Kisah Inspiratif Raditya Arief, Mahasiswa Tunanetra Lulus Predikat Cumlaude di UI
Raditya Arief Putrasetiawan lulus dengan predikat cumlaude di Universitas Indonesia (UI). (Foto dok Humas UI).
DEPOK, iNews.id - Raditya Arief Putrasetiawan penyandang tunanetra lulus dengan predikat cumlaude di Universitas Indonesia (UI). Dia berhasil membuktikan bahwa keterbatasan diri bukanlah halangan untuk mencapai cita-cita.
Radit meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,84 dalam waktu 3,5 tahun di Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB).
Radit mengatakan bahwa prestasi yang diraihnya tidak terlepas dari support system yang ada di lingkungan UI. Keluarga, kampus, dan teman-teman adalah pihak yang paling berpengaruh atas keberhasilan pendidikannya.
“Namun, berkat support system yang bagus, dosen dan teman-teman yang banyak membantu, kendala-kendala tersebut bisa teratasi," ujar Radit dalam keterangan UI, Rabu (10/4/2024).
Menurutnya, perkembangan teknologi digital saat ini memudahkannya untuk mengakses materi pembelajaran karena bahan-bahan perkuliahan yang berbentuk teks dapat dikonversikan ke dalam audio. Hal itu tentu saja memudahkan teman-teman tunanetra saat belajar.
Selain itu, banyaknya e-book dan artikel di berbagai jurnal yang tersedia di perpustakaan juga membantunya dalam menyelesaikan tugas kuliah dan penelitian tugas akhir.
Radit mengangkat topik Minat dan Motivasi Penyandang Tunanetra dalam Pembelajaran Bahasa Arab pada penelitiannya. Menurutnya, sekarang makin banyak penyandang tunanetra yang memiliki ketertarikan pada bahasa karena menganggap peran bahasa itu penting, terutama sebagai modal guna mendapatkan prospek kerja yang lebih baik.
Menurutnya, Bahasa Arab banyak diminati karena keindahan struktur dan keunikan bahasa. Selain itu, bagi para tunanetra muslim ada keinginan kuat untuk dapat membaca, menghafal, dan memahami Al-Quran langsung dari sumbernya.
Meski demikan, masih ada teman-teman tunanetra yang takut menempuh pendidikan umum mengingat banyaknya kendala pada akses pembelajaran bagi para disabilitas. Ketakutan tersebut akhirnya terbantah dengan keberhasilan Radit yang mampu membuktikan bahwa penyandang disabilitas dapat bersaing dan berprestasi.
Keberhasilannya membangkitkan rasa haru sekaligus rasa bangga sang ibunda yang turut mendampingi saat prosesi wisuda. Ibu Nira, sapaan akrabnya, bercerita tentang bagaimana perjuangan anaknya dalam menempuh pendidikan formal.
“Banyak sekali perjuangan yang ditempuh hingga ada di titik ini. Dari dia yang tidak bisa sampai dia berusaha. Saya selalu mengatakan, kamu bisa saya bahagia, dia mau berusaha," katanya.
Menurut Nira, Radit sangat menyukai mata pelajaran Matematika dan Fisika. Namun, sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), mimpinya terhenti.
Kondisi fisik menghalanginya untuk menempuh pendidikan di bidang sains dan teknologi. Meski begitu, Radit tak patah arang. Dia tetap memaksimalkan nilai-nilai mata pelajaran sosial, sehingga dapat masuk UI melalui SNMPTN jalur undangan.
Komentar
Posting Komentar