AS Larang Impor Uranium Rusia, Perusahaan Raksasa Energi: Bisa Merusak Pasar | Sindonews

 

AS Larang Impor Uranium Rusia, Perusahaan Raksasa Energi: Bisa Merusak Pasar | Halaman Lengkap

Perusahaan raksasa energi Rusia, Rosatom memperingatkan, larangan Amerika Serikat atau AS atas impor uranium dari Moskow bersifat diskriminatif dan dapat merusak pasar. Foto/Dok

JAKARTA 

- Perusahaan raksasa energi

Rusia 

, Rosatom memperingatkan,

larangan Amerika Serikat 

atau AS atas impor uranium dari Moskow bersifat diskriminatif dan dapat merusak pasar bahan bakar

nuklir 

global. Sebelumnya Presiden AS, Joe Biden telah menyetujui larangan impor Uranium Rusia.

Baca Juga

Perdana dalam 15 Tahun, Harga Uranium Melonjak Tembus USD80

Hal itu ditandai saat Biden menandatangani RUU menjadi undang-undang pada awal pekan kemarin, yang melarang impor bahan bakar reaktor nuklir Rusia, yang akan mulai berlaku dalam 90 hari.

"Kami menganggap undang-undang AS yang diberlakukan melarang impor uranium Rusia sebagai diskriminatif dan tidak berorientasi pasar," kata Rosatom dalam sebuah pernyataan tertulis kepada RIA Novosti.

"Jelas bahwa keputusan semacam itu, yang memiliki konteks politik, merusak fungsi keberlanjutan ... industri nuklir," kata perusahaan itu.

Baca Juga

Biden Setujui Larangan Uranium Rusia, Ekonomi AS Bisa Rontok

Rosatom mengatakan, secara terpisah bahwa mereka tetap mempertahankan posisi yang kuat sebagai pemimpin global dalam teknologi nuklir dan akan terus mengembangkan hubungan dengan mitra asing yang tertarik pada kerja sama jangka panjang.

Rusia menyediakan hampir seperempat uranium yang diperkaya yang menjadi bahan bakar reaktor nuklir komersial AS pada tahun 2022, menjadikannya pemasok bahan bakar asing utama Amerika tahun itu, menurut Administrasi Informasi Energi AS.

Sementara itu AS memiliki deposit uranium sendiri, mereka tidak cukup untuk memenuhi permintaan. Sedangkan Rusia menjadi tuan rumah pengayaan uranium terbesar di dunia, terhitung hampir setengah dari kapasitas global.

Pada tahun 2022, Rusia merupakan eksportir uranium yang diperkaya terbesar di pasar global, menyumbang sekitar 35% dari penjualan di seluruh dunia dengan perkiraan nilai ekspor mencapai USD2 miliar.

Pada Oktober 2023, Gedung Putih menyerukan larangan jangka panjang impor uranium yang diperkaya dari Rusia, yang digambarkan sebagai "prioritas keamanan nasional." Dalam lembar fakta pada saat itu, pemerintahan Biden berpendapat bahwa "ketergantungan pada sumber uranium Rusia menciptakan risiko bagi ekonomi AS."

Kremlin meyakinkan media pada hari Selasa bahwa larangan itu tidak akan memiliki efek "kritis" pada industri nuklir Rusia, yang diklaim "salah satu yang paling maju di dunia."

"Washington telah terpaksa memberikan sanksi impor uranium Rusia karena ketidakmampuannya untuk bersaing dengan industri nuklir negara itu," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

Duta Besar Rusia untuk Washington Anatoly Antonov memperingatkan langkah itu bisa menjadi bumerang bagi ekonomi AS.

Lihat Juga: Rusia Balas Dendam, Sita Pendapatan dari Aset Barat yang Dibekukan

(akr)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya