Geger NATO Kini 'Meluas' ke Asia, Putin Beri Warning
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin rupanya telah memberikan peringatan terkait meluasnya pakta pertahanan NATO ke wilayah lain. Ini terjadi saat aliansi militer pimpinan Amerika Serikat (AS) itu memutuskan untuk mengundang empat negara Asia Pasifik ke konferensi tingkat tingginya yang berlangsung Rabu (10/7/2024) ini.
Peringatan ini telah disampaikan Putin dalam kunjungannya ke Vietnam Juni lalu. Dalam kesempatan itu, Putin menuding NATO menciptakan ancaman keamanan bagi Rusia dan negara-negara lain di Asia.
"Kami melihat apa yang terjadi di Asia: sistem blok sedang dibangun," ungkapnya saat itu dikutip Reuters.
"NATO sudah pindah ke sana (ke Asia) seolah-olah menjadi tempat tinggal permanen. Hal ini tentu saja menimbulkan ancaman bagi seluruh negara di kawasan, termasuk Federasi Rusia. Kami wajib menyikapi hal ini dan akan lakukan itu," katanya.
NATO sendiri diketahui bersitegang dengan Rusia akibat perang di Ukraina. Pakta pertahanan itu terus menyokong Kyiv dengan bantuan persenjataan dan ribuan sanksi ekonomi untuk mengalahkan Moskow.
Sementara itu, di sisi lain, kondisi geopolitik di Asia pun ikut panas. Barat menuding China membantu Rusia untuk lolos dari sanksi, sementara Korea Utara juga diklaim menyuplai senjata kepada Moskow untuk perang di Ukraina.
Hal ini pun mempengaruhi empat sekutu NATO di wilayah Asia Pasifik, Korea Selatan (Korsel), Jepang, Australia, dan Selandia Baru. Keempatnya merupakan negara yang diundang dalam konferensi NATO di Washington.
Presiden Korsel Yoon Suk Yeon menyoroti ancaman nyata yang ditimbulkan Korea Utara dengan memperdalam hubungan militer dengan Rusia. Hal ini pun mempengaruhi landskap keamanan di kawasan.
"Kerja sama militer antara Rusia dan Korea Utara merupakan ancaman nyata dan tantangan besar terhadap perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea dan di Eropa," kata Yoon.
"Korea Utara jelas merupakan ancaman bagi masyarakat internasional. Saya berharap Rusia akan dengan bijaksana memutuskan pihak mana yang lebih penting dan diperlukan untuk kepentingannya sendiri," tambah Yoon.
Yoon juga ikut bersuara terkait potensi negaranya untuk mengirimkan senjata bagi Ukraina sebagai balasan atas manuver ini. Menurutnya, Seoul akan mempertimbangkan dahulu sejauh mana kerja sama Pyongyang dan Rusia.
"Korsel akan mempertimbangkan tingkat dan substansi kerja sama militer antara Rusia dan Korut. Hal itu diketahui mencakup bidang-bidang seperti perdagangan senjata, transfer teknologi militer dan bantuan bahan-bahan strategis," paparnya.
Selain dengan Korea Utara (Korut), mitra Asia NATO lainnya, Jepang, juga menghadapi ketegangan dengan China, yang sejauh ini terus dicap membela Rusia dalam perang di Ukraina. Ketegangan antara Beijing dan Tokyo terjadi dalam beberapa hal, mulai dari sengketa Laut China Timur hingga kealpaan Negeri Panda dalam memberikan sanksi pada Moskow.
"Penting untuk mengatasi situasi seperti ini dengan cara multi-aspek dan strategis, dengan mempertimbangkan seluruh aktor internasional yang mendorong upaya Rusia untuk mengubah status quo dengan kekerasan," kata Perdana Menteri (PM) Jepang, Fumio Kishida.
"Batas geografis 'Euro-Atlantik' atau 'Indo-Pasifik' tidak lagi relevan dalam menjaga perdamaian dan keamanan global. Jepang dan mitra Indo-Pasifik dapat memainkan peran besar bagi sekutu NATO dari perspektif ini," tegasnya.
(sef/sef)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar