Inilah Jalur Pencurian China Terhadap Teknologi F-35 Versi Amerika, Beijing Sebut AS Provokatif dan Iri pada J-35 - Zona Jakarta
Inilah Jalur Pencurian China Terhadap Teknologi F-35 Versi Amerika, Beijing Sebut AS Provokatif dan Iri pada J-35 - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.COM - Amerika Serikat (AS) mencurigai China mencuri desain dan teknologi F-35 untuk membuat pesawat generasi kelima J-35.
Apalagi, keduanya memiliki bentuk dan performa yang hampir sama.
J-35 menjadi perhatian publik setelah ditampilkan dalam Zhuhai Air Show di Privinsi Guangdong, China, 12-17 November 2024.
Pesawat ini memang mirip dengan F-35 secara bentuk dan dinilai menjadi pesaing berat jet tempur AS itu.
China juga memamerkan J-20 yang dinilai menonjolkan teknologi siluman untuk menyaingi jet tempur generasi kelima AS, F-22 Raptor.
Dalam wawancara dengan Air and Space Magazine, 19 November 2024, Kepala Staf Angkatan Udara AS, Jenderal David W Allvin mengatakan, keunikan pesawat siluman China (J-35) yang menonjol adalah, pesawat ini modelnya tampak mengikuti F-35 buatan Lockheed Martin, AS.
"Ini (J-35) memang masih sangat baru. Tapi, sangat jelas Anda bisa menyandingkan kedua pesawat (J-35 dan F-35), bahwa kami yakin keduanya memiliki cetak biru yang serupa," katanya seperti dikutip eurasiantimes.com, 20 November 2024.
Sejak fotonya keluar pada 5 November 2024 kemudian juga melakukan aksi penerbangan pada Zhuhai Air Show, J-35 terus menjadi bahan pembicaraan dan anlisis para pakar.
Apalagi, J-35 memamerkan kemampuan manuver yang mengagumkan dan disebut-sebut memiliki kemampuan yang serupa F-35.
David W Allvin tak banyak menjelaskan persamaan teknologinya, ia lebih banyak menilai kesamaan antara J-35 dan F-35 dari desain dan kemampuan manuvernya.
Sementara beberapa pendapat pakar juga menyebutkan, J-35 mirip dengan F-35 Lighning II.
Sejak beberapa tahun terakhir, negara-negara Barat, terutama AS, menuduh China telah mencuri teknologi F-35.
Apalagi kemudian muncul kasus pencurian informasi penting F-35 oleh mantan kontraktor Agen Keamanan Nasional AS, Edward Snowden.
Ia mengirimkan dokumen berisi informasi rahasia F-35 ke beberapa media di Jerman pada 2015.
AS kemudian menuduh China telah meretas dokumen itu untuk menganalisis data-data F-35, kemudian menerapkannya pada produksi pesawat generasi kelima mereka sendiri, J-35.
Sebelumnya, beberapa peretas China dicurigai juga langsung melakukan perertasan data di subkontraktor Lockheed Martin pada 2007.
Pada 2013, Frank Kendall yang kemudian menjadi Kepala Akuisisi Pertahanan, dalam keterangannya di depan Senat AS mengatakan, informasi yang terklasifikasi dari F-35 dalam keadaan aman.
Namun, ia tak yakin tentang keamanan informasi yang tak terklasifikasi.
China sejauh ini membantah tuduhan pencurian data dan informasi F-35.
Beijing justru menuduh AS iri terhadap kemampuan China dalam memproduksi pesawat generasi kelima dan mencoba memprovokasi untuk meningkatkan tensi plitik.
Seperti halnya F-35, J-35A juga menggunakan dua ekor sayap untuk meningkatkan kemampuan manuver dan stabilitas pesawat.
J-35A juga akan memiliki varian berbasis kapal induk dengan sayap terlipat yang disebut J-35.
Ini mirip dengan F-35 buatan Lockheed Martin.
Bahkan, Kantor Program Gabungan (JPO) Pentagon tak bisa membedakannya.
Dalam peringatan Hari Veteran JPO membuat kesalahan fatal saat membuat poster.
Dalam poster itu ada pesawat tempur dengan bendera AS di bawahnya.
Inginnya poster itu menampilkan pesawat generasi kelima kebanggaan AS, yakni F-35, namun justru yang dicetak J-35.
Padahal, poster itu sudah beredar di Instagram dan X (dulu Twitter).
Kesalahan itu menimbulkan kritik dan kecaman luas, hingga akhirnya JPO segera menghapusnya.
Pesawat J-35A sudah menjadi bagian dari alat pertahanan udara PLA yang membuat China menjadi negara kedua di dunia yang memiliki dua pesawat siluman operasional.
Jika dilsandingkan dan dilihat bentuknya, J-35A dan F-35 memang sulit dibedakan.
Perbedaan signifikan terdapat pada mesinnya.
F-35 menggunakan mesin tunggal, sementara J-35A menggunakan dua mesin.
Terlepas dari kemiripian kedua pesawat itu dan apakah terjadi pencurian atau penjilakan, David W Allvin memperingatkan bahwa China menjadi ancaman serius superioritas udara AS yang selama ini dianggap paling kuat di dunia.
Apalagi, sebelumnya China juga sudah memamerkan pesawat generasi kelima lain, J-20 Mighty Dragon.
"Perkembangan kemampuan China dalam membangun kekuatan udara adalah sesuatu yang harus kita hormati, tapi juga diperhitungkan," tegas David W Allvin.
Sebagai Kepala Staf Angkatan Udara AS, Allvin menyatakan akan terus mempertahankan superioritas udara AS di dunia.
Ia yakin, meski mengalami kemajuan pesat, China tak bisa menandingi kekuatan udara AS.
"Satu hal yang mereka (China) tak bisa mengejar kami adalah di sektor kualitas angkatan bersenjata, kualitas total angkatan bersenjata, kualitas penerbang, teknisi dan banyak hal," katanya. ***
Komentar
Posting Komentar