Kim Jong-un Kirim 250 Rudal Nuklir ke Unit Militer Terdepan, AS Minta Korut Hentikan Provokasi -Kompas

 

Kim Jong-un Kirim 250 Rudal Nuklir ke Unit Militer Terdepan, AS Minta Korut Hentikan Provokasi

Rizky L Pratama

Kompas.tv - 6 Agustus 2024, 14:58 WIB

kim-jong-un-kirim-250-rudal-nuklir-ke-unit-militer-terdepan-as-minta-korut-hentikan-provokasi
Kim Jong-un, tengah kanan, menyerahkan bendera militernya kepada para prajurit dalam apa yang mereka sebut sebagai unit rudal yang baru dibentuk selama upacara untuk menandai pengiriman 250 peluncur rudal berkemampuan nuklir ke unit militer garis depan, di Pyongyang, Korea Utara, Minggu, 4 Agustus 2024 (Sumber: AP Photo/ KCNA)

WASHINGTON, KOMPAS.TV— Amerika Serikat mendesak Korea Utara untuk menghentikan tindakan yang dinilai provokatif dan tidak produktif, serta kembali ke jalur diplomasi.

Desakan ini disampaikan setelah Pyongyang mengumumkan serah terima 250 peluncur rudal nuklir baru kepada unit militer di garis depan, dalam sebuah upacara yang dihadiri oleh Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, dalam sebuah konferensi pers pada Senin (5/8/2024) waktu setempat, menyatakan bahwa tindakan Korea Utara tersebut hanya akan memperburuk situasi di Semenanjung Korea.

"Kami mendorong Korea Utara untuk menghentikan langkah-langkah provokatif dan tidak produktif, serta kembali ke meja perundingan," ujarnya dikutip dari Yonhap, Selasa (6/8/2024).

Langkah terbaru Pyongyang ini menambah kekhawatiran dunia internasional terhadap ancaman nuklir dan misil Korea Utara yang terus meningkat. 

Meskipun Amerika Serikat berulang kali mengajukan tawaran perundingan tanpa prasyarat, hingga saat ini belum ada kemajuan berarti dalam upaya diplomasi yang bertujuan untuk mengekang ambisi nuklir negara tersebut.

Ketika ditanya tentang kemungkinan Korea Utara melakukan uji coba nuklir, Miller enggan memberikan komentar lebih jauh, dengan alasan tidak memiliki penilaian khusus terkait hal itu.

Selain isu militer, Miller juga menyoroti kondisi kemanusiaan di Korea Utara, terutama setelah bencana hujan lebat yang menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah negara tersebut. 

Pyongyang diketahui menerima tawaran bantuan dari Presiden Rusia, Vladimir Putin, namun hingga kini masih belum merespons tawaran bantuan kemanusiaan dari Korea Selatan.

"Pemikiran kami selalu bersama rakyat Korea Utara, sebagaimana kami peduli dengan rakyat di negara manapun yang mengalami bencana kemanusiaan," ungkap Miller. 

"Apapun perbedaan yang kami miliki dengan pemerintah manapun, perbedaan tersebut bukanlah dengan rakyat negara itu. Kami berharap kebutuhan kemanusiaan rakyat Korea Utara dapat segera ditangani."

Wilayah perbatasan Sinuiju dan Kabupaten Uiju di Provinsi Phyongan Utara merupakan daerah yang paling parah terdampak oleh hujan lebat baru-baru ini. 

Media Korea Selatan melaporkan, jumlah korban tewas atau hilang akibat bencana tersebut bisa mencapai lebih dari 1.000 orang. 

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya