Ada 88 Kasus Cacar Monyet di RI per 17 Agustus, Terinfeksi Varian Clade IIb | kumparan

 

Ada 88 Kasus Cacar Monyet di RI per 17 Agustus, Terinfeksi Varian Clade IIb | kumparan

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat 88 kasus cacar monyet atau mpox di Indonesia. Sebanyak 59 kasus tersebar di Jakarta, 13 kasus di Jawa Barat, 9 kasus di Banten, 3 kasus di Jawa Timur, 3 kasus di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan 1 kasus di Kepulauan Riau.

Plh. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Yudhi Pramono, mengatakan 54 pasien di antaranya memenuhi kriteria untuk menjalani whole genome sequencing (WGS) guna mengetahui varian virusnya. Hasilnya, infeksi disebabkan oleh virus cacar monyet varian clade IIb.

"Dari 54 kasus ini seluruhnya varian clade IIb. Clade II ini mayoritas menyebarkan wabah Mpox pada tahun 2022 hingga saat ini dengan fatalitas lebih rendah dan ditularkan sebagian besar dari kontak seksual," kata Yudhi dalam pernyataan resmi yang dikutip kumparan pada Kamis (22/8).

Yudhi menambahkan, 87 pasien sudah dinyatakan sembuh.

Virus mpox sendiri memiliki dua varian, salah satunya clade I dari Afrika Tengah (Congo Basin) dengan subclade Ia dan subclade Ib. Subclade Ia memiliki angka fatalitas (CFR) lebih tinggi daripada clade lain dan diluarkan melalui beberapa mode transmisi, sementara subclade Ib ditularkan sebagian besar dari kontak seksual dengan CFR 11 persen.

Kemudian, ada clade II yang berasal dari Afrika Barat dengan subclade IIa dan IIb dengan CFR 3,6 persen. Varian yang sempat memicu wabah cacar monyet di Afrika pada 2022 ini memiliki tingkat kematian rendah, dengan sebagian besar kasus berasal dari kontak seksual.

Dokter dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) Prasetyadi Mawardi mengatakan varian mpox clade I, baik Ia maupun Ib, belum terdeteksi di Indonesia. Sejauh ini, kata Prasetya, kasus cacar monyet di Indonesia disebabkan oleh varian clade II.

"Clade I memang menurut refleksi angka fatalitas rate-nya relatif lebih tinggi dibanding Clade II, terus kemudian varian ini biasanya disebabkan oleh kontak erat, tidak melulu seksual kontak," ujarnya.

Cacar monyet, yang kini namanya diubah menjadi mpox, merupakan infeksi virus yang menyebabkan gejala seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot, kemudian berkembang menjadi ruam yang dapat memengaruhi kulit di bagian tubuh mana pun. Ruam ini biasanya berkembang menjadi lepuh yang dapat terasa gatal atau nyeri.

Komplikasinya dapat mencakup infeksi kulit sekunder, pneumonia, infeksi mata, dan sepsis. Meski sebagian besar pasien pulih dalam waktu sekitar empat minggu, pemuda, ibu hamil, dan orang yang memiliki sistem imun yang lemah memiliki risiko penyakit semakin parah yang dapat berakibat fatal.

Prasetyadi mengimbau siapa pun yang diduga terinfeksi mpox dan muncul gelaja untuk tidak melakukan manipulasi pada lesi di kulit, seperti memencet atau menggaruk, serta disarankan untuk membiarkan lesi tersebut. Sebab, lesi yang basah maupun sudah mengering berpotensi menularkan virus.

Pasien juga tidak boleh berbagi barang-barang pribadi seperti handuk dan pakaian. Jika memiliki benjolan atau bintil dan mengalami luka atau erosif, sebaiknya segera diberi obat.

Kemenkes telah melakukan surveilans di seluruh fasilitas kesehatan, penyelidikan epidemiologi bersama komunitas dan mitra HIV/AIDS, menetapkan 12 laboratorium rujukan secara nasional untuk pemeriksaan mpox, serta pemeriksaaan WGS.

Pemerintah juga sudah menyiapkan pemberian terapi simtomatis, tergantung derajat keparahan kasus. Pasien dengan gejala ringan dapat melakukan isolasi mandiri di rumah dengan pengawasan dari puskesmas setempat, sedangkan pasien dengan gejala berat harus dirawat di rumah sakit.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan cacar monyet yang mewabah di Afrika sebagai darurat global pada 15 Agustus 2024. Kasus cacar monyet menyebar baik ke orang dewasa maupun anak.

"Ini adalah sesuatu yang harus menjadi keprihatinan kita semua. Potensi penyebaran lanjutan di Afrika atau pun keluar sangat mengkhawatirkan," kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dikutip dari Associated Press.

Baca Juga

Komentar