Rusia Ancam Sekutu AS: Rudal Nuklir Sarmat Mampu Hantam Prancis dalam 3 Menit! | Halaman Lengkap
Rusia ancam sekutu-sekutu AS di Eropa, terutama Prancis, dengan serangan rudal nuklir Sarmat. Foto/defencetalk
-
Rusiatelah mengumbar ancaman
serangan nuklirterhadap sekutu-sekutu
Amerika Serikat(AS) di Eropa, terutama
Prancis.Ancaman ini muncul setelah Parlemen Eropa pada Kamis mengadopsi resolusi yang menyerukan Uni Eropa mengizinkan Ukraina menginvasi balik jauh ke dalam wilayah Rusia dengan senjata pasokan Barat.
Resolusi itu juga menyerukan blok tersebut untuk terus mendanai upaya perang Kyiv dengan menyita aset Rusia yang dibekukan.
Resolusi itu diadopsi dengan 425 suara mendukung, 131 menentang, dan 63 abstain.
“Apa yang diminta Parlemen Eropa akan berujung pada perang dunia dengan menggunakan senjata nuklir,” ancam Ketua Duma Negara Rusia Vyacheslav Volodin di Telegram.
“Sebagai informasi: waktu tempuh rudal Sarmat ke Strasbourg adalah tiga menit 20 detik," lanjut ancaman Volodin, yang dilansir Russia Today, Jumat (20/9/2024).
Sarmat adalah rudal balistik antarbenua yang dirancang untuk serangan nuklir jarak jauh. Sedangkan Strasbourg adalah kota di Prancis.
Volodin juga mengingatkan para anggota Parlemen Eropa bahwa Rusia adalah pihak yang membebaskan seluruh Eropa dari Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. "Yang tampaknya telah Anda lupakan," paparnya, seraya mendesak badan tersebut untuk membubarkan diri.
Resolusi yang disetujui Parlemen Eropa mengklaim bahwa tanpa mencabut pembatasan saat ini, Ukraina tidak dapat sepenuhnya menjalankan haknya untuk membela diri.
"Menyesalkan bahwa pengiriman amunisi yang tidak mencukupi dan pembatasan penggunaannya berisiko mengimbangi dampak dari upaya yang telah dilakukan hingga saat ini," kata Parlemen Eropa.
Di antara pengiriman senjata, peralatan, amunisi, dan bantuan keuangan untuk menjaga Ukraina tetap hidup, Uni Eropa telah menggelontorkan puluhan miliar euro untuk upaya perang Kyiv, sambil memberi sanksi kepada Rusia dan menyita asetnya di lembaga kliring Euroclear.
Sementara itu, blok tersebut bersikeras bahwa semua ini tidak menjadikannya sebagai pihak dalam konflik.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan minggu lalu bahwa Ukraina sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan sistem jarak jauh itu sendiri, tetapi informasi penargetan dan solusi penembakan memerlukan keterlibatan personel militer NATO.
"Jika Barat mencabut pembatasan, ini tidak akan berarti apa pun selain partisipasi langsung negara-negara NATO, AS, dan negara-negara Eropa, dalam konflik di Ukraina," kata Putin.
"Rusia akan membuat keputusan yang tepat jika itu terjadi," imbuh Putin.
Utusan Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengulangi pesan tersebut di Dewan Keamanan PBB dengan menyatakan bahwa NATO akan terlibat langsung dalam aksi militer melawan kekuatan nuklir.
"Saya rasa saya tidak perlu menjelaskan konsekuensi apa yang akan terjadi," katanya.
Lihat Juga: Diduga Dikerjai Rusia, Drone Global Hawk AS Bermasalah saat Operasi di Negara NATO
(mas)
Komentar
Posting Komentar