China Diteror Serangan Massal, Sudah 2 Kejadian dalam Sepekan
Minggu, 17 Nov 2024 16:55 WIB
China dilanda sejumlah serangan massal dalam beberapa hari terakhir yang menyebabkan korban jiwa hingga puluhan orang. (REUTERS/Tingshu Wang)
--
China dilanda sejumlah serangan massal dalam beberapa hari terakhir. Teranyar, seorang mantan siswa menyerang sebuah sekolah kejuruan dan menewaskan delapan orang dan melukai 17 lainnya.
Diberitakan Reuters, kejadian tersebut terjadi pada Sabtu (16/11) di Sekolah Kejuruan Seni dan Teknologi Wuxi, Yixing. Tersangka adalah seorang pria berusia 21 tahun dan ditangkap juga mengaku di lokasi kejadian.
Kejadian tersebut terjadi beberapa hari setelah serangan massal di Zhuhai, 1.500 kilometer selatan Yixing, pada Senin (11/11) malam.
Peristiwa Senin malam tersebut berupa seorang pria berusia 62 tahun menabrakkan mobilnya ke kerumunan di luar stadion olahraga dan menewaskan 35 orang dan melukai 43 orang.
Pada Sabtu (16/11), polisi menyebut sudah menangkap dan mendakwa pelaku berusia 62 tahun itu. Kejadian ini pun terjadi setelah enam serangan pisau sebelumnya terjadi di China pada tahun ini.
Dalam dua kasus rentang seminggu ini, menurut sedikit rincian dari polisi, para tersangka melakukan tindakan fatal itu karena mengalami kerugian secara ekonomi.
Kepolisian Wuxi menyebut pelaku penusukan marah karena tidak mendapatkan sertifikan kelulusan, gagal ujian, dan gaji magangnya.
"Menurut penyelidikan awal, tersangka... menyerang orang lain setelah gagal ujian dan tidak menerima sertifikat kelulusannya, serta tidak puas dengan kompensasi magangnya," kata Biro Keamanan Publik Yixing dalam pernyataannya.
Sementara itu, tersangka di Zhuhai disebut marah dengan ketentuan penyelesaian perceraian yang ia jalani.
Dua kejadian serangan massal ini jadi perbincangan di dunia maya China. Mereka membahas soal dampak perlambatan ekonomi terhadap kesehatan mental mereka, dan nasib generasi muda negara tersebut.
"Mereka baru berusia 18, 19 tahun. Sungguh disayangkan dan menyedihkan," kata seorang pria yang datang untuk berbela sungkawa terhadap korban penyerangan di Wuxi.
"Kita benar-benar harus memberikan bimbingan psikologis yang lebih baik kepada kaum muda," tambahnya.
Menurut profesor dari Fudan University, Qu Weiguo, kasus-kasus tersebut adalah "balas dendam tanpa pandang bulu terhadap masyarakat" dan biasanya memiliki sejumlah ciri umum.
Ciri-ciri tersebut adalah tersangka yang kurang beruntung, banyak yang memiliki masalah kesehatan mental, yang percaya bahwa mereka telah diperlakukan tidak adil dan yang merasa tidak memiliki cara lain untuk didengar.
"Penting untuk membangun jaring pengaman sosial dan mekanisme konseling psikologis, tetapi untuk meminimalkan kasus-kasus seperti itu, cara yang paling efektif adalah membuka saluran publik yang dapat memantau dan mengungkap penggunaan kekuasaan," tulis Qu di platform media sosial Weibo.
Namun esai pendek tersebut dilaporkan Reuters sudah dihapus karena sensor pada Minggu (17/11).
Topik diskusi daring yang sedang tren selama setahun terakhir dipenuhi dengan penurunan optimisme di China, seperti perubahan haluan dalam mencari pekerjaan, pendapatan dan peluang.
Dalam beberapa minggu terakhir, China juga telah meluncurkan serangkaian langkah stimulus untuk menghidupkan kembali ekonomi.
Presiden Xi Jinping juga ikut merespons setelah kasus serangan di Zhuhai dengan mendesak polisi setempat untuk "memperkuat kendali mereka terhadap risiko" dengan mengidentifikasi orang-orang yang berisiko melakukan kekerasan.
(Reuters/end)
Komentar
Posting Komentar