Sanksi Anti-Rusia Membabi Buta, Kepatuhan Bekas Negara Soviet Ini Mulai Tergerus | Sindonews

 

Sanksi Anti-Rusia Membabi Buta, Kepatuhan Bekas Negara Soviet Ini Mulai Tergerus | Halaman Lengkap

Negara bekas Soviet ini bersumpah untuk mengutamakan kepentingan ekonomi nasional mereka sendiri, dibandingkan harus secara membabi buta mengikuti sanksi anti-Rusia. Foto/Dok

ASTANA 

-

Kazakhstan 

bersumpah untuk mengutamakan kepentingan ekonomi nasional mereka sendiri, dibandingkan harus secara membabi buta mengikuti

sanksi anti-Rusia 

. Hal ini ditegaskan oleh Wakil Perdana Menteri dan Menteri Perdagangan, Serik Zhumangarin kepada Bloomberg.

Baca Juga

Sanksi Barat Bikin Aset Rp693 Triliun Milik Perusahaan Rusia Tertahan di Luar Negeri

Pejabat negara tersebut menyoroti bahwa Kazakhstan sudah memilih untuk tidak menerapkan larangan ekspor ball bearings ke Rusia, meski termasuk di antara apa yang disebut bahan dan komponen penggunaan ganda. Disebutkan bahwa ball bearings bisa juga digunakan untuk tujuan militer dan sipil.

"Kami tidak akan membiarkan produsen kami sendiri dilarang dari perdagangan," kata Zhumangarin.

Ia juga menambahkan, ada pabrik lokal asal Kazakhstan yang memproduksi ball bearings dengan spesifikasi yang biasanya hanya digunakan di Eropa timur dan negara-negara bekas Soviet.

Baca Juga

Negara Ini Tak Akan Pernah Jatuhkan Sanksi ke Rusia meski Ditekan UE

Di sisi lain Kazakhstan disebutkan tetap mematuhi sebagian besar pembatasan dalam sanksi Barat . Alasannya karena negara bekas republik Soviet itu tidak akan tahan menjadi sasaran sanksi sekunder.

Zhumangarin juga mengungkapkan, bahwa perusahaan di negara itu yang masuk daftar hitam Departemen Keuangan AS saat ini sudah ditutup.

Ditekankan oleh pejabat tinggi itu bahwa beberapa sanksi yang bertujuan memotong akses Rusia ke produk 'penggunaan ganda' telah merugikan Kazakhstan secara tidak proporsional. Sementara pemerintah Barat tidak berbuat banyak untuk memberi kompensasi kepada negara Asia Tengah, yang berbagi perbatasan terpanjang kedua di dunia dengan Rusia.

Menurut menteri perdagangan, Eurasian Resources Group yang 40% dimiliki oleh Kazakhstan, telah mengalami kerugian besar sejak sanksi memaksa perusahaan berhenti menjual bijih besi ke Rusia dan beralih ke pasar domestik.

Dengan tidak adanya pembatasan, "keuntungan akan tetap berada di Kazakhstan," kata Zhumangarin.

Kazakhstan belum menerapkan sanksi internasional yang diperkenalkan terhadap Rusia oleh AS dan sekutunya menyusul eskalasi konflik Ukraina pada Februari 2022. Namun, Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev secara berulang kali mengatakan, Astana akan mematuhi pembatasan perdagangan terkait Rusia.

Mulai bulan April, Kazakhstan mulai memantau barang-barang yang melewati negara tersebut untuk diekspor kembali, melacaknya hingga mencapai tujuan akhir. FT telah melaporkan bahwa langkah tersebut diadopsi untuk mencegah perusahaan dan individu asing membantu Rusia menghindari sanksi.

Tahun lalu, Rusia menyandang label sebagai mitra dagang terbesar kedua Kazakhstan setelah China, menurut kementerian perdagangan negara Asia Tengah itu. Bahkan sebelum konflik, Rusia bertengger di posisi teratas.

Lihat Juga: Gas Rusia Tak Tergantikan, Uni Eropa Mau Tak Mau Dipaksa Hemat Jelang Musim Dingin

(akr)

Baca Juga

Komentar