden militer surat kabar tersebut, menyebutkan kalau tujuan pemetaan kerusakan adalah untuk mengumpulkan informasi guna mempersiapkan rencana rehabilitasi unit permukiman yang rusak akibat perang.

Dalam pemetaan kerusakan ini, otoritas Israel ikut memperhitungkan bahwa unit yang sedang diperbaiki mungkin akan rusak lagi.

Baca juga: Eks-Mossad: Israel Lumpuh Jika Perang Total Lawan Hizbullah, Tel Aviv Terbakar Seperti Kiryat Shmona

Menurut Direktorat Northern Horizon Israel, hingga tanggal 23 Juni, terdapat laporan 1.016 unit rumah rusak sejak awal perang Gaza.

Dari angka tersebut, sebanyak 75 persen kerusakan disebabkan oleh serangan roket Hizbullah dan sisanya akibat aktivitas pasukan militer Israel di daerah tersebut, seperti mobilisasi tank yang merusak jalan.

Angka tersebut juga menunjukkan kalau 67,9 persen properti yang terkena dampak adalah perumahan, 17 persen adalah bangunan dan fasilitas umum, dan 13,6 persen adalah infrastruktur lainnya, 1,5 persen di antaranya merupakan infrastruktur 'jenis lain'.

Data menunjukkan, pemukiman yang paling terkena dampak adalah Metulla, al-Manara, Kiryat Shmona. , Shtula, Zar'it, dan Avivim.

Israel Hayom menekankan, rencana rehabilitasi tidak akan dimulai dari garis pertama perbatasan tetapi akan dimulai “sedapat mungkin,” namun tidak di unit-unit yang berada di perbatasan.

Surat kabar tersebut juga menunjuk pada rencana yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan untuk memberi perlindungan bagi lembaga-lembaga pendidikan di Utara, yang diperkirakan tidak akan selesai sebelum tanggal 1 September.

"Dan saat ini tidak ada harapan bagi warga Israel untuk kembali ke pemukiman mereka sebelum tahun ajaran baru dimulai," kata laporan tersebut.

Daerah Al-Jalil Hulu Kota Mati

Laporan menyebutkan, daerah Al-Jalil Hulu (Galilea Atas) diperkirakan akan tetap sepi selama bertahun-tahun.

Serangan harian Hizbullah ke wilayah ini membuat sebagian pemukim Yahudi memilih pindah kota dan meninggalkan kota tersebut.

Akibatnya, aktivitas berbagai bidang, mulai dari sekolah, pasar, hingga pemerintahan, cenderung hiatus.

Laporan menyebut, terlepas dari semua tindakan di atas, Israel Hayom berpendapat bahwa tindakan pemerintahan Israel tersebut masih belum memuaskan para pemukim di Utara.

Terlebih, masih ada pertanyaan penting bagi pemukim Israel di Utara, apakah mereka akan kembali ke rumah mereka ketika situasi keamanan sudah stabil.

Outlet tersebut mencatat bahwa para pemukim ini mengungsi ke tempat lain, mendaftarkan anak-anak mereka ke lingkungan pendidikan yang berbeda, dan merasakan kehidupan yang nyaman di daerah-daerah lain yang diduduki, sehingga mengurangi kemungkinan banyak orang untuk kembali.

Lebih lanjut, Israel Hayom menunjukkan bahwa ketika perang di Utara berakhir, yang saat ini tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir, diperlukan sebuah program untuk mendorong warga Israel kembali ke pemukiman di utara.

Upaya itu mencakup pemberian tunjangan perumahan jangka panjang, peningkatan infrastruktur, pengaspalan jalan, penciptaan lapangan kerja, hingga pendirian lembaga pendidikan tinggi.

Di bagian lain, surat kabar tersebut memperingatkan bahwa jika pemerintah Israel tidak mengambil tindakan seperti itu, Upper al-Jalil mungkin akan tetap ditinggalkan selama bertahun-tahun yang akan datang.

Warga Asing Eksodus dari Lebanon

Di sisi lain, warga asing di Lebanon mulai khawatir dengan ancaman Israel yang akan menyerang wilayah Lebanon sebagai balasan atas serangan Hizbullah ke wilayah negeri Yahudi tersebut.

Pemerintah Kanada melakukan evakuasi terhadap 45.000 warganya yang ada di negara sebelah utara Israel tersebut karena adanya kekhawatiran peperangan Meletus.

Sementara Kuwait menyusul, mengevakuasi massal masyarakatnya yang tinggal di Lebanon, Senin (24/6/2024).

