Roti Okko Ditarik dari Peredaran, Pemilik Warung Ini Wanti-wanti: Jangan Bikin Rugi, Produk Ditarik tapi Tidak Dibayar.. - TEmpo
Roti Okko Ditarik dari Peredaran, Pemilik Warung Ini Wanti-wanti: Jangan Bikin Rugi, Produk Ditarik tapi Tidak Dibayar..
Reporter
Kamis, 25 Juli 2024 09:22 WIB
Bagikan
TEMPO.CO, Jakarta - Tak sedikit pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang ketar-ketir saat ramai pemberitaan soal produk roti Okko yang disebut terbukti mengandung zat pengawet kosmetik. Apalagi belakangan ada perintah dari Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM agar produsen menarik produk itu dari pasar dan memusnahkannya.
Mami, salah satu pemilik warung yang menjual roti Okko di daerah Jalan Inspeksi Saluran Kalimalang, Jakarta Timur, termasuk salah satu yang khawatir. Namun hingga kini, kata dia, belum ada arahan lebih lanjut mengenai penarikan produk Okko.
Baca juga:
Di etalase toko Mami pun masih terlihat sejumlah produk roti Okko. “Belum, masih tenang aja nih, sales-nya baru ngisi juga dua hari yang lalu,” katanya pada Tempo, Rabu, 24 Juli 2024.
Menanggapi adanya perintah BPOM untuk menarik dan memusnahkan produk roti Okko, Mami mengaku bersedia mengikuti aturan yang tersebut atas alasan keamanan. Namun, ia juga mewanti-wanti agar jangan sampai kebijakan itu membuatnya rugi. “Tapi jangan bikin rugi saya. (Produk) ditarik, tapi nggak dibayar,” kata Mami.
Hal tersebut merespons pengumuman BPOM soal hasil uji kandungan natrium dehidroasetat pada produk roti Aoka dan roti Okko. Hasilnya, produk roti Okko terbukti mengandung zat natrium dehidroasetat, sedangkan produk Aoka dinyatakan tidak mengandung zat tersebut.
Baca juga:
“Hasil pengujian terhadap sampel roti Okko dari sarana produksi dan peredaran menunjukkan adanya natrium dehidroasetat (sebagai asam dehidroasetat) yang tidak sesuai dengan komposisi pada saat pendaftaran produk dan tidak termasuk BTP yang diizinkan berdasarkan Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan,” ungkap Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat BPOM melalui keterangan resmi, dikutip Rabu, 24 Juli 2024.
Terhadap hasil pengujian dan penemuan ini, BPOM memerintahkan produsen roti Okko untuk menarik produk dari pasaran, memusnahkan, dan melaporkan hasilnya kepada BPOM.
Selain penjual roti Okko, ramai pemberitaan soal produk roti yang diduga mengandung kandungan pengawet kosmetik juga berdampak ke penjual roti merek Aoka.
Kendati BPOM tak menemukan bahan berbahaya pada roti Aoka, sejumlah penjual produk itu turut terimbas karena penjualannya langsung turun.
Erie, pemilik warung di Jalan Raya Kalimalang, Jakarta Timur, misalnya. Di etalase warungnya kemarin terlihat jajaran produk roti Aoka yang belum tersentuh. Ia bercerita, sejak berbelanja stok tiga hari lalu, produk roti Aoka di warungnya baru terjual sepuluh.
Ia lalu membandingkan omzet penjualan roti Aoka sebelum isu kandungan zat berbahaya dalam produk ini mencuat. Kala itu, penjualan roti tersebut bisa mencapai 100 bungkus per minggu. “Buat saya pedagang kecil juga merasa, lah. Omzet kita merosot gitu. Istilahnya, kan kita mah orang nyari recehan,” kata Erie kepada Tempo, Rabu, 24 Juli 2024.
Sementara itu, tak jauh dari toko Erie, sebuah toko sembako lainnya juga merasakan penurunan penjualan produk roti Aoka.Pemiliknya, Ahmad, mengatakan biasanya pelanggan akan mencari roti tersebut. Namun, belakangan ini sudah tidak ada lagi yang menanyakan produk roti Aoka. “Sebelum ada berita itu (roti Aoka) laku di sini. Kalau nggak ada itu, ditanya sama orang,” tutur Ahmad.
Stok produk roti Aoka yang belum terjual di Warung Erie di Jalan Raya Kalimalang, Jakarta Timur, Rabu, 24 Juli 2024. Tempo/Ervana.
Beberapa kilometer dari toko sembako Ahmad, ada toko kelontong milik Imam. Ketika ditemui, Imam memperlihatkan stok produk roti Aoka yang ada di tokonya kepada Tempo. Di dalam sebuah kardus, terlihat tumpukan roti-roti Aoka yang belum terjual. Stok produk ini sudah ada sekitar dua minggu.
Sedangkan, sebelum berita zat berbahaya pada roti Aoka menyebar, Imam mengaku bisa menjual satu kardus roti Aoka dalam waktu yang cukup singkat. “Satu dus dua hari sih,” ujar Imam. Sebagai informasi tambahan, satu karton produk Aoka ini berisi 60 bungkus roti.
Sedangkan di warung kecil milik Ros di bilangan Pondok Kelapa, Jakarta Timur, penurunan penjualan roti Aoka juga terasa. “Tadinya kan, ini kalo ngambil dua, tiga dus. Laku banget, pesat. Sekarang itu aja masih segitu,” ujar Ros, sembari menunjuk sebuah kardus yang masih dipenuhi produk roti Aoka. Stok roti ini diperbaharui dua hari lalu, tetapi baru terjual beberapa bungkus saja.
Saat ini, menurut Ros, pelanggannya lebih memilih untuk membeli produk roti yang berasal dari usaha rumahan dibandingkan produk pabrik. “Malahan pindahnya ke roti-roti yang biasa,” katanya.
Sebelumnya, Majalah Tempo berjudul “Bahan Pengawet Kosmetik dalam Sepotong Roti” melaporkan adanya zat sodium dehydroacetate (dalam bentuk asam dehidroasetat) dalam produk roti Aoka (PT Indonesia Bakery Family) dan roti Okko (PT Abadi Rasa Food).
Menurut laporan Majalah Tempo, Ketua Paguyuban Roti dan Mie Ayam Borneo (Parimbo), Aftahuddin, mengirimkan beberapa sampel roti ke laboratorium milik SGS Indonesia – bagian dari SGS Group, perusahaan yang menyediakan jasa laboratorium verifikasi, pengujian, inspeksi, dan sertifikasi.
Berdasarkan hasil uji laboratorium tersebut, sampel roti Aoka disebut mengandung sodium dehydroacetate sebanyak 235 miligram per kilogram, dan sampel roti Okko mengandung zat serupa sebanyak 345 miligram per kilogram. Produsen roti Aoko maupun roti Okko sama-sama membantah temuan tersebut.
Komentar
Posting Komentar