Hyundai Minta Kejelasan Insentif Mobil Hybrid dari Pemerintah

--
Hyundai Motors Indonesia (HMID) meminta kejelasan insentif mobil hybrid dari pemerintah. Wakil otomotif Korea Selatan ini mengungkap kerugian pada saat ini ketika keputusan pemberian insentif itu menggantung.
Sejauh ini insentif mobil hybrid belum menemukan titik terang meski perbincangan di tingkat kementerian sudah terjadi cukup lama.
"Mengenai wacana peraturan pemerintah mengenai hybrid, kami mengharapkan pemerintah segera memberikan gambaran yang jelas mengenai ada atau tidaknya peraturan ini," kata Fransiscus Soerjopranoto, Chief Operating Officer HMID, Selasa (30/7).
Soerjopranoto menyebut dampak dari ketidakjelasan insentif hybrid itu membuat para calon pembeli menunggu karena khawatir harga akan turun setelah inenstif terbit.
Wacana pemberian insentif hybrid ini, kata dia, bagian dari melindungi keberadaan industri pabrikan otomotif yang ada saat ini.
"Hybrid merupakan bagian dari mesin 'combustion'. Jadi tergantung pemerintah apakah akan 'berlari' dengan mobil listrik atau 'berjalan' dengan membawa mobil hybrid," kata dia.
HMID merupakan pelopor mobil listrik di Indonesia. Ioniq 5 merupakan model mobil listrik pertama yang diproduksi di Indonesia.
Hyundai bersama LG juga mendirikan pabrik sel baterai yang bakal menyuplai komponen untuk kebutuhan dalam dan luar negeri.
Saat ini HMID hanya menjual mobil listrik dan konvensional, tak ada mobil hybrid.
Soerjopranoto mengingatkan target pemerintah yang mencanangkan net zero carbon di tahun 2060, keberhasilannya sangat bergantung terhadap ketegasan pemerintah, terutama dalam kebijakan di setiap industri termasuk otomotif.
Sebelumnya, Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi mendesak pemerintah bergerak cepat merealisasikan insentif pajak mobil hybrid di Tanah Air.
Menurut Nangoi desakan ini bukan tanpa alasan sebab pihaknya khawatir iklim investasi dari para pelaku industri otomotif terganggu jika insentif mobil hybrid tak kunjung cair.
Nangoi mengatakan insentif mobil hybrid sangat diperlukan karena penjualannya di Indonesia terus berkembang.
"Kalau kami lihat negara tetangga memberikan insentif untuk mobil hybrid. Kalau kami tidak berhati-hati, kami khawatir mereka bisa mengalihkan produksinya ke negara-negara tersebut," ucap Nangoi di GIIAS 2024, ICE BSD, Kamis (18/7).
(can/fea)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar