Pedagang Pakaian di Pasar Tanah Abang Keluhkan Penurunan Omzet Drastis Tahun Ini
JAKARTA, iNews.id - Penurunan daya beli masyarakat Indonesia banyak dikeluhkan para pedagang. Sejumlah pedagang pakaian dan sejenisnya di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengeluhkan penurunan omzet secara drastis.
Salah satu pedagang jaket di Pasar Tanah Abang, Afrizal (53) menyebut, selama dirinya berdagang dalam satu dekade, tahun ini merupakan yang paling parah. Dia mengaku penurunan omzet tahun ini mencapai 70 persen.
"Saya disini kurang lebih sudah 10 tahun berdagang, omzet tahun ini sudah menurun 70 persen. Ini sejak pandemi penurunannya," kata Afrizal di lokasi, Selasa (13/8/2024).
Afrizal menambahkan, penjualan per harinya sebelum pandemi rata-rata Rp10-15 juta. Namun saat ini, penjualan rata-rata hanya Rp2-3 juta.
"Omzet penjualannya dapet dua sampai Rp3 juta saja sudah bersyukur. Bahkan kadang-kadang per harinya tidak laku apapun," ucapnya.
Lantaran adanya penurunan penjualan, sejumlah toko pakaian di sekitarnya pun terpaksa tutup.
"Di sini tetangga saya di samping sudah pada tutup. Kasihan, soalnya yaa bagaimana penjualan juga menurun. Belum bayar sewanya," ujarnya.
Sementara itu, pedagang Celana Blue Jeans, Agung (31) mengaku penjualannya juga ikut menurun. Dia mengatakan, penurunan tersebut telah terjadi sejak Idul Adha kemarin.
"Penjualan menurun sejak Idul Adha, ya persentasenya sekitar 50 persen. Cukup tinggi penurunannya," ucap Agung.
Agung menilai, penurunan penjualan pakaian saat ini dikarenakan banyaknya masyarakat yang tengah berfokus pada kebutuhan pokok. Dia mengatakan, kondisi saat ini diperparah dengan masuknya pelajar di tahun ajaran baru.
"Kalau buat belanja pakaian saat ini, kebanyakan dikarenakan anak-anak masuk sekolah. Kemudian juga kebutuhan pokok juga lagi diutamakan masyarakat saat ini," katanya.
Diketahui, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai deflasi yang terjadi tiga bulan berturut-turut pada 2024 perlu dicermati. Bahkan, harus diwaspadai pemerintah. Pasalnya, ada indikasi bahwa deflasi disebabkan oleh lemahnya daya beli masyarakat.
Wakil Direktur INDEF, Eko Listiyanto mengatakan, deflasi tiga bulan berturut-turut bisa menjadi sinyal positif karena menggambarkan inflasi melandai. Namun, di sisi lain, perlu diwaspadai jika angkanya konsisten dan semakin mendalam.
"Kalau menurut saya sebetulnya juga memang sebuah sinyal yang harus kita waspadai karena konsistensinya, deflasi ini terjadi secara berturut-turut," ucap Eko beberapa waktu lalu.
Komentar
Posting Komentar