RI Diramal Bakal Ketiban Berkah dari Resesi AS, Apa Itu?
JAKARTA, iNews.id - Ekonomi Amerika Serikat (AS) diramal akan mengalami perlambatan di kuartal III tahun 2024. Indikasi lesunya ekonomi negara adidaya itu mengacu pada negatifnya Produk Domestik Bruto (PDB), meluasnya kemiskinan, dan ekonomi riil selama dua kuartal berturut-turut tumbuh negatif.
Menurut Chief Economist Citibank NA Indonesia (Citi Indonesia) Helmi Arman resesi ekonomi AS akan membawa berkah bagi Indonesia. Sebab, perlambatan perekonomian mendorong Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed memangkas suku bunga acuan atau Fed Fund Rate (FFR).
Bahkan, diperkirakan FFR dipangkas dua kali, yakni pada September dan November 2024 dengan masing-masing 25 basis poin (bps).
“Berkahnya berupa peluang penurunan suku bunga (The Fed),” tutur Helmi Arman saat ditemui di Park Hyatt, Jakarta Pusat, Rabu (7/8/2024).
Dia berhitung, pemangkasan FFR memberi kelonggaran bagi Bank Central domestik, terutama ikut menurunkan suku bunganya. Meskipun, Bank Indonesia (BI) diproyeksi tidak agresif menekan BI rate.
“Berarti ruang penurunan, pelonggaran untuk likuiditas domestik yang turunya suku bunga bisa turun, mendorong sektor usaha di Indonesia,” ucapnya.
Helmi menilai, resesi ekonomi Paman Sam pada kuartal III/2024 baru berupa slow down atau tidak mendalam, sehingga enggan memicu stabilitas makro ekonomi di dalam negeri.
Selain itu, dampaknya ke pasar keuangan Tanah Air pun dipandang akan bergantung pada kejadian-kejadian lain yang timbul akibat resesi tersebut.
“Jadi kuta ekspektasinya US slowdown, resesi tapi bukan dalam artinya resesi dalam sekali, jadi memicu stabilitas. Kalau resensinya, resesi ini definisinya jelas, tapi dampak ke pasar bisa variatif, tergantung kejadian-kejadian lain yang timbul akibat resesi tersebut,” kata Helmi.
Komentar
Posting Komentar