Ruang Pertemuan DK PBB Memanas, AS-Iran-Israel Saling Lempar Kesalahan
Jenewa, VIVA – Amerika Serikat memperingatkan Iran agar tidak menargetkan Washington atau Israel. Hal ini selaras dengan pernyataan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, yang mengatakan bahwa siklus mematikan kekerasan balas dendam harus dihentikan di Timur Tengah.
Peringatan itu disampaikan AS saat melakukan pertemuan di Dewan Keamanan PBB, pada Rabu, 2 Oktober 2024.
Diketahui, Dewan yang beranggotakan 15 orang bertemu setelah Israel membunuh pemimpin Hizbullah Lebanon dan memulai serangan darat terhadap kelompok itu. Kemudian Iran pun melancarkan serangan ke Israel yang menimbulkan kekhawatiran akan perang yang lebih luas di Timur Tengah.
"Tindakan kami bersifat defensif," kata Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas Greenfield.
Ilustrasi Dewan Keamanan PBB
- AP Photo/John Minchillo
"Biarkan saya perjelas, Rezim Iran akan bertanggung jawab atas tindakannya. Dan kami sangat memperingatkan agar Iran atau proksinya tidak mengambil tindakan terhadap Amerika Serikat, atau tindakan lebih lanjut terhadap Israel," sambungnya, dikutip dari Middle East Monitor, Kamis, 3 Oktober 2024.
Duta Besar Prancis untuk PBB, Nicolas de Riviere juga mengatakan bahwa Prancis ingin Dewan Keamanan menunjukkan persatuan dan berbicara dengan satu suara untuk meredakan situasi.
Thomas Greenfield pun mendesak Dewan harus mengutuk serangan Iran dan memberikan konsekuensi serius pada Korps Garda Revolusi Islam Iran atas tindakannya.
"Kami memiliki tanggung jawab kolektif. Anggota Dewan Keamanan (harus) memberikan sanksi tambahan pada IRGC karena mendukung terorisme, dan karena mengabaikan begitu banyak resolusi Dewan ini," ucap duta besar AS.
Di lain sisi, Guterres mengatakan kepada Dewan bahwa ia mengutuk keras serangan Iran terhadap Israel. Sebelumnya, pada hari Rabu, Menteri Luar Negeri Israel mengatakan ia melarang Guterres memasuki negara itu karena ia tidak mengecam Iran.
Sebaliknya, Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, memuji Iran atas pengendalian diri yang "luar biasa" dalam beberapa bulan terakhir dan mengatakan "Serangan rudal terhadap Israel tidak dapat disajikan seolah-olah semua ini terjadi tanpa sebab, seolah-olah tidak ada yang terjadi di Lebanon, Gaza, Suriah, dan di Yaman."
"Namun, hal itu memang terjadi, dan mengarah pada spiral baru yang sangat berbahaya dari konflik Timur Tengah yang semakin meluas," sambungnya.
Dalam surat kepada Dewan Keamanan pada hari Selasa, Iran membenarkan serangannya terhadap Israel sebagai pembelaan diri berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB, dengan mengutip tindakan agresif Israel, termasuk pelanggaran kedaulatan Iran.
"Iran, yang sepenuhnya mematuhi prinsip pembedaan berdasarkan hukum humaniter internasional hanya menargetkan instalasi militer dan keamanan rezim tersebut dengan serangan rudal defensifnya," tulis Iran kepada DK PBB.
Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, pada hari Rabu menolak klaim pembelaan diri Iran.
"Itu adalah serangan yang diperhitungkan terhadap penduduk sipil," katanya kepada wartawan sebelum Dewan bersidang.
Israel juga mengaku tidak akan tinggal diam menghadapi agresi semacam itu.
"Israel akan menanggapi. Tanggapan kami akan tegas, dan ya, itu akan menyakitkan, tetapi tidak seperti Iran, kami akan bertindak sepenuhnya sesuai dengan hukum internasional."
AS Isyaratkan Mulai Jengah dengan Israel, Kritik Kebijakan Netanyahu soal Sekjen PBB
Amerika Serikat mengkritik keputusan Israel yang menyatakan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebagai "persona non grata" dan melarangnya memasuki negara tersebut.
VIVA.co.id
3 Oktober 2024
Komentar
Posting Komentar