Baca juga: Ancaman Mengerikan bagi Israel: Hizbullah Akan Tembakkan Setengah Juta Rudal jika Perang Meletus

Dalam laman sosial medianya Menteri Luar Negeri Kanada Mélanie Joly mendesak 45.000 warga negaranya untuk segera mengevakuasi dari Lebanon, hal ini lantaran makin memanasnya perang antara Hizbullah dan Israel.

Tidak jelas apakah rencana serupa juga dibuat untuk sekitar 35.000 warga Kanada yang tinggal di Israel. Namun Mélanie Joly mengatakan Ottawa telah mengirim pasukan militer ke wilayah Lebanon sebagai persiapan untuk evakuasi tersebut.

“Ottawa telah mengirim pasukan militer ke wilayah Lebanon sebagai persiapan untuk evakuasi terbesar yang pernah kami lakukan,” ujar Joly mengutip Times Of Israel.

Di sisi lain pasca militan Hizbullah melakukan serangan brutal ke wilayah Israel Utara , pemerintahan Tel Aviv melaporkan bahwa 60.000 penduduk Israel dilaporkan kabur dari wilayah tempat tinggalnya untuk mengevakuasi diri dari perbatasan utara Lebanon.

Evakuasi Warga Kuwait

Untuk mempercepat proses evakuasi, Kementerian Luar Negeri Kuwait memerintahkan maskapai penerbangan Kuwait Airways sejak akhir pekan kemarin memulai proses evakuasi warga Kuwait yang terjebak di Lebanon.

Adapun evakuasi besar-besaran digelar sehari sebelumnya, pemerintah negara Teluk tersebut memperbarui seruan agar warganya meninggalkan Lebanon sesegera mungkin.

Baca juga: IDF Hadapi Pilihan Sulit, Harus Hentikan Serangan ke Rafah, Geser Kekuatan untuk Gempur Lebanon

Tak hanya itu Kementerian luar negeri juga meminta warga yang tidak memiliki kepentingan untuk menahan diri agar tak pergi ke Lebanon karena situasi keamanan yang kian mencekam buntut konflik Israel dan Hizbullah.

“Maskapai penerbangan Kuwait pada hari Sabtu berangkat ke Lebanon untuk mengevakuasi warga negara Kuwait di negara tersebut, menyusul adanya eskalasi miliaran antara Hizbullah dan Israel yang kian meningkat,” jelas Kantor berita resmi Kuwait, KUNA.

Tak dijelaskan berapa banyak masyarakat Kuwait yang akan dievakuasi dari Lebanon, namun mengutip dari Al Arabiya maskapai penerbangan tersebut menjelaskan bahwa mereka telah mengoperasikan beberapa pesawat besar untuk terbang ke Beirut, ibu kota Lebanon.

Jet Tempur Israel Siap Gempur Lebanon Selatan

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menegaskan bahwa pihaknya tengah bersiap untuk melancarkan serangan ke wilayah Lebanon. Serangan itu diumumkan langsung oleh Kepala Komando Utara IDF, Mayjen Ori Gordin dan Kepala Direktorat Operasi, Mayjen Oded Basiuk.

"Rencana operasi serangan ofensif di Lebanon telah disetujui," demikian pernyataan IDF, dikutip Al Mayadeen.

Menurut informasi yang beredar serangan ini dilakukan setelah Hizbullah merilis video rekaman berdurasi sembilan menit yang memancing amarah Israel. Dalam video yang diambil dengan pesawat nirawak itu Hizbullah menunjukkan lokasi militer dan sipil di beberapa kota Israel.

Cuplikan video lain diklaim menunjukkan kompleks militer di dekat Haifa milik produsen senjata Israel Rafael. Sejak video itu mencuat ke publik, Israel memperingatkan pihak Hizbullah untuk bersiap menghadapi perang habis-habisan.

Sebagai bentuk persiapan, saat ini pasukan IDF yang ada di Rafah telah dipindah tugaskan ke wilayah utara Israel yang berbatasan dengan Lebanon Selatan untuk menggempur markas besar Hizbullah.

Netanyahu berdalih pemindahan pasukan IDF dari Rafah ke Utara Israel dilakukan untuk tujuan pertahanan mengingat selama beberapa bulan terakhir wilayah tersebut kerap menjadi target sasaran rudal militan Hizbullah.

(oln/almydn/*)

Komentar

Baca Juga (Konten ini Otomatis tidak dikelola oleh kami)

Antarkabarid

Arenanews

Antaranews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsitek