Adik Prabowo Lapor Bank Dunia Rencana Naikkan Utang 50 Persen PDB
Jumat, 12 Jul 2024 12:17 WIB
Hashim Djojohadikusumo, adik Prabowo, sudah melapor Bank Dunia bakal menaikkan rasio utang Indonesia menjadi 50 persen PDB. (Foto: CNN Indonesia/ Muhammad Naufal)
--
Rencana Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk menaikkan rasio utang menjadi 50 persen dari produk domestik bruto (PDB) kembali mencuat. Kali ini diungkapkan sendiri oleh adik kandungnya, Hashim Djojohadikusumo.
Menurut Hashim, rencana kenaikan rasio utang yang saat ini 39 persen menjadi 50 persen dari PDB bahkan sudah dilaporkan kepada Bank Dunia.
"Saya sudah berbicara dengan Bank Dunia dan menurut mereka 50 persen adalah tindakan yang tetap hati-hati," ujar Hashim saat berbincang dengan Financial Times pada Kamis (11/7).
Kenaikan rasio utang ini diakui untuk membiayai program ambisius Prabowo-Gibran, salah satunya makan siang dan susu gratis. Namun, Hashim menekankan kenaikan rasio utang akan dilakukan bersamaan meningkatkan pendapatan.
"Idenya adalah untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan tingkat utang. Kami tidak ingin menaikkan tingkat utang tanpa meningkatkan pendapatan," imbuhnya.
Berdasarkan UU Keuangan Negara, batas maksimal rasio utang Indonesia adalah 60 persen dari PDB. Namun, selama ini rasio utang dijaga di angka 30 persen dari PDB.
Karenanya, rencana kenaikan rasio utang menjadi 50 persen tersebut sempat dikhawatirkan karena akan berdampak pada kenaikan defisit anggaran melebihi batas maksimum 3 persen.
Sementara, Bank Dunia belum memberikan komentar terhadap pernyataan Hashim.
Padahal, saat pertama kali isu pemerintahan Prabowo bakal mengerek rasio utang hingga 50 persen dari PDB ini merebak, tim Prabowo membantahnya.
Anggota Bidang Keuangan Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran Thomas Djiwandono menegaskan Prabowo tidak menetapkan target untuk tingkatkan utang.
Prabowo, menurutnya, juga akan mematuhi batasan-batasan hukum mengenai ukuran-ukuran fiskal.
"Kami sama sekali tidak berbicara mengenai target utang terhadap PDB. Ini bukan rencana kebijakan formal," kata Thomas, Sabtu (15/6), mengutip Reuters.
Thomas lantas memastikan pembahasan antara tim gugus tugas Prabowo-Gibran dan Menteri Keuangan Sri Mulyani fokus pada peningkatan pendapatan, peninjauan ulang pengeluaran, dan menyediakan ruang anggaran untuk program-program seperti makan siang gratis.
Thomas bahkan mengklaim defisit tahun 2025 akan tetap berada di bawah 3 persen dari PDB.
"Penting untuk dicatat bahwa itu-lah mengapa Prabowo dan tim formalnya berbicara tentang kehati-hatian fiskal, karena hal itu sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut," ujarnya.
Dalam debat capres awal Januari lalu, Prabowo sempat menyatakan bahwa tidak masalah bila besaran utang luar negeri Indonesia mencapai 50 persen dari PDB.
Pernyataan tersebut keluar saat Prabowo menjawab pertanyaan panelis terkait utang luar negeri Indonesia dan kebijakan yang mungkin akan diambil untuk menghindari intervensi yang membuat utang bertambah.
Prabowo mengatakan, utang luar negeri Indonesia saat ini tidak sampai 40 persen. Menurutnya, angka tersebut masih dalam titik aman, asalkan utang digunakan untuk pembangunan industri atau produktif.
(ldy/pta)
Komentar
Posting Komentar